Setelah diskusi itu, Raynare dan Yudi menghampiri mereka yang sedang menunggu di ruang tamu.
"Jadi pertengkaran kalian sudah selesai?" Tanya Kalawarner.
"Tidak kusangka hubungan kalian sudah begitu cepat. Padahal Ray-nee awalnya nampak tidak suka pada Yudi, entah kenapa dia menjadi begitu dekat. Kurasa pribahasa itu benar, jangan terlalu membenci karena benci merupakan setengah dari cinta." Ucap Mittelt.
"Apa yang kau ucapkan, Mittelt!" Bantah Raynare dengan pipi merona.
Menanggapi hal itu Kalawarner yang peka segera menambah keriuhan.
"Pipimu bertolak belakang dengan ucapanmu, apa ini sebuah pertanda kalau kau menyukai Yudi." Ucapnya.
"O~kay! Mari kita kembali pada topik utamanya." Ucap Yudi
"Heh~ Pria ini bertingkah sok tidak peduli padahal kau mengkhawatirkan Raynare bukan?" Respon Kalawarner.
Perempatan muncul di dahi Yudi saat mendengar ucapan Kalawarner. Segera dia menunjuk dan berkata.
"Aku tidak mengerti maksudmu, tapi bisa tidak jangan membuat kesalahpahaman!" Bantah Yudi.
"Woah tidak kusangka Ray-nee dibela oleh Yudi, kyaa~. Ini adalah sesuatu yang luar biasa, benarkan semuanya!" Ucap Mittelt.
"Ah benar sekali!" Sahut kedua belas rekrutmen itu.
Akhirnya terjadi perdebatan singkat dulu untuk menepis kesalahpahaman itu. Setelah puas membuat dua orang itu pusing barulah Kalawarner menuntun pada topik pentingnya.
"Sudah kami jelaskan, kalau tadi itu diskusinya membahas soal rumah tidak ada yang lain." Ucap Yudi menyelesaikan penjelasannya.
"Mittelt! Kalawarner! Bisa-bisanya kalian membuat kesalahpahaman ini!" tambah Raynare.
"Ehe Fuh-hahaha! Kalian begitu lucu, lalu Yudi-san terima kasih karena kau tidak bersikap dingin. Tidak kusangka kalau itu ada hubungannya dengan Raynare sifatmu bisa berubah." Ucap Kalawarner.
Mendengar itu Yudi merutuk dirinya karena telah terseret alur yang dibuat oleh Kalawarner.
'Kuso! Wanita ini ternyata sudah merencanakannya dari awal. Suatu hari akan aku balas!' Batin Yudi.
"Apa yang kau ucapkan benar, ternyata Yudi-san begitu menyukai Ray-nee!" Ucap Mittelt
"Sudah hentikan!" Ucap keduanya.
Lalu tawa kecil kembali menghangatkan suasana ruangan itu. Bahkan Lefiya juga ikut tertawa kecil melihat interaksi mereka.
'Entah kenapa tempat ini rasanya begitu hangat, mereka juga tidak mendiskriminasi diriku yang bukan bagian dari mereka!' Batinnya.
"Jadi, kita kembali ke topik utamanya. Setelah berbincang dengan Lefiya-chan kita bisa mendapatkan sedikit informasi tambahan. Coba jelaskan lagi, Lefiya-chan!" Ucap Kalawarner.
Suasana yang tadi penuh tawa kini perlahan menjadi serius. Lefiya awalnya berpikir kalau dia akan dikucilkan karena datang membawa masalah dan meminta bantuan. Dia sedikit ragu untuk meminta bantuan, karena takut permintaannya diabaikan.
Namun melihat interaksi dan sikap orang-orang di rumah ini yang menerima dan memperlakukannya dengan baik. Membuat keraguannya menghilang.
"Baik! Sebelumnya aku benar-benar berterima kasih karena kalian ingin membantuku, untuk melawan para gerombolan Orc yang menyerang desa kami. Jujur aku tidak bisa menjamin apa bisa membalasnya dengan layak." Ucapnya.
"Itu tidak penting, hal tersebut baiknya kita bahas setelah mengusir gerombolan Orc itu." Ucap Yudi.
"Apa yang dikatakan Yudi benar. Prioritas utama kita adalah mengusir Orc dari kampung halamanmu." Ucap Kalawarner.
"Jadi kau jangan mengkhawatirkan hal yang bukan-bukan Lefi-chan!" Tambah Mittelt.
