Klak!
Diandra menutup pintu mobil Rafli setelah masuk, dia duduk bersandar dan menghembuskan napasnya dengan sangat kasar.
"Huuhh! Astaghfirullahaladzim," ucap Diandra seraya mengelus dada.
Rafli yang baru saja masuk ke dalam mobil langsung melihat ke arah Diandra, dia mengambil botol minum, membukanya dan memberikannya pada Diandra. "Minum dulu, biar kamu agak tenang dan emosi kamu agak reda," ucap Rafli.
Diandra mengambil botol minum itu dan langsung meminumnya beberapa teguk.
"Haus, Bu?" tanya Rafli saat Diandra meminum air dalam botol beberapa teguk hingga tersisa setengahnya.
"Lebih tepatnya tenggorokan aku seret habis marah-marah! Emosi aku sama mereka," ucap Diandra setelah selesai minum.
"Kamu sekarang banyak bedanya ya?"
Diandra sontak langsung menoleh melihat ke arah Rafli. "Banyak bedanya gimana?" tanya Diandra.
"Beda aja sama Diandra yang lima tahun lalu aku kenal, lima tahun lalu sifat kamu sebelas dua belas sama Nadisya, kalian anggun, adem ayem, lebih ke pendiem, banyak ngalah, kalo ada yang bikin masalah atau senggol kalian, yang paling badas sama bar-bar itu Nadya, dia yang paling berani, lah sekarang kok malah lebih galakan kamu," ucap Rafli.
"Aku begini juga karena mereka! Aku gak akan sekasar ini kalau mereka gak mulai duluan! Kalau Nadisya lemah dan cuma bisa bilang 'Ya udah, gak pa-pa, sabar aja, biar Tuhan yang bales' terus aku juga berpikir sama kaya dia, cuma bisa diem dan sabar doang, yang ada mereka makin menjadi! Mereka bakalan semakin seenaknya! Aku kayak begini aja mereka ngegas dan si Alfa itu masih berani kasar, masih berani ngatain yang enggak-enggak, lah apalagi kalau aku sama kayak Nadisya yang diem juga, yang ada makin abis aku sama Nadisya," ucap Diandra.
"Iya sih, ada benernya juga," ucap Rafli lalu kembali duduk bersandar lagi. "BTW, maaf ya ...." ucap Rafli.
Diandra menatap Rafli dan mengerutkan alis. "Maaf? Maaf kenapa?" tanya Diandra.
"Setelah kepulangan aku dari Jerman ke sini, aku banyak membuat masalah," ucap Rafli. "Setelah aku kembali, hubungan Alfa sama Nadisya berantakan, terus tiba-tiba Nadya pacaran sama Alfa dan hubungan persahabatan kalian jadi rusak, terus ... tadi, aku datengin kamu dan malah terjadi keributan, kayaknya aku sumber masalah deh ya?" Rafli menatap Diandra dan tersenyum miris.
"Kamu gak balik juga ini masalah bakalan tetep ada, lagian rusaknya hubungan Alfa sama Nadisya kan bukan karena kamu yang balik lagi kesini, tapi karena ibunya Alfa yang gak suka sama hubungan Alfa sama Nadisya dan kita semua nutupin kebenaran itu dari Alfa karena Nadisya yang minta, mungkin alasan Nadisya nutupin itu semua biar hubungan Alfa sama ibunya gak semakin rumit, terus karena sekarang Alfa juga udah sama Nadya, kalau Alfa tau semuanya, aku yakin hubungan Alfa sama ibunya akan semakin memburuk dan hubungan dia sama Nadya juga pasti selesai."
Rafli menatap Diandra dengan sangat serius.
"Kehadiran dan kedatangan kamu bukan penyebab rusaknya hubungan Alfa sama Nadisya dan bukan rusaknya hubungan persahabatan aku, Nadisya sama Nadya kok. Lagian tuh, itu kan yang mikir kayak begitu cuma si Alfa doang, dia yang langsung mikir kalau kamu orang ketiga dihubungan dia sama Nadisya, padahal ibunya sendiri yang jahat!" ucap Diandra.
"Iya juga sih," ucap Rafli dengan nada pelan.
"Udah, gak usah dipikirin! Tanpa ada kamu pun ini masalah bakal tetep ada! Orang inti dari masalah ini bukan kehadiran kamu, tapi ibunya Alfa!" ucap Diandra. "Dan untuk Nadya, salah banget kalau itu karena kamu, Raf. Dia dibenci karena ulah dia sendiri! Lagi ada masalah kayak begini bisa-bisanya dia malah ambil kesempatan, dia malah pacaran sama si Alfa, apa gak ngeselin? Coba aja kalau dia enggak ambil kesempatan dan tetep terus ada di samping aku sama Nadisya, ya dia gak akan aku musuhin kayak begini," ucap Diandra lagi.
