Chereads / Korban Broken Home / Chapter 3 - Masa di bangku SMK Part 3

Chapter 3 - Masa di bangku SMK Part 3

Hari yang indah pagi setengah siang, mentari sudah terasa panas di wajah, sehingga membuat dahaga semua insan yang terkena pancaran cahayanya.

Saat itu Saiful, Rahel dan Sulis sedang berada di kantin, terlihat dihadapan mereka ada tiga mangkok yang berisi bakso dan tiga gelas teh hangat yang menemaninya.

Ria gembira rasa hati mereka hingga tidak sadar waktu sekolah sudah masuk, suasana akrab mulai terjalin hingga tukar nomor Hp, alamat rumah, Sulis yang hanya sebagai penonton merasa dicuekin dia tiba-tiba pergi tanpa memberi salam seraya berkata, "Biarlah saya pergi disini toh tidak berguna, diriku bagai obat nyamuk." Terlihat wajahnya tertekuk.

Rahel yang melihat itu dia dengan cepat menarik tangannya Sulis seraya berkata, "Sulis! Maafkan saya ... bukan maksud mencuekin kamu, jangan tinggalkan saya sendirianlah please! kita habiskan ini dulu baru pergi."

"Kamu enak bercanda tawa riang gembira dengan dia, sedang aku hmm ... sebagai penonton, saya juga punya hati, saya juga ingin seperti itu," terang Sulis.

"Hmm ... kamu cemburu ya ... kamu suka ya ... sama ... dia," kata Rahel sambil menunjuk kearah Saiful.

"Siapa juga, yang tidak mau menjadi kekasihnya pangeran turun dari langit, sudah biar saya pergi saja," kata Sulis yang mengotot dan berusaha melepas pegangan tangan Rahel, sesekali dia menariknya dan akhirnya dia bisa lepas juga dan pergi.

"Sulis!" panggil Rahel dengan nada lantangnya.

tetapi tidak ada jawaban sama sekali.

"Biarlah, mumpung ada kesempatan kita tukar pengalaman, belum tentu besok-besok ada kesempatan seperti ini," terang Saiful sambil makan baksonya lalu di lanjutkan minum teh hangatnya.

Kini mereka sudah duduk bersama lagi, hingga petugas penjaga kantin dibuatnya baper olehnya, sesekali Saiful menyuapinya, walau mereka belum jadian tetapi mereka merasa saling nyaman.

Tak lama kemudian Sulis tiba-tiba datang kembali sambil ngomel-ngomel sendiri sambil berjalan, tanpa permisi tiba-tiba dia berkata, "Tuh kalian dicari Bu Hanik, sudah masuk dari tadi."

"Ha ... Waduh ini ... mengapa kamu tidak memberi kabar, Kak If mari ternyata sudah masuk kelas," ujar Rahel sambil tak sadar memegang tangan Saiful dan menariknya kemudian lari bersama.

Saat di depan pintu kelas mereka mengucapkan salam, "Assalamu'alaikum, siang Bu!"

Mereka teman-temannya memandangi serta bersiul-siul melihat Saiful dan Rahel bergandengan tangan.

Mereka sadar saat Ibu Guru Hanik berkata, "Enak ya murid-murid, kita disuruh melihat pemandangan yang hmm ..."

Baru mereka melepaskan pengangan tangannya kemudian lari ke tempat duduknya kemudian menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Dalam hati Rahel tidak henti-hentinya berkata, "Ih ... malunya saya, mengapa dengan saya ini tiba-tiba tidak sadar memegang tangan Saiful, dia juga mau juga saya pegang, tapi jujur saya didekatnya merasa nyaman, tentram, dan bagaimana gitu, biarlah yang penting hati ini senang."

Saiful yang juga merasa demikian dia hanya tersenyum-senyum melihat Rahel, dan bersikap biasa seperti habis tidak terjadi apa-apa.

Sabil yang melihat itu merasa geram, rasanya ingin memukul Saiful karena wanita incarannya selama ini didekatinya.

"Sudah, Rahel satu kali lagi kamu berbuat begini tidak segan-segan Ibu guru mengadukan kepada guru BK atas kelakuanmu," terang Ibu Guru Hanik.

"Tuh, di buka bukanya lihat temannya itu kini giliranmu membaca lalu menerangkan, iya kamu Saiful," terang Ibu Guru Hanik.

"Iya ... bu" sahut Saiful.

Waktupun berjalan begitu cepat sekolah pun berakhir dan para murid pulang, begitu juga halnya Saiful dan Rahel, Mereka berdua pulang bersama.

