Chereads / Setulus Cinta Kirana / Chapter 6 - Pura-pura Hamil

Chapter 6 - Pura-pura Hamil

Pagi ini Kirana merasakan mual, sudah tiga kali ia bolak - balik ke kamar mandi pada pagi ini. Ia sudah izin pada atasannya bahwa ia tidak masuk kerja pada hari ini.

"Kamu sakit apa?" Tanya ibu sambil membawakan sarapan pagi dan segelas air hangat untuk Kirana.

"Ga tau Bu, aku mual, udah tiga kali muntah dikamar mandi."

"Jangan-jangan...." Ucap ibunya, lalu terputus.

"Jangan-jangan apa?" Kirana mengernyitkan dahi.

"Jangan-jangan kamu hamil!" Duga Ibu.

Tiba-tiba Kirana teringat akan ide bodohnya beberapa hari yang lalu saat bicara dengan Farhan.

"Mungkin..."

"Hah, benar kamu hamil?" Tanya Ibu.

"Eee kayaknya iya aku hamil."

"Astagfirullahaladzim Kirana! Kamu berbuat dimana?" Cecar Ibu dengan intonasi yang mulai meninggi.

Kirana terdiam, ia bingung saat ibunya menanyakan hal itu, tapi ia sudah terlanjur bilang bahwa dirinya hamil, jadi ia akan meneruskan mengarang cerita pada ibunya ini.

"Dd-dii... Rumah Farhan." Jawabnya terbata.

Ibu mendengus kesal, "Ya Allah, benar kan apa yang ibu bilang, Farhan itu bukan laki-laki yang baik, dia itu jahat, sama seperti Papanya yang pergi bersama wanita lain!"

"Ssstttt Ibu! Jangan keras - keras bicaranya!"

"Memang kenyataannya begitu kan, dia itu laki-laki yang ga benar?" Ucap ibu dengan nada yang masih tinggi karena terbawa emosi, lalu ibu menangis, menutup wajah dengan kedua tangannya dihadapan Kirana. Kirana yang melihat ibunya hanya tersenyum kecil, ia berharap ibunya akan terpaksa menyetujui hubungannya dengan Farhan.

"Kamu tuh sudah membuat malu, mencoreng nama baik keluarga! Pantas aja Farhan ingin cepat-cepat menikahi kamu, ternyata kamu hamil!" Seru ibu sambil berdiri.

"Maaf Bu, aku dan Farhan khilaf pada waktu itu." Jawab Kirana dengan wajah pura-pura sedih.

"Malam ini juga kita kerumah Farhan untuk minta pertanggung jawabannya!" Ucap Ibu, lalu keluar dari kamar Kirana.

Kirana tertawa, ia merasa senang sudah bisa berpura-pura hamil dihadapan ibunya, padahal ia hanya masuk angin biasa.

Malam hari tiba, Farhan sedang berkumpul bersama keluarganya.

Tok ... Tok ... Tok ...

"Assalamualaikum..." Ibu mengucapkan salam, lalu Mamanya Farhan segera membukakan pintu.

"Eh Ibu Ranti, Pak Erik dan Kirana. Masuk sini!" Ucap Mamanya Farhan, lalu Kirana bersama ayah dan ibunya duduk di sofa ruang tamunya.

"Ada apa Pak, Bu?" Tanya Mamanya Farhan. Ibunya Kirana melirik kearah ayahnya, memberikan kode agar ayahnya saja yang bicara.

Farhan mendengarkan dari ruang tengah, ia tahu kalau yang datang adalah Kirana dan keluarganya, tapi ia belum tahu apa maksud kedatangannya. Ia sedikit mengintip dari balik tembok.

"Hayooo, Kakak kok ngintip-ngintip sih?" Reyna, adiknya Farhan, mengagetkannya.

"Ssstttt jangan berisik, nanti ketauan!" Bisik Farhan.

"Begini Bu, saya ingin membicarakan masalah anak kita Kirana dan Farhan yang sudah lama berpacaran. Pagi tadi Kirana anak saya mual-mual, setelah ditanyakan katanya anak saya hamil, maka dari itu maksud kedatangan kami kesini ingin meminta pertanggung jawaban dari Farhan."

