Chapter 8 - Perang

"Hahaha! menyerahlah Ratu Riveria, biarkan aku menikahimu. Bersama-sama kita akan membangun kekuatan, agar bisa bersaing dengan Ras lain." Seru Gouli sang pemimpin Orc.

Denting pedang, lesatan anak panah dan suara jeritan membahana di wilayah yang terisolasi dari pusat kota Kouh ini.

Tempat yang menjadi kampung halaman Para Elf, ternyata hutan lindung yang ada di utara dekat pegunungan. Wilayah itu adalah zona larangan menebang pohon dan memburu satwa demi kelangsungan ekosistem.

Para Elf menduduki seperempat bagian dari hutan untuk tempat tinggal. Mereka juga memasang Barrier pelindung agar keberadaan mereka tidak terdeteksi oleh manusia.

Meski sudah waspada terhadap bahaya serangan, tapi sialnya monster yang menyerang tempat tinggalnya saat ini adalah salah satu musuh bebuyutan kaumnya yaitu Orc.

Terlebih pemimpin mereka saat ini sangat terobsesi dengan Riveria, karena kemolekan dan kecantikan wajahnya. Tidak hanya itu, dia juga merupakan keturunan terakhir dari Bangsawan High Elf.

"Mana sudi kami menbiarkan Ratu menikah denganmu!" Teriak seorang prajurit Elf muda sambil melesatkan anak panahnya.

Gouli dengan mudah menebas anak panah itu menggunakan pedang miliknya. Giginya bergetak sebab jawaban dari tawarannya adalah sebuah anak panah.

"Kau sudah membuat kesabaranku habis, semua pasukan terus lancarkan serangan. Sebentar lagi tembok kayu mereka akan hancur!" Perintahnya

"Haaah!" Respon para Orc dengan semangat.

"Lapor Ratu Riveria! Saat ini dinding bagian depan sudah hampir hancur, tidak lama lagi pasukan Orc akan memasuki wilayah kita. Sebelum itu terjadi, sebaiknya anda-"

"Jangan bercanda! Aku tidak akan meninggalkan Rakyatku, lebih baik aku mati bersama kalian daripada melarikan diri!" Bantah Riveria.

"Tapi Ratu, jika anda gugur di sini. Maka Ras High Elf akan berakhir. Anda adalah keturunan terakhir dari Bangsawan Rishena, kumohon jangan libatkan emosi anda dalam situasi sekarang." Pinta sang prajurit.

"Kau tenang saja, aku masih memiliki saudara meskipun dia seorang Half Elf, aku yakin dia pasti bisa membuat Ras Elf selamat dari kepunahan." Ucapnya sambil memegang erat tongkatnya.

"Ratu!"

Tiba-tiba seorang wanita Elf berambut hitam panjang, bermata merah datang tergopoh-gopoh. Dia mengenakan gaun putih berjumbai dengan mantel putih dengan tepi biru muda di atasnya.

"Ada apa, Filvis?"

"Seorang pemuda dengan tombak yang dibawa oleh Lefiya muncul dan memporak-porandakan pasukan Orc. Saat ini Lefiya ada disampingnya untuk membantu." Jawab Filvis.

Sontak Riveria berdiri dan bergegas untuk melihatnya sendiri.

"Terima kasih atas kabar baik ini, semoga kita masih bisa bertahan." Ucap Riveria.

Filvis dan Sang Prajurit mengikuti Ratu Riveria dari belakang. Mereka kembali bersemangat saat mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Sang Ratu.

Sementara itu pasukan Orc di buat tidak karuan oleh seorang pemuda. Saat dia mengayunkan tombak yang didapat dari Lefiya, satu atau dua Orc meluncur ke udara.

Sementara Lefiya menggunakan sihirnya untuk menyerang para Orc. Hanya mereka berdua saja, sudah membuat pasukan Orc kewalahan.

Gouli yang melihat itu segera menghampiri pemuda tersebut dan menghardik.

"Siapa kau yang ikut campur dalam pertarungan ini?" Hardiknya.

"Aku adalah bala bantuan dari pihak Elf! Saat ini aku hanya sendiri tapi pasukanku sedang menuju kemari!" Jawab Yudi.

Mendengar jawaban itu, sontak para Orc ketakutan. Apalagi salah satu Orc yang di serang Yudi langsung menunjuknya dan berkata.

"Dia adalah orang yang telah membunuh rekan kita!"

"Jadi dia yang telah membunuh anak buahku, kalau begitu bersiaplah untuk mati!" Ucap Gouli.

Saat itu Yudi membuat sebuah siulan panjang, Gouli dan para Orc tidak mengetahui apa makna siulan tersebut.

Setelah siulan panjang tersebut, tiba-tiba terdengar suara tabuhan gendang yang membahana. Lalu muncul tiga wanita bersayap hitam dari gelapnya hutan.

