Chereads / Disaster Life in Kouh Academy / Chapter 2 - Bagian 2

Chapter 2 - Bagian 2

"Paman, semua piringnya sudah kucuci bersih."

"Bagus, tolong bersihkan beberapa perlengkapan sebelum kau pulang!" Ucap pemilik restoran.

"Baik!" Jawabku

Setelah mencuci bersih peralatan seperti kenceng dan panci. Akhirnya pekerjaan hari ini selesai, untuk mencukupi kebutuhan aku bekerja sambilan sebagai pencuci piring.

Jam kerja diriku pun hanya tiga jam dengan bayaran sesuai dengan tingkat penjualan. Tapi sesekali si pemilik restoran melebihkan gajiku sebagai tips.

Rumah makan yang menu utamanya adalah ramen ini. Hanya buka selama 5 hari per Minggu, jadi hari sabtu tidak bekerja.

"Paman? Semua sudah beres, aku pamit pulang ya!" Ucapku.

"Oh tunggu sebentar! Tolong kemarilah, Yudi." Ucapnya.

"Baik," jawabku.

Saat aku mendekat dia memberikan sebuah amplop dan berkata dengan senyum.

"Aku mau memberimu gaji bulan ini, terima kasih atas kerja kerasnya."

Aku jelas senang karena akhirnya sudah gajian. Hari terbaik bagi para pekerja adalah saat gajian.

"Terima kasih, paman Teuchi-san! Aku benar-benar beruntung, kau mau memperkerjakan diriku di restoran milikmu ini." Ucapku tulus.

Jika bukan karena kebaikannya menerima diriku di sini. Aku mungkin sudah luntang-lantung di jalanan. Setelah kehilangan kedua orang tua karena kecelakaan.

Kehidupan diriku seperti vas yang di banting ke lantai. Namun Paman Teuchi-san memperbaiki vas tersebut dan malah memberikan sebuah bunga sebagai penghias.

"Kau sudah kuanggap anak sendiri, jangan sungkan." Jawabnya.

"Terima kasih atas kebaikan paman, kalau begitu aku permisi dulu." Ucapku sambil membungkuk.

$Iya sama-sama. Hati-hati di jalan."

"Baik!"

Setelah itu aku langsung menuju rumah. Itu adalah satu-satunya hal yang ditinggalkan oleh orang tuaku. Meskipun ada beberapa tabungan juga, namun aku belum menyentuhnya sama sekali.

Aku bertekad hanya akan menggunakan uang itu jika keadaan darurat. Karena itu adalah harta terakhir yang ditinggalkan oleh mereka.

Saat membuka pintu hal pertama yang kulihat ialah ketiga gadis yang sudah kuselamatkan dan tinggal tiga hari di rumahku sedang duduk di ruang tamu seakan menunggu kedatanganku. Entah bagaimana perasaanku menghangat.

'Apa begini ya, perasaan ayah saat melihat aku dan ibu menyambutnya.' Batinku

"Oh Yudi-san, kau sudah kembali!" Ucap Kalawarner.

"Iya, Tadaima!" Ucapku.

"Okaerinasai!" Jawab mereka.

"Sebenarnya ada yang ingin kami bicarakan denganmu, tapi sebaiknya kamu membersihkan diri dan makan dulu untuk menyegarkan pikiran. Aku sudah menyiapkan air panasnya!"

Pipiku terasa panas saat dia mengatakan itu, apalagi ia mengatakannya dengan senyum manis.

"Iya, terima kasih!" Balasku.

Aku segera melakukan apa yang dia instruksikan. Ku lirik gadis yang tadi kubangunkan, dia nampak gelisah saat aku melihatnya.

'Ada apa dengannya? Padahal tadi dia tidak seperti itu.'

Setelah mandi dan makan malam, aku pun bergabung dengan ketiga gadis yang sudah duduk di sofa.

"Jadi hal apa yang ingin kalian bicarakan dengan diriku?" Tanyaku.

Ketiganya saling menatap sebelum akhirnya mengangguk. Aku tidak tahu apa yang mereka ucapkan melalu tatapan itu. Lalu Kalawarner memulai pembicaraan.

"Sebenarnya, kami adalah buronan. Alasannya karena kami telah menyerang salah satu dari adik Maou Lucifer. Jadi keberadaan kami di sini akan berbahaya bagimu." Ucap Kalawarner.

"Hn begitu!" Responku.

"Heh! Kenapa kau malah menanggapi dengan santai seperti itu?" Ucap gadis berambut pirang panjang. Kalau tidak salah namanya Mittelt.

"Habisnya, aku harus bagaimana? Kalau kubiarkan saja saat itu, kemungkinan kalian akan mati." Jawabku.

Ketiganya memasang wajah terkejut setelah mendengar jawabanku. Lalu gadis berambut hitam panjang yang aku belum tahu namanya berdiri dan berkata.

"Lebih baik kau biarkan saja, kalau kau tahu apa yang telah kami lakukan. Pasti kau juga akan mengusir kami juga!" Ucapnya setengah teriak.

"Raynare! Jangan berkata seperti itu!" Potong Kalawarner.

"Biarkan saja, Kalawarner! Ini semua salahku, harusnya aku tidak gegabah melakukannya. Tapi semua sudah terlanjur." Ucapnya lirih.

'Ray-nee jangan bilang begitu, kau juga melakukan semua itu karena ingin ketua senang." Bantah Mittelt.

"Tapi karena keegoisan diriku, Dohnasek menjadi korban. Aku tidak bisa memanggung lebih banyak lagi rasa bersalah." Ucap gadis itu dengan rasa putus asa.

Setelah mereka berdebat begitu seru, suasana menjadi hening. Setengah dari penjelasan mereka bisa kupahami, tapi soal Maou Lucifer siapa dia sebenarnya?

"Aku sedikit paham dengan apa yang kalian debatkan. Intinya kalian sudah melakukan hal buruk pada adik dari Maou Lucifer dan menjadi buronan. Itu semua kalian lakukan untuk mendapat pengakuan dari pemimpin kalian. Tapi Siapa Maou Lucifer itu dan siapa pemimpin kalian? Aku masih belum tau?" Ucapku.