"Sarah ... Sarah ... Padahal kita baru saja bertemu satu kali. Tapi rasanya hatiku bergetar setiap melihatmu"
Felix terpesona dengan kecantikan Sarah, adikku. Dia tidak memikirkan Martha di rumah yang sedang menangis terluka. "Hai ..." Felix menyapa Sarah ketika berada di parkiran. Mereka masuk secara bersamaan seperti layaknya pasangan mesra yang sedang memadu kasih. Raut wajah keduanya pun tampak berseri.
Felix membawa Sarah ke meja nomor 25 yang telah di pesan oleh Felix sejak pagi tadi. Tak lupa ia pun menggeser kursi yang akan Sarah duduki. Pelayanan wanita di Kafe itu pun datang menghampiri Felix dan Sarah. Mereka hanya memesan dua gelas ice blend coffee.
Setelah Pelayan kafe itu pergi, Felix memulai percakapan antara Sarah dengan dirinya. "Sarah, ada yang ingin aku tanyakan tentang satu hal sama kamu." Sorot mata Felix sangat serius. Sarah pun membalas tatapan itu dengan mengerutkan kedua alis. "A-apa?" sahut Sarah.
"Apa hubungan kamu dengan Andrean?"
DEG~~~
Sarah tampak kebingungan. Seketika tubuhnya menjauh dari tatapan Felix. Seketika Sarah membuat irama dari meja yang ia mainkan dengan kuku-kukunya. "Andrean?" Arian pun menganggukkan kepalanya.
Sarah tidak ada pilihan lain selain membohongi Felix. Ia beralasan bahwa Andrean adalah sahabatnya sejak kecil. Felix tampak percaya dengan omongan Sarah tersebut. Lagi pula, Felix akan curiga pada Sarah jika ia tahu bahwa Sarah dan Andrean adalah mantan kekasih.
Felix hanya merasa aneh dengan sikap Andrean tadi malam. Tapi kini, ia telah mendapat jawaban atas pertanyaannya itu. Pertemuan yang semula mendebarkan, kini telah mencair dan mereka melanjutkan percakapan membahas hal lain.
Tiga puluh menit berlalu. Perbincangan mereka terhenti sejenak setelah ponsel Sarah berdering. Aku menelepon Sarah ketika hendak mengikuti Sarah ke Alabama Kafe. Benar saja, Sarah sudah melewati batas. Aku menyuruh Sarah agar cepat pulang dan segera mengakhiri pertemuan itu.
Sarah mengikuti semua saran dariku. Ia pamit pulang tak lama setelah menutup telepon. Sarah juga menolak Felix yang ingin mengantarnya pulang. Karena bagaimanapun, Felix adalah seorang suami dari wanita lain. Sarah pun menyuruh Felix untuk tetap di dalam dan tidak usah mengantarnya ke luar.
Sementara aku menunggu Sarah di parkiran. Ia tampak gelagapan ketika melihatku. Seperti ada sebuah kesalahan yang telah terjadi di antara Felix dengan dirinya. Sarah sadar, bahwa ia telah melakukan hal yang tak seharusnya ia lakukan.
"Sarah ..." Felix menepuk pundak Sarah.
Sarah menitah Felix agar cepat masuk ke dalam mobil. Ia tidak ingin jika Arian ke luar dan melihatnya sedang bersama Adrian.
"Kamu tidak seharusnya bersikap seperti tadi pada Felix. Ingat! Rencana kita hanya mencari tahu tentang Felix. Tidak lebih!"
"Iya, aku minta maaf. Tadi itu hanya terbawa suasana." Raut wajah Sarah tampak ketakutan.
Tak lama kemudian, Sarah melihat Martha yang berlari ke dalam Kafe itu. "Eh ... Itu Martha, kan?" Aku melihat ke depan dan benar. Wanita yang berjalan cepat itu adalah Martha. 'Mau apa ia datang kemari?'
Sarah dan Adrian penasaran dengan apa yang akan Martha lakukan di dalam. Semenit, dua menit Felix dan Sarah menunggu. Teriak seseorang dari dalam memanggil-manggil security. Ia menyampaikan bahwa di dalam sedang terjadi keributan.
