Chereads / Disaster Life in Kouh Academy / Chapter 6 - Diskusi 2

Chapter 6 - Diskusi 2

"Apa maksudmu dengan berkata kalau ini semua untuk membuat rumah?" Tanya Raynare dengan tatapan tajam.

Apa gadis ini tidak mengerti dengan situasi yang menimpanya dan dua malaikat jatuh lainnya. Aku sebenarnya ingin membuat situasi mereka lebih baik.

"Hn, sekarang aku tanya padamu. Apa makna 'rumah' itu?" Tanyaku.

"Rumah adalah sebuah tempat yang akan melindungimu dari panas dan hujan. Meskipun aku tidak begitu peduli soalnya bisa hidup dimana saja yang aku suka." Jawabnya.

Aku tersenyum saat mendengar jawaban itu, bagiku hal tersebut begitu menggelitik jika dibandingkan oleh keadaannya saat ini.

"Kenapa kau tersenyum begitu, apa ada yang lucu dari jawaban yang kuberikan?" Ucapnya seraya menggembungkan pipinya.

Aku tidak bisa menahan diri saat melihat begitu imut dirinya ketika menggembungkan pipi seperti itu. Kucubit pelan pipinya sambi menjawab.

"Itu adalah jawaban yang paling sederhana, bukan berarti jawabanmu salah. Tapi aku ingin kau menjawab makna sesungguhnya dari rumah, bikan kegunaan dari rumah." Ucapku.

"Sakit Yudi, tolong lepaskan!" Keluhnya dengan lembut.

Kucubit agak keras sebelum melepaskannya, meskipun ada rasa kesal tapi aku puas sudah melampiaskan rasa gemasku.

"Kalau begitu, jawab pertanyaanku dengan benar." Pintaku lagi.

"Hnn! Makna rumah ya, mungkin sebuah tempat dimana orang-orang yang dekat dengan kita tinggal bersama. Itu jawaban yang terlintas di kepalaku." Jawabnya dengan mode berpikir.

Aku terkesan jawaban yang dia berikan hampir mendekati apa yang aku simpulkan selama ini. Bisa dibilang kalau jawabannya lima puluh persen benar menurutku.

"Menarik sekali, setidaknya itu jawaban yang meyakinkan." Ucapku

"Terus jawaban pasti dari sebuah rumah itu apa? Lalu alasan kau mau membuat rumah untuk kami itu apa? Serta jelaskan kenapa kau mau membantu gadis Elf itu?" Ucap Raynare.

Aku menutup mataku setelah mendengar semua pertanyaan darinya. Setelah itu aku memberikan jawaban yang menurut diriku benar.

"Rumah adalah tempat dimana orang-orang yang memikirkan dirimu berada, meskipun terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan. Selama itu berasal dari rumah, entah bagaimana hal tersebut malah membuat kita bahagia. Selain itu rumah adalah satu-satunya tempat dimana kita bisa hidup tanpa rasa khawatir. Itu jawaban pertanyaan pertama."

"Situasi dirimu dan teman-temanmu saat ini adalah alasan kenapa aku ingin membuat rumah untuk kalian. Meskipun kalian nampak nyaman di rumahku tapi kalian pasti selalu merasa was-was sebab sudah menjadi buronan. Itu jawaban pertanyaan kedua."

"Lalu alasan kenapa aku ingin membantu gadis Elf itu karena benda ini … "

Aku menggantungkan kalimat dan berkonsentrasi untuk mengeluarkan Tombak Petir yang tiba-tiba bersemayam di tubuhku.

Dari ketiadaan Tombak Petir itu muncul dan aku menggenggam dengan tangan kanan dan menjelaskan kembali pada Raynare.

"Aku adalah orang yang terpilih oleh Tombak ini. Gadis Elf itu meminta bantuanku karena aku adalah yang terpilih. Namun aku sadar kalau diriku tidak punya kemampuan. Karena itu Raynare, aku meminta tolong padamu. Pinjami aku kekuatan untuk membantu gadis Elf itu!" Ini jawaban dari pertanyaan ketiga. Jawabku sambil menatap Raynare.

Gadis yang memiliki manik ungu itu tertegun, aku tidak tahu apa dia tidak bisa mencerna apa yang baru kusampaikan atau mungkin dia berpikir lain.

"Raynare!" Panggilku.

"Ah! Maaf aku terkejut, tidak kusangka kau adalah orang yang terpilih oleh Tombak itu. Lalu jawabanmu untuk pertanyaan pertama dan kedua itu apa sungguhan? Lalu kenapa kau menyuruhku merekrut beberapa malaikat jatuh?"

Astaga aku pikir dia akan merespon permintaanku, tapi malah meminta penjelasan lain.

"Aku serius dan alasan kenapa menyuruhmu merekrut malaikat jatuh lainnya adalah untuk membangun pasukan."

"Pa-pasukan, memangnya kau berencana untuk apa?" Tanyanya lagi.

"Aku hanya menyiapkan payung sebelum terjadi hujan. Untuk sekarang kita mungkin aman karena mereka belum curiga, namun aku yakin cepat atau lambat keberadaan dirimu dan teman-temanmu akan di ketahui oleh mereka."

"Lantas aku berpikir, jika hanya kalian bertiga kesempatan kalian untuk bertahan sangat kecil. Namun jika kau sedari awal menggalang kekuatan mungkin musuh akan ragu untuk menyerang." Jawabku.

Itu adalah sebuah garis besar dari rencana yang sudah kubuat, namun saat melihat gadis Elf ini datang padaku. Sepertinya aku akan membuat perencanaan yang lebih besar.

"Aku tidak pernah berpikir seperti itu, jadi tujuanmu menyuruh merekrut Rasku adalah untuk persiapan seandainya para Akuma menyerang kita." Simpul Raynare.

"Begitulah, apa sekarang kau akan membantuku untuk menolong gadis Elf itu?" Balasku.

Raynare nampak berpikir sejenak. Ya ampun apalagi yang dia risaukan, aku ingin dia menjawab 'oke mari kita pergi' tapi wajahnya tidak menunjukkan hal yang aku harapkan.

"Kenapa kau berbuat sejauh itu untuk kami? Kita baru saling mengenal selama tiga hari, tapi kenapa kau begitu memikirkan kami sampai seperti itu?" Tanyanya.

Saat mendengar pertanyaan itu aku terdiam. Apa yang dia tanyakan seakan menyadarkan diriku, seperti yang dia tanyakan.

Kenapa aku begitu bersemangat untuk menyelamatkan mereka, kenapa aku begitu mengkhawatirkan keadaan mereka padahal mereka orang asing bagiku.

Tapi selama tiga hari ini, aku merasa rumah yang selama ini begitu sepi dan dingin terasa hangat dan nyaman. Apa karena itu aku menjadi bersemangat menolong mereka.

'Huh! Jangan salah paham, aku hanya tidak ingin persediaan makananku cepat habis," ucapku sambil tersenyum.

"Haaah!" Teriaknya

Setelah dia memberikan sumpah serapah diiringi lemparan benda keadaan kembali kondusif, Raynare akhirnya menjawab pertanyaanku sebelumnya.

"Baiklah, aku mengerti sepenuhnya apa yang kau rencanakan. Aku setuju untuk membantu gadis Elf itu menyelamatkan desanya dari para Orc." Ucap Raynare.

Mendengar jawaban itu aku melekukan sudut bibir.