Meluangkan waktu untuk teman menjadi salah satu keinginan yang memang ingin dilakukan oleh Nara. Apalagi setelah menikah itu membuatnya sulit untuk bebas seperti sebelum menikah. Kendati begitu, Nara juga tetap menikmati kehidupannya saat ini.
Setelah dari kafe, teman perempuan Nara mengajaknya pergi menuju pusat perbelanjaan. Hal ini sama sekali tidak dibicarakan saat mereka bertiga masih merencanakan untuk bertemu. Itu karena mereka lebih suka untuk melakukannya dengan fleksibel. Pun mereka semua sama-sama menyetujuinya. Namun, sama sekali tak ia sangka jika akan berpapasan dengan suaminya sendiri. Sebenarnya tidak berpapasan, karena jarak mereka yang terbilang cukup jauh. Mereka hanya saling bertatapan dari jarak jauh.
Disebelah kiri suaminya pun ia melihat sang adik yang berjalan bersama. Itu tandanya jika Rayhan baru saja mengunjungi rumah orangtuanya. Dan yang membuat Nara sedikit bingung, saat suaminya sama sekali tidak menghampiri atau menyapanya. Bahkan, Rayhan duluan yang memutus pandangan mereka. Wajahnya juga terlihat datar, dan Nara sulit untuk mengartikan ekspresi suaminya itu.
Mas Ray mengikutiku?—tanya Nara dalam batinnya.
Karena dirinya masih membayangkan ekspresi Rayhan, dia sampai tidak mengetahui jika temannya itu berhenti berjalan dan membuatnya tidak sengaja menabrak temannya itu. "Aku minta maaf," ucapnya.
"Ada apa denganmu?" tanya teman Nara.
Dengan tertawa kecil dan tangan yang melambai ke temannya itu, Nara berkata, "Tidak, aku tidak apa-apa," dia mensejajarkan diri dengan Megan yang masih memperhatikannya. "Sungguh, aku tidak apa-apa. Tadi aku seperti melihat suami dan adikku," lanjutnya.
"Kau sedang bertengkar dengan suamimu?" tanya Raka—teman Nara juga.
Dengan cepat Nara menggelengkan kepalanya, "Tidak. Kami baru menikah, tidak mungkin secepat itu bertengkar," jawabnya.
Pun laki-laki itu mendapat pukulan dari Megan di lengannya. Dirinya sedikit merasa kesal juga dengan teman laki-laki mereka yang satu ini, pemikiran Raka terlalu jauh hingga ke sana.
"Jangan bicara sembarangan," sungut Megan disertai dengan tatapan yang menyalang.
Ketiganya berjalan bersama dan berhenti pada salah satu butik. Yang membawa mereka ke sini adalah Megan, lantaran ia ingin datang ke suatu acara yang mengharuskannya untuk membeli pakaian baru. Sembari menunggu Megan berkeliling mencari pakaiannya, Nara dan Raka berada disalah satu sofa. Dan sejak memasuki, Nara masih bungkam.
Ditolehnya Nara yang tengah membuka ponselnya. "Ada apa? Suamimu mengirimkan pesan?" tanya Raka.
Sejujurnya, Raka sendiri juga tidak ingin ikut campur mengenai rumah tangga Nara dan Rayhan, hanya saja melihat wajah temannya yang sepat itu, membuat Raka tidak nyaman. Nara jarang memasang wajah begitu, karena dia lebih banyak berbicara. Lantas Raka menggaruk tengkuknya sebelum membuka suaranya pada Nara.
"Kau sudah tahu apa yang akan kau katakan jika nanti kalian bertemu?" tanya Raka.
Nara seketika terdiam dan menatap kosong layar ponselnya. Detik berikutnya, ia menggelengkan kepalanya kecil. Tatapannya langsung terarah pada temannya itu dengan air muka yang terlihat sangat menyedihkan.
"Suamiku tahu jika aku pergi bersama kalian. Bahkan, tadi dia yang mengantarkanku," dia terdiam sejenak guna menarik nafasnya, sebelum kembali bersuara. "Namun, minggu lalu dia sempat kesal denganku karena kau sempat menghubungi nomorku. Saat itu, ponselku tertinggal di kantornya," pungkasnya.
