Chereads / THE CEKI [END] / Chapter 2 - COPET!!

Chapter 2 - COPET!!

"Sudah mau berangkat," kata Alsa yang berdiri di bawah gawang pintu. Alsa menguap, karena saat ini jam masih menunjuk ke angka 5. Kabut masih samar-samar terlihat, sang fajar mulai memperlihatkan ujung rambutnya.

Amosa tersenyum. "Eh, iya. Maaf telah membangunkanmu. Mumpung hari senin, dan jam-jam padat," jawabnya.

Alsa berjalan mendekati Amosa. "Apakah kamu yakin, ingin berangkat lagi?" tanya Alsa.

"Yakin atau tidaknya berasal dari kemauan, dan aku memiliki kemauan untuk terus menghidupi keluargaku, entah bagaimanapun juga mereka harus terus bernafas, meski aku harus kehilangan jati diri," jawab Amosa dengan tatapan serius tertuju ke Alsa.

"Bagaimana jika kamu nanti tertangkap? Apakah kamu tetap bisa menghidupi keluargamu?" Alsa kembali bertanya, namun kali ini raut muka Alsa terlihat sedih dengan kedua alis menggerut.

Amosa memegang bahu Alsa. "Kamu tenang saja, hal itu tidak akan terjadi, lagian tepat hari ini sudah 1 bulan semenjak kejadian itu." katanya.

Tetesan air terlihat mengalir di atas pipi Alsa. Dengan cepat dia mengusapnya. "Baik kalau hanya ini yang bisa dilakukan. Jaga dirimu, ingat kamu sudah berkeluarga, dan memiki seorang anak, jadi tolong jaga dirimu baik-baik" harap Alsa.

Amosa tersenyum. "Aku akan melakukan yang terbaik buat kamu, dan anak kita," Amosa menyingkirkan tanganya dari bahu Alsa.

Alsa mengangguk. "Kalau bisa kamu segera keluar dari kegiatan kotormu itu, dan menemukan pekerjaan yang layak untuk kita semua," katanya.

Amosa kembali tersenyum. "Kamu tenang saja, beberapa waktu lagi, aku akan menjadi juru parkir. Jadi setelah ini kamu tidak usah kawathir lagi," jawabnya.

Amosa berbalik badan, kemudian berjalan menuju ke pintu depan. Amosa memegang gagang pintu, memutar ke kanan, dan mendorong pintu. "Aku berangkat dulu," pamitnya. Amosa menutup pintu.

Alsa tidak menjawab, dan hanya menatap cemas ke arah suaminya. ia hanya berharap, suaminya segera menemukan pekerjaan yang layak dan keluar dari kegiatan mencopet.

Amosa berjalan menuju ke tempat dimana ia sering melancarkan aksinya, yaitu terminal. Terminal bukanlah tempat satu-satunya, melainkan Amosa juga sering mencopet di pasar, mall, stasiun, bahkan di jalanan. Namun, untuk hari ia memutuskan untuk melancarkan aksinya di terminal. Hal ini dilakukan untuk membinggungkan pihak keamanan dan tidak dicurigai pedagang setempat.

Dalam melancarkan aksinya, Amosa bantu oleh seorang yang seumuran dengannya, ia bernama Aboy. Aboy adalah anak rantau, dulunya ia bekerja di bangunan, namun semenjak proyek bangunannya selesai ia kesulitan mendapatkan pekerjaan. Dan akhirnya, ia memutuskan untuk menjadi pencopet guna memenuhi kehidupannya.

Jarak rumah Amosa menuju ke terminal tidaklah dekat. Amosa harus menempuh waktu hampir satu jam dengan jarak 5 KM. Amosa rela berjalan kaki menuju ke terminal guna memangkas biasa pengeluaran yang tak sebanding dengan pemasukan.

Baru saja Amosa memasuki gerbang terminal, ia melihat Aboy sedang duduk sembari menghisap batang rokok yang tergapit di jari tangan kanannya. Ia juga ditemani secangkir kopi yang masih beruap berdiri di depannya.

Amosa berjalan menuju ke arah Aboy. "Kopi satu buk," perintah Amosa kepada pemilik kedai kopi.

Amosa duduk disamping Aboy, mengeluarkan satu bungkus rokok, dan mengeluarkan satu batang rokok. Ibu jari Amosa memutar roda korek, kemudian menyelakan rokok yang sudah berada di mulutnya.

