Chereads / THE CEKI [END] / Chapter 9 - Flasback

Chapter 9 - Flasback

Clarissa, Amosa, dan Aboy sedang duduk di teras rumah Amosa. Rumah ini bukanlah rumah pribadi milik Amosa, melainkan sebuah kontrakan yang sengaja Amosa beli.

"Jadi, nanti kamu lewat pintu gerbang bagian samping, setelah itu kamu masuk lewat dapur. Letak boneknya ada di ruang keluarga, dan terpampang di dalam kotak kaca," jelas Clarissa sembari menunjukkan denah rumah tante Tatrix.

"Baik, aku paham," jawab Amosa yang masih mengamati denah dengan teliti.

"Nanti, setelah aku berikan kode, silahkan kamu masuk. Tapi, hati-hati jangan sampai orang sekitar mengetahuinya, karena bisa jadi kamu di kira maling," perintah Clarissa.

"Bagaimana kamu nanti memberikan kode kepada kita?" tanya Aboy.

"Mudah, kamarku berada di dekatnnya pintu gerbang bagian samping. Jadi kalian tinggal tunggu di sana nanti akan terlihat," jawab Clarissa.

"Kamu yakin? Kalau boneka itu adalah barang berharga milik Tatrix?" tanya Amosa.

"Sebenarnya cuma dugaan, sih. Tapi dari perlakuannya, Tatrix sangat menyayangi dan menjaga boneka itu," jawab Clarissa.

"Memangnya perlakuan seperti apa yang membuatmu yakin kalau boneka itu adalah benda paling berharganya?" Aboy ikut penasaran.

"Selama 2 bulan bekerja di sana, aku sering melihat Tatrix memperlakukan boneka itu layaknnya anaknya, di gendong, di ajak jalan-jalan, di mandiin, di ganti pakaian, bahkan di suapi," kata Clarissa.

Amosa mengembuskan asap dari dalam mulutnya. "Kalau begitu, kesanya Tatrix seperti orang tidak waras?" katanya.

"Memang, sejak awal kerja disana, aku merasa bahwa Tatrix adalah wanita gila. Namun, seiring berjalannya waktu, aku sadar bahwa ada sesuatu yang membuat dia seperti itu," ucap Clarissa.

"Sesuatu kaya gimana maksutmu?" Amosa kembali bertanya.

"Yah, mungkin seperti anaknya dulu meninggal, atau dia tidak bisa mempunyai anak. Sehingga mempengaruhi psikologinya dan bertindak layaknya punya anak," terang Clarissa.

"Kalau di pikir-pikir kasihan juga ya," sahut Aboy dengan tangan yang menggapit batang rokok.

"Jangan berlindung dibalik kata kasihan. Karena orang yang kita kasihani belum tentu memiliki rasa belas kasih kepada orang lain," kata Amosa dengan emosi yang memuncak.

*****

Clarissa mengambil senter yang berada di atas almari kecilnya, kemudian berjalan menuju ke arah jendela kamar. Clarissa membuka jendela, menyalakan senter dan mengarahkannya keluar. Ia mematikan dan menghidupkan senter sebanyak 3 kali dan pada bagian terakhir ia perlama.

"Itu tandanya," kata Aboy. "Lakukan dengan cepat, biar orang sekitar tidak mencurigai kita," sambungnya.

Amosa menutup rambutnya dengan kupluk jaket hitam, memakai masker hitam, dan memasukkan lengan kanannya yang megang senjata api ke saku jaket.

Saat ini mereka berdua sedang bersembunyi di balik sebuah pohon besar. Lokasinya cukup aman untuk bersembunyi, karena tempatnya gelap dan di kelilingi pepohonan.

"Jangan lupa, Clarissa sudah menyiapkan balok kayu di dapur," ingat Aboy.

"Aku sudah mengingatnya," jawab Amosa.

Amosa berjalan mendekati pintu pagar bagian samping. Dengan perlahan ia membuka pintu pagar tersebut. Amosa berusaha menghindari deritan yang keluar. Di rasa tubuhnya sudah bisa memasuki, Amosa langsung berjalan ke arah belakang rumah.

Dengan mudah Amosa membuka pintu belakang, karena Clarissa sengaja tidak menguncinya. Baru saja ia masuk, ia langsung melihat meja makan yang sudah berdiri di depannya. Amosa mengambil balok kayu yang tergeletak di bawah meja makan, kemudian berjalan meninggalkan dapur dan menuju ke ruang keluarga.

Sesampainya di ruang keluarga, Amosa langsung terperanga. Karena ia melihat banyak barang berharga tersimpan di sini. Mulai dari TV LED layar besar, komputer, laptop, dan 2 handpohone tergeletak di kursi. Meski ia tahu, dengan mengambil sebagian barang berharga ini, kehidupannya bisa tercukupi dalam beberapa waktu ke depan. Akan tetapi, tujuan Amosa bukan mengambil barangnya Tatrix, tetapi menghancurkan kehidupannya, karena Tatrix telah menghancurkan kehidupan putri kecilnya.

Sebuah etalase berbentuk kubus berdiri di pojok kamar dengan beberapa boneka berada di sampingnya. Cahaya lambu warna merah yang tersorot dari atas membuat kesan elok. Amosa menaruh balok kayunya di atas meja, dan mencoba membuka balok kaca yang menutupi boneka itu.

Akan tetapi, Amosa tidak terlalu cermat dalam menaruhnya, sehingga membuat balok kayu tersebut terjatuh ke lantai dan menghasilkan suara yang cukup keras. Suara pintu terbuka, dan terdengar suara langkah kaki menuju arah Amosa. Dengan segera Amosa menodongkan senjata api ke sumber suara.

*****