Farhan tersentak, ia benar-benar kaget mendengar ucapan Ayahnya Kirana, karena ia tidak pernah merasa melakukan hubungan terlarang itu, jadi tidak mungkin kalau ia yang menghamili Kirana.

"Hamil?" Mamanya Farhan pun kaget, karena beberapa hari yang lalu Farhan cerita kalau ia sudah putus dengan Kirana.

"Iya Bu, Kirana hamil anak Farhan." Tutur Ibunya Kirana.

"Farhan!" Mama memanggil Farhan, lalu Farhan menghampiri keruang tamu.

"Kamu benar sudah menghamili Kirana?" Tanya Mama.

Farhan melihat Kirana mengedip-ngedipkan mata sambil mengangguk, seolah memberikan kode padanya, agar ia menjawab 'iya'. Farhan teringat ide Kirana beberapa hari yang lalu, ia yakin kalau Kirana hanya berpura-pura hamil agar orang tuanya menyetujui pernikahannya.

Farhan bingung disatu sisi, ia tidak ingin dicap sebagai laki-laki yang sudah berbuat zina dan membuat malu keluarga, tapi disisi lain ia juga mau menikah dengan Kirana kalau memang orang tua Kirana dengan terpaksa menyetujuinya.

"Farhan, jawab!" Gertak Mamanya yang dari tadi melihat Farhan hanya terdiam.

"Iy-iyaaa... aku yang menghamili Kirana." Jawab Farhan.

"Astagfirullahaladzim... Kenapa kamu berbuat seperti itu? Kemarin kan kamu bilang, kamu sudah memutuskan hubunganmu dengan Kirana?" Marah Ibu.

"Iya karena ibunya ga menyetujui hubungan kami." Jawab Farhan sambil menundukkan kepala.

"Mama benar-benar tidak menyangka!" Ucap Mamanya Farhan sambil menangis.

Keluarga Kirana dan keluarga Farhan merencanakan acara pernikahan mereka yang sebentar lagi akan digelar, akad nikahnya akan diselenggarakan dirumah Kirana, sedangkan resepsinya akan diadakan didepan jalan antara rumah mereka yang berhadapan.

Kirana senang, karena aktingnya dihadapan orang tuanya sudah berhasil, namun Farhan masih terlihat gugup dan bimbang, ia tak ingin menikah atas dasar kebohongan yang diperbuat Kirana, karena ia takut lambat laun kebohongan ini akan terungkap dan akan berdampak pada rumah tangga mereka kelak.

Farhan menelepon Kirana yang sudah kembali kerumahnya.

"Hallo Kiran!"

"Iya, calon suamiku..."

"Kamu gila ya!"

"Kamu kenapa sih? Ga seneng sebentar lagi kita nikah?"

"Aku mau nikah sama kamu, tapi kan ga harus bohong kayak gini."

"Ya cuma begini caranya biar kita bisa nikah."

"Kasian Mamaku sampai syok dengarnya."

"Iya orang tuaku juga kaget."

"Aku ga bisa bayangin kalau nanti ibu kamu tau soal kebohongan kamu, terus nanti kita disuruh cerai, gimana?"

"Ga akan! Percaya deh sama aku!"

"Tapi aku benar-benar malu kalau dituduh udah menghamili kamu."

"Sama, aku juga malu."

Farhan mematikan teleponenya, ia duduk diatas kasur sambil menutup wajahnya.

Tok ... Tok ... Tok ...

Mamanya mengetuk pintu, Farhan langsung membukakannya. Raut wajah sang Mama pucat, matanya masih sembab karena menangisi anaknya yang sudah mencoreng nama baiknya.

"Mama benar-benar malu atas apa yang kamu perbuat. Mama malu kalau sampai tetangga tau, kamu sudah menghamili Kirana. Pasti orang akan berpikir perbuatan kamu sama dengan Papamu." Tutur Mama.

"Maaf Ma!" Jawab Farhan sambil menunduk.

