Setelah berdebat dengan Tia, Elang diajak oleh Ayudia untuk kembali ke depan sambil menunggu menu yang masih disiapkan oleh bagian dapur. Ayudia menunggu sambil berdiri di dekat pintu tanpa menghiraukan tatapan tajam dari Tia dan Seli. Elang mendekat pada Ayudia.
"Dek Ayu, harusnya kamu melawan apa yang dilakukan Tia sama kamu. Dia udah keterlaluan mentang-mentang senior di cafe ini," ucap Elang tiba-tiba yang kini berada di samping Ayudia.
"Kak, udah nggak usah dipikirkan lagi. Aku nggak apa-apa kok, yuk kita lanjut kerja lagi. Kayaknya semua menu yang ada di dapur udah selesai," ucap Ayudia. Ayudia tidak membuat Elang membenci Tia hanya karena Tia membenci dirinya. Karena Ayudia merasa sangat bersalah jika seandainya Elang benar-benar membenci semua orang yang membencinya.
"Baiklah. Kalau Tia jahat sama kamu lagi bilang dan lapor ke aku atau pun bos kita. Biar dia nggak seenaknya sama kamu," sahut Elang dan berjalan mengikuti langkah kaki Ayudia. Elang ingin mengambil pesanan milik pengunjung yang ada di nomor 11. Sedangkan Ayudia akan mengantarkan di meja nomor 6.
Tka terasa hari sudah berganti malam, Ayudia ingin segera pulang ke rumah karena ia sangat khawatir dengan ibunya yang dia tinggal sejak pagi tadi. Malam ini jam menunjukkan pukul hampir jam 9 malam. Ayudia tentu saja merasa sangat lelah setelah seharian bekerja dan sekolah. Sebenarnya Ayudia merasa sangat lelah dengan keadaan yang dia jalani selama ini. Di usianya yang masih remaja, Ayudia harus rela menghabiskan waktunya untuk bekerja apapun asalkan menghasilkan uang dan juga halal.
Dengan langkah cepat Ayudia berjalan menyusuri sepanjang perjalanan menuju rumahnya. Tentu saja masih jauh dari resto and cafe tempatnya bekerja itu. Sebenarnya Ayudia merasa sangat takut jika harus pulang sendiri dengan berjalan kaki. Selama ini Ayudia sangat ingin mempunyai sepeda motor meskipun bekas. Tetapi Ayudia tidak mempunyai uang untuk itu. Ia sadar diri dan tidak berani mengeluh dengan keadaan yang dialami saat ini. Mengeluh pun tidak akan mengembalikan keadaannya menjadi baik.
Saat Ayudia berjalan dengan cepat, tiba-tiba di sampingnya berjalan ada motor sport yang berhenti di sampingnya. Membuat Ayudia terlonjak karena takut yang menderanya sejak tadi. Ayudia menoleh, ternyata temannya sekelas dan itu membuat Ayudia semakin gugup. Dia adalah Bayu, sahabat Kenzo yang memiliki sikap bad boy. Hampir sama dengan Kenzo.
"Ayudia Maharani, waw jam segini baru pulang dari sekolah. Hebat, apa aja yang lo lakuin sampai malam begini? Wah lo jual diri ya karena butuh biaya kebutuhan sekolah yang sangat mahal?" Hina Bayu pada Ayudia. Ayudia merasa sangat sakit hati dan juga sesak. Ingin sekali ia melawan dan menjawab perkataan Bayu barusan tetapi ia tidak berani karena takut jika Bayu akan bertindak yang lebih kasar. Karena suasananya sudah malam dan juga dirinya hanya sendiri maka Ayudia tidak berani untuk melawan Bayu.
"Kalau itu yang kamu pikirkan, ya udah silahkan kamu berasumsi demikian. Permisi, aku mau pulang dulu," jawab Ayudia sambil melanjutkan langkahnya lagi. Ia takut jika Bayu akan berbuat sesuatu padanya. Zaman sekarang banyak pemuda nekat karena suasana yang dilewati Ayudia sangat sepi, tidak ada seorangpun yang lewat karena itu bukan di jalan raya. Ayudia memilih jalan pintas. Dan di saat Ayudia berbelok ke gang itu Bayu kebetulan lewat dan melihat jika gadis tersebut sangat mirip dengan Ayudia karena masih memakai seragam sekolah.