"Ras Malaikat Jatuh!"

"Kenapa bisa ada Ras Malaikat Jatuh disini?"

"Apa mungkin dia bersekongkol dengan Ras Malaikat Jatuh?"

"Itu mustahil!"

"Tamatlah kita!"

Para Orc ketakutan saat melihat kedatangan Raynare, Kalawarner dan Mittelt. Bagi mereka yang merupakan Ras minoritas, keberadaan Malaikat Jatuh merupakan bencana.

Ketiganya mendarat di dekat Yudi sembari membungkuk, lalu menyampaikan informasi.

"Semua pasukan kita sebentar lagi akan tiba di sini, semua sudah sesuai dengan permintaanmu, Tuan!" Ucap Raynare mewakili.

'Kuso! Kenapa harus aku yang melakukan ini?' Batin Raynare geram.

"Hah! Dia bersungguh-sungguh, terlebih tadi wanita itu bilang Tuan. Ternyata dia seorang malaikat jatuh kelas tinggi."

"Bagaimana ini, Tuan Gouli?"

"Dasar bodoh! Aku tidak akan mundur, meskipun ada malaikat jatuh di sini. Itu tidak akan membuat aku gentar!" Teriak Gouli menyemangati pasukannya.

Mendengar itu moral para pasukan Orc kembali bangkit, mereka berteriak keras hingga menggemparkan hutan lindung.

"Serang mereka!" Perintah Gouli.

"Mereka menyerang!" Ucap Mittelt.

"Ini tidak sesuai dengan rencana milikmu Yudi?" ucap Kalawarner.

"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Raynare

"Yudi-san?" Panggil Lefiya yang gelisah.

Mendengar mereka bertanya seperti itu, sudut bibir Yudi malah melekuk.

"Tentu saja, kita harus memenggal kepala ularnya." Ucap seraya merangsek ke dalam Pasukan.

"Lefiya tetap jaga jarak, Raynare, Kalawarner dan Mittelt. Buka jalan untukku ke arah pemimpin Orc. Tidak perlu membunuh mereka, karena targetku hanya satu yaitu pemimpinnya!" Perintah Yudi.

"Baiklah!"

"Serahkan padaku!"

"Semoga kali ini rencanamu berhasil!"

Mengikuti perintah Yudi, ketiga wanita Malaikat Jatuh itu berada di depan untuk membuka jalan. Sedangkan Lefiya menjaga jarak sembari menyerang musuh yang mencoba melukai rekannya.

Gouli yang melihat musuhnya semakin dekat dengan dirinya, memberi perintah pasukannya untuk memghalajgi mereka.

"Cepat hentikan pergerakan mereka!"

Para Orc berusaha keras untuk menghalangi ketiga Malaikat Jatuh itu mendekati Raja mereka. Namun usaha mereka sia-sia belaka. Akhirnya ketiganya bisa membuat jalan.

"Majulah Yudi!" Ucap ketiganya.

Tanpa keraguan dia merangsek sambil menjatuhkan beberapa Orc, matanya berkilat dan bersiap dengan Tombak Petir.

Mata Gouli mengukir serangan Yudi dengan baik, kemudian pemuda itu dengan cekatan melempar Tombak petir ke arahnya.

Mulutnya ingin berteriak, namun suaranya teredam. Matanya perlahan melemas dan hanya kegelapan yang mendominasi penglihatannya.

"Dia berhasil membunuhnya!" Ucap si Prajurit

"Ini kesempatan kita!" Ucap Filvis.

"Segera habisi para Orc yang tersisa!" Perintah Riveria.

"Aaaah!" sambut para prajurit Elf.

Para Orc terguncang, mereka sudah tidak tahu harus bagaimana. Kematian pemimpin mereka membuat semangat mereka untuk bertarung lenyap.

Kini yang ada di kepala mereka adalah ketakutan. Beberapa ada yang melawan karena tidak ingin mati tanpa melawan sama sekali.

'Dengan ini musuh yang selalu mengganggu kita akan lenyap!' Batin Riveria saat melihat para Orc perlahan jatuh oleh pasukannya.

Namun matanya dibuat melebar saat pemuda yang memegang Tombak Petir menghajar prajurit miliknya satu persatu. Kemudian dia membuat gerakan yang berhasil melemparkan sejumlah besar Elf.

"Siapa saja yang mencoba menyerang para Orc akan berurusan denganku!" Teriaknya lantang.

Tidak hanya Riveria yang terkejut, namun Ketiga malaikat jatuh juga, dibuat tercengang dengan teriakan Yudi itu. Sebab hal ini tidak ada dalam rencananya.

'Apa yang coba kau lakukan Yudi?' Batin Raynare.