"Rahel! Tadi kamu berangkat naik apa?" tanya Saiful sambil berdiri dan memandang wajah Rahel yang sudah mulai terlihat berkeringat.

"Tadi saya berangkat diantar Kakak, dan sepertinya Kakakku belum datang," terang Rahel.

"Hmm ... Pulang sama saya saja bagaimana, tapi ya gitu hanya naik sepeda," tutur Saiful.

"Iya tidak mengapa, tapi bagaimana kalau Kakakku nanti kesini, dan tidak menemukan saya," terang Rahel.

"Begini saja, kamu punya nomer Hpnyakan, ya kamu coba hubungi, kamu beri kabar kalau kamu pulang diantar dengan temannya," terang Saiful.

"Baik, sebentar saya telfon dulu Kakak saya," ujar Rahel.

Tut ... Tut ... Tut

"Halo, Assalamu'alaikum, ada apa Rahel, ini Kakak belum bisa menjemput, ini masih ada tugas tambahan, kayaknya menjemputnya agak siangan, tidak apa-apa ya sudah kamu di temanmu saja dulu nanti saya jemput, yang penting share lokasi," terang Kakak Rahel.

"Iya Kak, saya minta izin pulang sama teman ya Kak kalau gitu," ujar Rahel.

"Ya ... Sudah yang penting hati-hati langsung pulang jangan singgah kemana-mana," terang Kakaknya.

"Iya Kak," sahut Rahel.

"Sudah Kak If, Kakakku mengizinkan kita pulang bersama," terang Rahel.

"Baik kalau begitu mari," ajak Saiful Bagai panas setahun disiram air hujan, rasa yang menyelimuti hati mereka berdua tidak bisa di ucapkan dengan kata-kata.

Dengan mengendarahi sepeda motor mereka berdua berkeliling taman sambil melihat suasana sekitar kemudian singgah di warung makan, Seperti tidak mau pulang karena asyiknya, tidak disangka Yolanda yang kebiasaan juga singgah di warung makan ini tiba-tiba dikejutkan dengan pemandangan yang membuat hatinya tercabik-cabik, harus melihat mereka berdua canda gurau.

Tanpa pikir panjang dia langsung menghampiri mereka berdua saat berada di depannya seraya berkata, "Sayang! Oh ini kah penyebab kamu tidak mau dengan saya, kamu juga siapa kamu, ingat ya ... saya pacarnya jangan berani-berani ambil punyaku kalau kamu tidak mau kena sial, dan berhadapan dengan saya."

"Hey ... Siapa kamu? Tiba-tiba datang marah-marah, sudah berapa banyak lagi saya menjelaskan kepadamu bahwa saya tidak mau balikan sama kamu, puas," terang Saiful yang tiba-tiba berdiri dan menarik tangan Rahel dan pergi.

"Maaf Mbak, tidak seperti yang kamu lihat kita tidak ada apa-apa ya ... tenang saja kita hanya sebatas teman," terang Rahel yang kemudian ikut pergi bersama Saiful.

"Hey ... Wanita perebut kekasih orang lihat saja ya ... kalau kamu berani merebutnya saya tidak akan tinggal diam," terang Yolanda yang tidak jadi beli bakso karena sudah tidak mute lagi.

Kini Rahel dan Saiful pergi menuju ke rumah Rahel, didalam perjalanannya Rahel berkata, "Siapa tadi Kak If, sepertinya dia sangat tidak suka pada kedekatan kita."

"Itu, mantan saya saat di bangku SMP dia berani-beraninya meninggalkan diriku, dia memilih pacarnya yang lebuh kaya, eh sekarang ketika pacarnya dijodohkan dengan wanita lain dia ingin kembali, oh sory tak akan terjadi, sudahlah biarkan saja nanti juga berhenti sendiri," terang Saiful.

"Hmm ... gitu ya," Sahut Rahel.

Kini mereka sudah berada di depan rumahnya Rahel maka Saiful berkata kepadanya, "Oh ... ini rumahmu, ya ... tidak terlalu jauh dari rumahku, kapan-kapan boleh saya bermain dirumahmu."

"Iyakah, Ya bolehlah ... silahkan kamu bermain kesini, tapi yang gitu rumah saya hanya seperti ini.

"Ya sudah kalau begitu saya pulang dulu ya," terang Saiful.

"Tidak singgah dulu sebentar, minum-minum teh gitu!" ajak Rahel.

"Tidak terima kasih, besok-besok saja," terang Saiful.

Belum saja Saiful beranjak dari tempat berdirinya tiba-tiba Rahel jatuh pinsan, dan Saiful menjadi panik harus bagaimana berbuat.

Nah Bagaimana kelanjutan kisahnya, mari ikuti kisahnya.