"Yang lebih penting adalah apa informasi yang kau miliki dapat membuat persentase keberhasilan kita meningkat!" Ucap Raynare penasaran.
Mendengar jawaban seperti itu membuat Lefiya tertegun. setelah dia mengendalikan diri perlahan dia mulai menjelaskan.
"Aku mengerti, informasi yang aku miliki saat ini adalah Jumlah Orc yang menyerang kami sekitar 600. Pemimpinnya bernama Gouli, dia begitu berambisi untuk merebut kampung halaman kami sehingga bisa mempersunting Ratu kami." Ucapnya.
"Hn enam ratus ya, itu jumlah yang akan sulit kita tangani. Lalu mereka menggunakan peralatan seperti apa?" Tanya Kalawarner.
"Kebanyakan dari mereka menggunakan pedang dan gada. Karena tubuhnya terlindungi oleh bulu yang lebat mereka jarang menggunakan zirah. Lalu di bagian belakang mereka ada pengguna panah dan beberapa adalah penyihir." Jawab Lefiya.
Mendengar itu Raynare menyentuh dagu dengan tangannya, berusaha untuk memperhitungkan kekuatan musuh.
"Pengaturan pasukan mereka sangat rapi, pemimpinnya pasti sedikit memahami peperangan!" Ucap Raynare mengeluarkan pendapat.
"Terus gimana dengan jumlah Elf sendiri, berapa banyak yang ada di Desamu?" Tanya Mittelt.
Lefiya menunduk dan mengendurkan bahu saat pertanyaan itu lolos dari mulut Mittelt. Dengan bergetar dia menjawab pertanyaan tersebut.
"Jumlah kami hanya 350 orang, saat aku melarikan diri 15 orang sudah gugur. Aku tidak tau berapa banyak lagi yang gugur selama aku pergi. Aku … aku benar-benar ingin menolong mereka. Karena itu tolong pinjamkan aku kekuatan!" Ucapnya seraya meneteskan air mata.
Suasana menjadi hening dan Mittelt merasa bersalah, karena sudah mengajukan pertanyaan yang membuat Lefiya terguncang.
Lefiya kembali melanjutkan.
"Sebenarnya aku meminta Ratu agar menyuruh yang lain saja karena merasa tidak sanggup. Tapi dia memaksa dan berkata kalau aku berhasil. Karena itu-"
Sebuah tepukan lembut di bahu membuat Lefiya menghentikan ucapannya. Kemudian sebuah sorot mata yang berisi makna aku tidak akan memaafkan mereka yang membuatmu jadi seperti ini terlukis di mata pemuda yang menolongnya.
"Jangan khawatir kami pasti akan menolong, karena itu hapus air matamu. Akan kupastikan para Orc itu menyesal karena menyerang kalian." Ucap Yudi dengan penekanan.
Semangat mereka yang ada di ruangan meningkat, saat mendengar Yudi mengucapkan hal tersebut pada Lefiya. Namun Raynare menguji semangat mereka dengan berkata.
"Moral pasukan yang baik memang sedikit membantu dalam pertempuran, tapi kalau kita bergerak tanpa persiapan dan rencana itu sama saja bunuh diri." Ucapnya.
"Ray-nee kau suka sekali mengacaukan suasana!" Ucap Mittelt.
"Sekarang kau malah membuat kami ragu, dasar Baka-Rayna!" Tambah Kalawarner.
Semangat mereka yang menggebu itupun perlahan memudar setelah mendengar ucapan Raynare. Apa yang diucapkannya memang benar, semangat memang penting tapi hal yang lebih penting adalah sebuah rencana.
"Apa yang kalian berdua katakan, aku hanya memberikan penjelasan logis. Sekali lagi kutegaskan, kalau kita ke sana tanpa persiapan dan rencana kita hanya mencoba bunuh diri?" Bantahnya.
Suasana menjadi hening, tidak ada satupun yang mencoba membantah. Bahkan Lefiya yang tadi sempat lega dan bersemangat karena akan mendapat bantuan terdiam membisu.
Di saat seperti itu hanya satu orang yang berani mengeluarkan pendapatnya.
"Saat aku bilang akan membuat para Orc menyesal karena menyerang kampung halaman Lefiya itu sungguhan, lalu untuk penjelasan yang kau ulang dua kali itu. Aku sudah memikirkan dan memilikinya." Ucap Yudi.
Semua memandang ke arahnya, mereka bertanya-tanya rencana seperti apa yang dia miliki sehingga mampu berkata dengan yakin seperti itu.