"Iya sih, aku juga gak nyangka Nadya bisa kayak begitu, kenapa dia bisa mengorbankan persahabatan kalian yang udah terjalin dari SMA hanya untuk seorang pria."
"Gak tau, gak ngerti aku sama jalan pikiran dia! Jadi ya jangan salahin aku kalau sekarang aku kasar sama dia, orang dia yang mancing untuk aku kasarin, jadi orang kok jahat banget," ucap Diandra.
"Terus Andra?" tanya Rafli.
Diandra menatap Rafli. "Hm? Andra? Dia kenapa?" tanya Diandra, dia menelan salivanya saat Rafli menyebut nama Andra.
"Ya kalau Alfa sama Nadya aku paham lah, kenapa kamu bisa semarah, sekesel dan se-gak suka itu sama dia, tapi kalau sama Andra? Kenapa? Dia salah apa? Dia kayaknya orang yang paling netral deh, gak memihak siapapun, tapi kenapa kamu bisa marah juga sama dia?" tanya Rafli.
'Karena dia udah ambil kehormatan aku sebagai seorang wanita!' ucap Diandra di dalam hati, 'Karena dia aku bingung dengan masa depan aku nanti gimana! Laki-laki mana yang mau sama perempuan yang udah gak gadis lagi padahal statusnya masih single dan gadis! Kalau suatu saat nanti aku bertemu dengan laki-laki yang mau sama aku, gimana cara aku mengatakan kalau aku sudah bukan gadis! Dan itu semua karena Andra! Nadya juga ikut andil! Karena saat melakukan itu, yang Andra panggil itu Nadya!' batin Diandra berucap lagi.
Diandra duduk bersandar dan memejamkan mata. 'Kalau aja Nadya bisa sedikit peka sama perasaan Andra, semua gak akan kayak begini. Jadi ini semua salah mereka!' ucap Diandra di dalam hati lagi.
"Malah ngelamun, aku nanya heh!" ucap Rafli.
"Ya ... pokoknya kayak begitulah, Raf. Aku punya alasan kenapa aku membenci dia," ucap Diandra.
"Alasannya apa?" tanya Rafli.
"Aku minta maaf, aku gak bisa bilang sama kamu apa alasannya, yang jelas ... aku yakin kalau kamu tau apa alasannya, kamu pasti bakal ngertiin posisi aku, aku yakin kamu pasti bakal mikir kalau kebencian aku sama dia itu wajar," ucap Diandra.
"Hm? Apa sih? Bikin penasaran," ucap Rafli.
"Ya pokoknya ada, tapi aku gak bisa bilang sama kamu alasannya," ucap Diandra.
"Bilang aja gak pa-pa, Dii ... aku janji sama kamu, aku gak akan bilang sama siapapun," ucap Rafli seraya memperlihatkan jari tengah dan jari telunjuknya hingga terlihat seperti huruf V. "Kamu tau aku kayak gimana kan? Aku orangnya amanah dan bisa dipercaya! Aku bisa pegang janji aku."
Diandra tersenyum. "Maaf ya ... aku gak bisa bilang sama kamu, ini terlalu sensitif jadi please ... jangan dibahas lagi oke?"
"Ck! Ya udah deh," ucap Rafli.
"Ya udah ... ayo, jalan. Mau sampe kapan ada di sini? Ini kalau si Alfa liat mobil kamu ada di sini, nanti mancing keributan lagi," ucap Diandra.
"Aahh ... iya, iya sampe lupa," ucap Rafli mulai menyalakan mesin mobilnya. "Kita cari makan dulu ya? Baru setelah itu kita jalan-jalan."
"Jalan kemana?" tanya Diandra.
Rafli melajukan mobilnya. "Ya kemana aja, bebas, yang penting jalan, aku bosen di apartemen, cuma sendirian dan gak ada temen buat ngobrol, aku juga gak punya temen sekarang. Ngajak Andra gak mungkin, walau dia netral, tapi sekarang dia udah bukan temen aku waktu SMA lagi, tapi dia udah jadi temen deketnya Alfa, kalau ngajak dia, yang ada hubungan dia sama Alfa malah bermasalah, ngajak Nadisya juga gak mungkin, dia kan udah sama Darren, yang ada nanti malah jadi masalah baru lagi."
"Hmmm ... jadi karena aku jomblo gak laku, makanya kamu berani ngajak aku gitu? Jadi aku ini apa hm?"
"Dih ... yang bilang kamu jomblo gak laku siapa? Aku tuh ngajak kamu ya karena kamu tuh yang paling aman, udah gitu aku mulai nyaman sama kamu," ucap Rafli.
"Hm? Apa? Nyaman?" tanya Diandra.
"Hm? Emmhh ...." Rafli menelan salivanya saat dengan tak sengaja berucap, dia menoleh ke arah Diandra sebentar lalu kembali menatap lurus lagi. "Iya ... aku ... nyaman sama kamu," ucap Rafli dengan nada gugup.
Bersambung