Secara tiba-tiba Raka malah menarik kedua sudut bibirnya hingga menampilkan senyuman diwajahnya. Dia merasa sangat percaya diri jika suami dari temannya itu merasa cemburu dengannya. Raka sampai membuang mukanya sejenak demi menutupi rasa ingin tertawanya. Tetap saja Nara yang berada di sebelahnya itu juga mengetahui jika Raka sedang menahan tawa. Langsung saja ia layangkan pukulan kecil pada lengan laki-laki itu.
"Tidak usah tertawa. Kau masalah utamanya," cebik Nara yang langsung melipat kedua tangannya.
-
-
-
"Pilih sesuai kebutuhanmu," ucap Rayhan pada Indra yang masih memilih laptop.
Dirinya berdiri tepat disebelah Indra yang kebingungan memilih laptop. Karena adik iparnya itu masih duduk di bangku kelas dua SMA, jadi ia menyarankan untuk memilih laptop yang bisa menunjang pembelajarannya. Rayhan juga tidak ingin sampai disalahkan oleh Nara jika salah membelikan laptop untuk adiknya. Membiarkan sang adik ipar memilih, Rayhan berjalan guna melihat-lihat barang yang dipajang di sana. Tidak, dia tidak berniat membeli, hanya ingin melihatnya.
Disalah satu rak yang tengah ia datangi, secara otomatis kedua bola matanya bergerak kearah luar toko. Pandangannya terarah pada lokasi terakhir ia melihat sang istri. Cukup lama ia memandang ke arah sana, sampai dia terkejut saat suara Indra terdengar disebelahnya.
"Sudah selesai?" tanya Rayhan dengan suara datar.
"Sudah,"
Tanpa mengatakan apapun lagi, Rayhan berjalan guna membayar pembelian Indra. Sedangkan remaja laki-laki itu masih berdiri di tempat sang kakak ipar dan melihat ke arah luar—tempat yang Rayhan perhatikan sejak tadi. Bahkan, kedua bola mata Indra sampai bergerak mencari sesuatu yang dirasa dilihat oleh Rayhan, namun tak ada satupun sesuatu atau seseorang yang ia kenal. Pun akhirnya Indra menyusul Rayhan untuk mengambil barangnya.
Keluar dari toko itu, Rayhan masih memperhatikan tempat yang sama. Hanya saja, ia merasa pundaknya ditarik oleh sang adik untuk menuju tempat lain. Lagipula, Nara pasti juga sudah pergi ke tempat lain.
Dua orang laki-laki ini berjalan menyusuri jalan yang penuh dengan kerumunan orang. Di sana ada event yang diadakan oleh salah satu perusahaan mobil. Dan diantara mereka berdua, Indra lah yang paling heboh saat melihat salah satu mobil yang menarik perhatiannya.
"Kak, tidak ada niatan untuk membelikanku mobil?" tanya Indra dengan nada bicara yang terbilang sedang merayu.
"Tidak," jawab Rayhan dengan cepat.
Begitu menusuk tepat ke ulu hati jawaban dari sang kakak ipar. Dia pikir, dia akan mendapatkan secercah harapan saat mengatakan hal itu, tapi ternyata tidak sama sekali. Indra sampai menghela nafas panjang saat Rayhan berjalan mendahuluinya. Lantas ia mengikuti langkah sang kakak ipar.
Beberapa meter dari event itu, mereka berdua langsung berhenti lantaran bertemu dengan Nara. Nampak senyuman tipis yang Rayhan pasang, sedangkan Nara memasang wajah terkejut. Indra dan dua teman Nara lainnya pun juga terkejut tanpa sepatah katapun.
Disaat Indra tengah memperhatikan kedua kakaknya, dia mengangkat kedua alisnya ketika melihat jari telunjuk sang kakak berada tepat didepan wajahnya dan perlahan turun menuju benda yang ia bawa. Dengan segera, Indra menyembunyikan laptop barunya dibelakang tubuh.
"Kau merampok?" tanya Nara.
Sejujurnya ia tahu, jika Indra pasti dibelikan laptop oleh suaminya ini. Namun, dia merasa jika Indra juga ikut memprovokasi Rayhan agar dibelikan barang yang ia inginkan.
"Enak saja," bantahnya dengan wajah tidak terima. "Kak Rayhan yang menawarkannya,"
"Iya, memang aku yang menawarkan pada Indra," Rayhan ikut berbicara. Nara yang tadinya melipat tangannya, segera dilepaskan saat mendengar suara Rayhan. "Lanjutkan saja kegiatan kalian. Aku dan Indra juga akan berjalan-jalan lagi," pungkasnya yang langsung merangkul Indra dan meninggalkan Nara dengan kedua temannya.