Aku menyentuh beberapa kali pipi lembut milik gadis yang telah kuselamatkan itu. Mata miliknya bergetar kecil dan perlahan terbuka. Dia seperti mengamati diriku.
Lalu tiba-tiba dia bangun dan menatapku tajam, seakan aku adalah orang yang telah menyerangnya.
"Siapa kau? Dan kenapa aku ada di sini?"
"Oi yang benar saja, aku menyelamatkan dirimu saat terluka parah dan ini kah balasanmu." Jawabku.
Gadis itu masih menatap diriku, matanya menyiratkan kalau dia tidak percaya dengan apa yang aku sampaikan.
"Jangan berbohong, aku tahu kau sedang menipu diriku dan berusaha untuk menjamah diriku bukan?" teriaknya.
Kepentok apa kepala gadis ini hingga membuat pikiran, kalau aku mencoba untuk menjamahnya. Sebaiknya aku perjelas saja biar situasi tidak memburuk.
"Dengar ya Nona! Aku sama sekali gak ada niatan untuk menjamah dirimu. Aku kebetulan piket malam dan saat diperjalanan pulang, kau dan dua temanmu sedang tergeletak di jalan. Jadi aku membawa dirimu ke sini untuk kurawat. Ini adalah hari ketiga sejak saat itu dan saat bangun, kau malah menuduh diriku yang bukan-bukan. Kalau aku mau sudah dari kemarin aku menjamah dirimu, kalau tidak percaya tanya saja pada temanmu. aku permisi." Ucapku bercampur kesal.
Dia memang manis dan imut, tapi kepribadiannya sangat buruk. Lebih baik aku serahkan saja hal ini pada temannya agar dia paham situasi.
Aku pun beranjak dan langsung pergi menuju pintu kamar. Ketika aku akan membuka pintu dari belakang gadis itu berkata.
"ap-pa kau bilang kalau aku pingsan dengan dua temanku?"
Aku berhenti dan mengangguk, lalu memperjelas dengan berkata.
"Iya, kau pingsan dengan dua temanmu, tunggu di sini sebentar akan kupangil mereka." Jawabku.
Aku keluar kamar dan berjalan menuju ruang tamu, di sana ada dua orang gadis yang seumuran dengan gadis yang baru kutemui. Menyadari kedatanganku wanita berambut biru gelap bertanya.
"Apa temanku sudah sadar?"
"Iya, dia sudah siuman. Tolong kau jelaskan situasinya. Karena dia meragukan jawaban yang aku berikan, Kalawarner!"
"Jadi, Ray-nee sudah sadar. Syukurlah, ayo kita temui dia Kawa-chan!" Ajak gadis berambut pirang dengan wajah ceria.
"Iya Mittelt, kalau begitu kami menemuinya dulu. Yudi!"
"Iya, temuilah dia. Ah bawa juga camilan, dia pasti lapar karena belum memakan sesuatu." Ucapku.
"Iya!"
Setelah mereka melenggang, aku berjalan ke sofa dan membaringkan tubuhku di sana. Setidaknya mereka akan keluar dari rumahku setelah siuman.
"Semoga itu yang terjadi." ucapku seraya menutup mata.