"Sekarang, kamu pergi dari sini! Silahkan kamu angkat kaki dari rumah. Kamu cari sana Papa kamu, Mama udah ga mau mengurusi kamu lagi. Pergi!" Geram Mama dengan suara yang lantang.

"Jangan usir Farhan, Ma!" Rintih Farhan sambil bersujud dibawah kaki sang Mama.

Suara itu terdengar dari kamar Kirana yang letaknya berhadapan dengan kamar Farhan. Kirana membuka jendelanya, melihat kearah kamar Farhan yang lampunya masih menyala, ia yakin itu suara Farhan dan mamanya yang sedang ribut - ribut, lalu Kirana berlari ke balkon rumahnya, agar suara itu bisa terdengar lebih jelas lagi, namun ia tak mendapati suara Farhan dan Mamanya lagi, Kirana kembali masuk kedalam kamarnya.

Kirana menelepon Farhan, ia ingin menanyakan tentang suara keras yang tadi ia dengar.

Drrttt... Drrttt....

Handphone Farhan bergetar, ia melihat nama yang tertera adalah nama Kirana, ia tak ingin mengangkatnya karena didalam kamar masih ada Mamanya.

"Ma, Farhan mau kasih tau yang sebenarnya." Ucap Farhan saat Mamanya sudah sedikit tenang.

"Apa?" Tanya Mama sambil mengusap air matanya.

"Sebenarnya, Kirana hanya pura-pura hamil." Ungkap Farhan.

"Pura-pura hamil?" Mamanya mengernyitkan dahi.

"Iya, Kirana pura-pura hamil, biar orang tuanya setuju kalau saya menikahi dia." Lanjut Farhan.

"Terus, kalau kalian tetap menikah, nanti ibunya tau kebohongan ini, Kirana hanya pura-pura hamil, apa nggak membahayakan pernikahan kalian?" Tanya Mama.

"Iya, Farhan udah bilang gitu, tapi Kirana tetap mau Farhan untuk menikahinya."

"Kalau dari awal pernikahan kamu sudah dilandasi dengan kebohongan, pernikahan kamu ga akan bahagia. Nantinya akan jadi boomerang untuk pernikahan itu sendiri." Pesan Mama.

"Iya, Ma!"

"Nanti biar Mama yang bilang pada orang tuanya Kirana kalau ia hanya bersandiwara."

"Jangan Ma! Biar nanti Farhan yang bujuk Kirana agar menyudahi sandiwara ini ya!"

Mama mengangguk, ia sudah sedikit tenang, karena Farhan sudah mengungkapkan sandiwara Kirana.

"Farhan, ingat ya pesan Mama, pernikahan adalah ibadah seumur hidup, jika dari awal sudah dilandasi dengan ketidak jujuran, maka tidak akan ada keberkahan didalamnya. Jangan paksa orang tua yang tidak setuju dengan kebohongan, kedepannya ga akan langgeng. Kalau memang orang tuanya tidak juga setuju, berati kamu bukan jodohnya, kalau jodoh itu ga akan lari kok. Contohnya seperti Mama dan Papa yang Allah takdirkan berjodoh, namun tidak sampai seumur hidup, Allah takdirkan kami berjodoh hanya 8 tahun." Mamanya terus memberikan Farhan wejangan.

"Iya Ma, Farhan mau punya pernikahan yang sakinah, mawaddah, warohmah sampai maut memisahkan."

"Bagus, jangan sampai seperti Papamu ya yang hilang entah kemana!"

"Insya Allah nggak, Ma! Farhan ga mau seperti Papa."

Mama sudah bisa tersenyum pada anak sulungnya ini, lalu Farhan memeluk Mamanya.

"Makasih ya Ma, selama ini selalu ada untuk Farhan, Farhan benar-benar bangga pada Mama, Mama bisa jadi sosok Mama, sosok Papa dan sosok Kakak buat Farhan. Farhan mau cari istri yang hebat kayak Mama!"

"Sekarang lebih baik kamu memantaskan diri, lalu minta yang terbaik sama Allah, insya Allah nanti diberikan jodoh yang terbaik."

"Iya." Farhan berusaha menahan air yang menggenang dipelupuk matanya.