"Jangan belagu lo, lo tuh bisa sekolah ke Darma Bangsa cuma karena bea siswa. Kalau bukan karena itu lo nggak akan bisa sekolah di sana. Makanya lo cari duit haram kan sampai malam begini?" sarkas Bayu yang tak terima karena jawaban Ayudia barusan. Entah kenapa ia begitu tertarik untuk menghina Ayudia.
"Bukan urusanmu!" pekik Ayudia. Ayudia merasa sangat sakit hati, bukan hanya Bayu yang mengira jika dirinya mencari uang haram. Ada beberapa tetangganya juga yang berkomentar seperti itu. Hal itu terkadang membuat Ayudia frustasi karena takdirnya menjadi gadis miskin. Tetapi saat ia melihat ibunya yang sedang sakit-sakitan membuat Ayudia merasa bersalah karena tidak bersyukur dengan keadaannya sekarang.
"Jalang lo, gue yakin tubuh lo itu udah banyak yang menjamah," sarkas Bayu lagi dengan emosi. Lalu ia membiarkan Ayudia berjalan menjauhinya dan Bayu kembali menaiki motor sport nya dan kembali ke jalan raya. Rencananya malam ini ia ingin pergi ke tempat Kenzo untuk bermain game. Karena hanya di rumah Kenzo mereka bisa bebas. Tidak ada siapapun di sana kecuali Kenzo dan pembantunya.
***
Selang beberapa menit kemudian, akhirnya motor yang dinaiki Bayu sudah tiba di depan rumah Kenzo. Lalu Bayu langsung masuk ke dalam rumah Kenzo setelah dibukakan pintunya oleh pembantu di rumah Kenzo. Dengan cepat Bayu menaiki tangga yang akan menuju di kame Kenzo.
Setibanya di lantai kamar Kenzo, Bayu mengetuk pintu kamar Kenzo. Setelah pintu dibuka oleh Kenzo, Bayu langsung masuk ke dalam kamar Kenzo dan ia melihat apa yang dilakukan sahabatnya itu tampak sangat terkejut.
"Gila lo, nonton Bf lo?" tanya Bayu yang heboh saat melihat laptop Kenzo yang masih menyala. Kenzo langsung melempar bantal tepat di wajah Bayu dan membuat Bayu mendengus kesal.
"Kaya lo nggak pernah aja, kan yang ngajarin gue," sahut Kenzo tak terima. Sebagai remaja yang masih duduk di bangku sekolah, Kenzo sudah menyimpan video seperti itu dan tanpa sepengetahuannya. Dikarenakan kedua orang tuanya yang selalu sibuk membuat Kenzo merasa kurang perhatian dari kedua orang tuanya.
"Heh, tapi kan gue nggak sendirian. Ada Erland juga," kilah Bayu karena tidak ingin disalahkan oleh Kenzo.
"Ngeles aja lo, ngapain lo ke sini malam ini? Mana Erland nggak lo ajak kemari," tanya Kenzo yang tidak melihat adanya Erland.
"Gue tadi ajak tapi kayaknya dia lagi sama Geisha. Yaudah gue ke sini sendiri," jawab Bayu.
Kenzo hanya diam saja dan langsung kembali menghadap laptopnya dan mematikan laptopnya. Lalu ia menyalakan TV dan menonton film laga yang saat itu sedang trend.
"Ken, lo tau nggak?" tanya Bayu. Kenzo menoleh sambil menautkan kedua alisnya. "Apaan?" tanyanya.
"Gue tadi pas di jalan mau ke sini ketemu sama Ayudia," jawab Bayu sambil memainkan ponselnya.
"Di mana?" tanya Kenzo penasaran saat Bayu membahas tentang Ayudia.
"Di jalan, dia jalan kaki gitu masih pakai seragam. Gue jadi curiga sama tuh anak," ucap Bayu. Sejak tadi Bayu masih menduga jika Ayudia menjual dari hanya demi uang.
"Curiga kenapa?" tanya Kenzo yang berusaha untuk tidak mengerti dengan ucapan Bayu.
"Gue curiga kalau dia tuh jual diri gitu ke om-om," jelas Bayu dan membuat Kenzo terkejut, kenapa bisa sama pikirannya Bayu dengan apa yang dia pikirkan saat ini.