"Serius? Kamu sama dia mau ...?" Diandra tak meneruskan ucapannya dan hanya menatap Nadisya. Dia kini kembali menginap lagi di rumah Nadiysa.
Nadisya yang baru saja memakai serum wajah itu bangun dari duduknya dan berjalan ke arah ranjang di mana Diandra terduduk, dia tersenyum pada Diandra dan mengangguk. "Iyalah, masa iya aku bohong sama kamu," ucap Nadisya.
"Kamu yakin?" tanya Diandra.
"Yakinlah, masa iya aku gak yakin," jawab Nadisya lagi saat dia sudah duduk bersila di atas ranjang di depan Diandra.
"Terus si Alfa gimana?" tanya Diandra.
"Gimana apanya? Ya gak gimana-gimana, Dii ... aku harus gimana? Lagian aku juga udah gak mau tau semua tentang dia lagi, aku mau menutup kisah sama dia, lagian dia juga udah sama Nadya kan? Jadi ya udah, jalani aja hidup masing-masing. Ya aku tau sih ini sepenuhnya bukan salah dia tapi yang dia lakuin ke aku itu menurut aku udah sangat keterlaluan. Harusnya mau kayak gimana pun, dia gak seharusnya kasar! Masa dia langsung judge aku yang enggak-enggak tanpa mencari tahu terlebih dahulu sebenernya ada apa, dia langsung ngatain aku loh. Aku gak suka sama sifat dia. Ya dia marah gak pa-pa, aku ngerti bagaimana ada diposisi dia, tapi cara dia membalasnya itu loh yang gak aku suka."
"Iya sih, menurut aku juga dia emang keterlaluan, terlebih dia gak tau apa-apa tapi gak seharusnya dia ngata-ngatain kamu yang enggak-enggak, udah gitu dia juga main tangan lagi, bukan cuma itu, dia mencaci kamu di depan banyak orang," ucap Diandra.
"Makanya, jadi ya udah deh ... aku udah gak mau tau sama semua tentang dia, sekarang udah ada laki-laki yang memperlakukan aku kayak ratu, orang tuanya juga baik banget sama aku, dia dan keluarganya menerima keadaan aku yang kayak begini. Aku yang gak punya orang tua dan gak punya apa-apa, terus tiba-tiba mau di seriusin, ibarat kata masa depan aku di depan mata udah keliatan banget, ya masa aku tolak gitu aja, ya kan gak mungkin," ucap Nadisya.
"Kamu gak mau kasih tau Alfa yang sebenarnya terjadi?" tanya Diandra.
Nadisya menggelengkan kepalanya. "Enggak, untuk apa? Dia juga udah bahagia kok sama Nadya. Lagian kalo dia tau semuanya, aku pastiin akan ada banyak kemungkinan. Pertama, hubungan dia dengan ibunya bisa makin rumit! Kemungkinan kedua, ada kemungkinan hubungan dia sama Nadya bakalan selesai! Mereka bakalan pisah. Dan kemungkinan yang terakhir, ini aku bukan ge-er atau gimana gitu ya, tapi ada kemungkinan nanti dia malah minta balik sama aku. Ya bakal ribet dong, Dii ... aku gak mau yang berada di posisi yang sulit, aku gak mau dilema dan gak mau banget goyah harus milih Alfa atau Darren. Jadi enggak deh, mending dia gak usah tau, aku udah mantep banget sama Darren."
"Iya sih, ada benernya juga apa kata kamu, si Nadya juga nanti kasian banget hidupnya, udah kita musuhin, masa gak dapet juga si Alfanya, dia ninggalin kita demi si Alfa eh nanti malah bubar, kan miris jadinya," ucap Diandra.
"Kamu aja kali yang musuhin, aku mah udah biasa aja sama dia, ya walau rada kecewa sih, tapi setelah ketemu Darren, aku udah mulai berdamai dengan semuanya, jadi aku sama dia udah biasa aja," ucap Nadisya.
"Aku punya alasan lain kenapa aku jadi gak suka sama dia," ucap Diandra.
"Ya apa alasannya? Dari kemarin-kemarin aku nanya loh sama kamu, tapi kamu gak mau jawab!" ucap Nadisya, "Sekarang kamu bilang sama aku, alasannya apa hm?" tanya Nadisya.
"Entar aku bilang sama kamu, sekarang lagi males banget bahas dia, masih gedeg banget aku sama dia, pengen tak heuh!" ucap Diandra.
"Dihh ... tiap ditanya begitu mulu, ya aku kan penasaran," ucap Nadisya.
"Udah deh, skip dulu masalah dia," ucap Diandra. "Aku serius mau tanya."
"Apa? Mau tanya apa?" tanya Nadisya.