Aku dan Sarah sontak ke luar mobil untuk memeriksa keadaan di dalam. Ternyata, Felix dan Martha sedang beradu mulut di depan semua pengunjung kafe. Bahkan, Martha berani menyirami wajah Felix. Ingin rasanya aku menarik tangan Martha dan membawanya pergi. Apa daya, aku bukan siapa-siapa bagi Sarah dan hanya bisa melihatnya dari balik kerumunan orang-orang yang sedang menyaksikan pertengkaran Felix dan Martha.
Sarah menarik tanganku dan membawaku pergi dari kafe tersebut. Di sepanjang perjalanan, tidak henti aku memikirkan Martha yang menangis histeris di depan banyak orang. Aku yakin, Martha sangat terluka atas pernikahannya dengan Felix. Meski aku belum tahu duduk permasalahan yang sedang mereka hadapi.
Sementara itu, Felix dan Martha pulang bersama. Mereka tidak berbicara satu sama lain selama di perjalanan. Martha memancarkan raut wajah yang penuh dengan amarah. Begitu juga Felix. Ia merasa malu dengan sikap Martha.
"Antar aku pulang ke rumah orang tuaku!" ujar Martha yang enggan melihat wajah Felix.
Tanpa menyahut, Felix menuruti permintaan istrinya itu. "Awas ya! Jangan sampai kamu cerita tentang masalah kita pada mereka!" Felix tidak ingin rencananya gagal. Ia masih membutuhkan Martha untuk menjadi istrinya. Karena satu hal..
Sesampainya di rumah orang tua Martha. Felix bersikap manis pada sang istri. Ia pun memberitahukan kabar gembira untuk mertuanya itu. Saat ibu Martha membawakan minum untuk Felix dan Martha, beliau duduk di samping sang ayah yang sedang bersenda gurau dengan anak dan menantunya itu.
"Mmm ... Oh ya, Pak Bu, Martha saat ini sedang hamil."
Ayah dan ibu Martha terlihat terkejut. Mereka tidak menyangka bahwa akan secepat ini menimang seorang cucu dari Felix juga Martha.
Felix pamit pulang meninggalkan Martha bersama orang tuanya. Lalu Felix pergi ke tempat Andrean. Ia masuk ke dalam kamar Andrean, tapi saat hendak membuka pintu, Felix mendengar ada suara perempuan di dalam kamar Andrean.
Tok ... Tok ... Tok
Suara ketukkan pintu yang menghentikan pembicaraan Andrean dengan perempuan itu. Felix membuka pintu, lalu ia melihat Sarah sedang berada di dalam kamar bersama Andrean.
"Sa-Sarah ...." Felix berjalan mendekati Sarah dan Andrean. Sarah pun langsung berdiri menghadap Felix dengan rasa yang tak karuan. Sarah takut jika Felix mendengar pembicaraannya dengan Andrean.
Felix tidak bertanya-tanya lagi, karena yang ia tahu bahwa Andrean dan Sarah bersahabat. Jadi, wajar bagi Sarah mendatangi rumah Andrean seperti ini. Andrean meminta maaf pada Felix. Ia juga mengikuti permainan Sarah yang memaksanya berpura-pura menjadi sahabat wanita yang pernah mengisi hatinya itu.
Di hari yang sama itu, pertemuan antar Felix dengan Sarah terjadi dua kali. Setelah Felix dan Sarah pamit pulang, Felix mengajak Sarah untuk ikut dengannya ke suatu tempat. Sarah tidak bisa menolak terus menerus ajakan Felix. Dan lagi, ia tidak ada alasan lain untuk menolak ajakan Felix. Karena tadi sepulang dari Alabama Kafe, Sarah meminta Adrian untuk mengantarnya ke rumah Andrean. Sehingga, Sarah tidak membawa kendaraan.
Dengan terpaksa, Sarah masuk ke dalam mobil Felix. "Kita mau ke mana?" tanya Sarah seraya menggunakan sit belt. "Kamu lihat saja nanti." Lagi-lagi, Felix membuat Sarah penasaran. Felix menancap gas dan siap membawa Sarah ke tempat yang ia tuju.
Tibalah mereka di suatu tempat yang membuat hati Sarah semakin merasa aneh. Felix membawa Sarah ke sebuah rumah kosong yang berada di Jl. Gajah Mada nomor 7.
Untuk apa Felix membawa Sarah ke sana?