"Kamu tahu Mosa, 2 hari lalu ada pencopet yang tertangkap di stasiun. Mereka hampir mati, karena di hajar warga pada kala itu," kata Aboy.

Amosa mengeluarkan asap dari dalam mulutnya. "Itulah resiko yang harus di tanggung ketika memasuki kegiatan kotor ini. Kita juga tidak tahu kapan kita akan bernasib sama dengan mereka," katanya. "Oleh sebab itu, fikirkan terlebih dahulu sebelum bertindak, berhati-hati dalam menjalankan rencana, dan carilah jalan keluar ketika tertangkap," sambung Amosa.

Aboy tertawa ringan. "Semakin bijak saja kamu semenjak melakukan pembunuhan," godanya. Aboy menyeruput kopi. "Mosa, apakah kamu tidak menyesal karena telah membunuh seseorang?" tanyanya.

Amosa menutup kedua matanya, menarik nafas dalam-dalam, dan mengeluarkan secara perlahan. Amosa membuka matanya, dan menatap ke arah Aboy. "Kalau menuruti menyesal, aku sangat menyesal, karena aku telah merenggut hak dia, baik hak hidup, hak memiliki, maupun hak untuk mempertahankan harta," jawabnya.

"Jika kamu menyesali, kenapa kamu terlihat biasa-biasa saja?" sahut Aboy yang semakin penasaran.

"Jika aku menuruti penyesalan, maka aku akan kesulitan untuk bertahan hidup. Bisa-bisa keluargaku mati akibat kejamnya keadaan. Sejatinya, pembunuhan itu tidak semata-mata salahku. Hal ini juga di sebabkan adanya kuat dan lemah di dalam dunia," jawab Amosa.

*****

Amosa dan Aboy duduk secara terpisah di ruang tunggu ke datangan bus. Mereka saling memberi kode, mengamati ke adaan sekitar, dan paling penting, mereka sedang mencari mangsa yang lengah dengan keadaan.

Aboy memberi kode kepada Amosa, bahwa ia melihat ada seorang wanita yang sedang duduk sendirian. Amosa langsung bergerak mendekati wanita itu, kemudian di ikuti oleh Aboy.

Amosa duduk di samping wanita itu, sedangkan Aboy duduk di bangku yang berada di belakang mereka. Wanita itu tidak bergeming, menghiraukan ke datangan mereka berdua, ia terus fokus ke depan dengan menyilangkan tangan di depan dada.

"Maaf mbak, mau tanya, bus melati hitam apakah sudah datang?" tanya Amosa yang sengaja mengalihkan perhatian wanita itu.

Wanita itu menatap Amosan. "Maaf pak, setahu saya, bus melati hitam itu tidak ada," jawab wanita itu.

"Ada, kok, soalnya anak saya mau ke sini, dan mengatakan kalau dia naik bus melati hitam. Dia juga menyuruh saya untuk menjemputnya di terminal sini," jelas Amosa yang semakin mengalihkan perhatian wanita itu.

Aboy yang sedang duduk dibelakang mereka langsung melancarkan aksinya setelah mendapatkan kode dari Amosa. Dengan kepandaiannya yang telah ia kuasai dalam beberapa tahun, Aboy akhirnya bisa menggasak tas dari wanita itu. Aboy memasukkan tas itu ke dalam kantong plastik hitam.

"Coba tanyakan lagi pak, nanti dia salah sebut bus kali. Kasihan bapak nanti, sudah menunggu lama, tau-taunya dia bukan turun di sini," jawab wanita itu.

Aboy bangkit, meninggalkan Amosa yang masih sibuk mengalihkan perhatian wanita itu, dan berjalan ke arah bus. Hal ini dilakukan agar Aboy terlihat seakan-akan orang yang sedang menunggu bus, dan menghilangkan kecurigaan orang sekitar. Sebelum ia sampai di tempat bus terparkir, terlebih dahulu dia memasukkan sesuatu ke dalam tong sampah.

"Oh, begitu, ya, baiklah, terima kasih mbak atas informasinya," ucap Amosa.

Amosa beranjak dari tempat duduknya, dan berjalan meninggalkan ruang tunggu.

Tidak lama kemudian. "COPEEET....!! COPEEET..!! COPEEEEETTTT...!!" teriak seorang wanita dengan sangat histeris.

*****