"Perasaan kamu sama Darren? Gimana?" tanya Diandra, "Sya? Kamu beneran serius kan? Kamu gak mempermainkan dia kan? Maaf nih, bukan maksud aku kayak gimana nih ya sama kamu, masalahnya aku tau kalau kamu itu bucin banget loh sama si Alfa, lah masa ini sekarang malah cepet banget bucin lagi sama yang lain, kan rada aneh, ini kamu gak lagi menjadikan dia pelampiasan buat balas dendam kan?"
"Astaghfirullah, begitu amat sama aku, emang muka aku keliatan muka orang jahat apa?"
"Ya enggak sih, tapi ya masa secepat itu," ucap Diandra.
"Lah kamu kan tau sendiri kalau aku orangnya gampang banget baper sama laki, tapi kalau udah sayang ya setia, terus sekalinya di sakitin ya udah, males banget! Jadi begitu disakitin si Alfa, aku kebaperan sama Darren," ucap Nadisya seraya tersenyum.
"Ada ya orang yang gampang banget jatuh cinta."
"Ada lah, aku orangnya," ucap Nadisya kembali tersenyum lagi.
"Astaghfirullah," ucap Diandra.
"Hehe ...," Nadisya terkekeh, "Lagian ya masa permainan atau cuma pelampiasan doang aku jadiin calon suami sih, Dii ... tapi jujur sih aku emang gak tau gimana sama hati aku sekarang, yang jelas tuh aku nyaman banget sama dia bahkan aku takut kehilangan dia. Terus pas dia bilang kalau dia mau nunggu sampai hati aku benar-benar milik dia, aku tuh jadinya malah ngerasa semakin yakin kalau aku tuh mau sama dia, terus kadang aku mikir juga, apa mungkin sebenernya aku udah jatuh cinta banget sama dia, tapi ya ... entahlah."
"Ya udahlah, intinya jalani aja sesuka kamu, ikuti alurnya aja udah, kalau nyaman sama dia ya udah, jalani dan nikmati," ucap Diandra.
Nadisya tersenyum dan mengangguk.
"Eh ... btw, aku mau cerita. Tadi sore pas mau balik kantor, aku berantem lagi sama si Nadya, dia tadi rada ngegas dikit sih, aku bales gas aja, terus dia langsung diem dong, mati kutu tuh kayaknya dia," ucap Diandra.
"Kenapa lagi sih? Udah deh, Dii ... kita diemin aja udah, kamu gak capek apa, udah ... damai aja deh, gak usah berantem-berantem lagi," ucap Nadisya.
"Bukan aku yang mulai ya, Sya ... mereka duluan! Si Alfa ngatain Rafli yang enggak-enggak, ya aku kan gemes, jadi ya udah, aku balik katain aja, terus karena perdebatan panjang lebar itu, si Nadya balik ngegas sama aku, ya aku gak mau kalah lah, aku balik gas aja, eh ... dia langsung diem! Ngerasa tuh dia aku katain balik makanya dia gak berani ngejawab lagi," ucap Diandra bercerita.
"Ngatain Rafli? Tadi Rafli jemput?" tanya Nadisya.
Diandra mengangguk. "Iya, tadi dia jemput terus ngajak jalan?"
Nadisya tersenyum
"Kenapa senyum?" tanya Diandra saat melihat Nadisya tersenyum.
"Pantesan aja tadi dia pulang lebih dulu dari kantor, ternyata ngajak jalan kamu toh," ucap Nadisya, "BTW, aku perhatiin kok kamu makin deket ya sama mantan aku yang satu itu, jangan-jangan oh jangan-jangan kamu sama dia itu ...." Nadisya merapatkan kedua tangannya di bawah dada terlipat dan menaik-turunkan alisnya seraya tersenyum.
"Apaan? Jangan-jangan apa?" tanya Diandra saat melihat mimik wajah Nadisya.
"Kalian PDKT ya? Lagi deket?" tanya Nadisya.
"Astaghfirullah, enggak! Yang bener aja!" ucap Diandra.
'Lagi pula aku sama sekali tidak berminat,' batin Diandra berucap. 'Aku cukup sadar diri siapa aku sekarang! Kalau tau kondisi aku sekarang kayak gimana, aku yakin Rafli juga gak akan mau sama aku,' ucap Diandra di dalam hati lagi.
"Kenapa istighfar? Rafli laki-laki baik, jadi apa salahnya sih? Coba aja buka hati dulu, aku yakin dia tuh lagi deketin kamu tau," ucap Nadisya.
"Udah ah, aku males ghibah, aku mau tidur aja," ucap Diandra langsung berbaring enggan menanggapi Nadisya terlalu jauh.
"Lah kenapa sih?"
"Tidur, Sya ... besok kerja," ucap Diandra mulai memejamkan mata dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
Bersambung