Saat yang membuat jantung Nara tidak bisa berdetak dengan santai. Begitu keluar dari kamar, aura menyeramkan mulai ia rasakan. Atmosfer di rumah ini mendadak berubah, tidak seperti biasanya. Nara menarik nafasnya cukup panjang dan berjalan menuju pintu. Sejak Nara berkata tadi, Rayhan langsung pergi begitu saja. Dia juga tidak tahu kemana perginya sang suami, yang jelas tidak keluar dari area rumah. Namun, Nara sengaja abai dan tetap berjalan keluar pintu.
Dia beberapa kali menoleh sama sekali tidak mendapati perawakan Rayhan. Hingga saat ia hampir memegang kenop pintu rumah, ia sedikit terkejut tubuhnya tersenggol Rayhan. Nara tidak mempermasalahkannya, hanya saja dia terdiam dan tak bisa apa-apa melihat Rayhan mengunci pintu rumah dan melempar asal kuncinya ke sembarang arah. Ditambah lagi ketika Rayhan menggendong tubuhnya dengan mudah menuju sofa.
Tak dia bayangkan sebelumnya jika akan terjadi seperti ini. Nara masih belum bisa mengartikan semua tingkah Rayhan saat ini, yang mendudukkan dirinya di atas paha kekarnya. Kedua kaki Nara tertekuk di atas sofa, dan tangannya melingkar pada leher sang suami. Sorot tatap Rayhan itu membuat bulu tangannya berdiri, lantaran saking tajamnya.
Dengan posisi mereka yang seperti ini, bagi Nara sebenarnya berhasil membuat Rayhan tidak bersikap tak acuh padanya. Tetapi ia tak tahu jika posisi ini juga membawanya masuk ke dalam hasrat Rayhan. Baru saja, Rayhan menciumnya dengan sedikit brutal, membuat Nara sulit untuk menyeimbangkan ciuman Rayhan. Sampai nafasnya terengah-engah, barulah Rayhan melepaskan ciumannya. Keduanya saling menatap, pun dada mereka sama-sama bergerak naik-turun.
"Hari pertama kau pergi, aku memberikan izin. Hari kedua, aku juga memakluminya," Rayhan menahan kalimatnya sejenak, ia menarik nafas untuk kembali melanjutkannya. "Tapi, hari ini aku tidak akan memberikanmu izin untuk bertemu temanmu. Siapapun itu,"
Tepat setelahnya, tangan Rayhan bergerak turun dari pinggang sang istri menuju paha Nara. Sekujur tubuh Nara langsung bergidik ngeri. Dirinya masih menatap sang suami dengan tatapan getir. Pandangannya tidak dapat fokus saat merasakan tangan Rayhan berhasil masuk ke dalam roknya. Rabaan hangatnya bergerak menuju pantat dan menarik celana dalamnya.
Anehnya, saat celana dalamnya itu keluar melewati roknya, Rayhan memandang dengan senyuman miring. Dia memperhatikan celana dalam milik istrinya, dan menatap Nara cukup lekat. "Bukankah ini dalaman yang baru kau beli kemarin?" tanya Rayhan, ia kembali melihat apa yang ia tarik saat ini. "Kau ingin bertemu dengan laki-laki itu menggunakan dalaman baru? Genit sekali istriku," tambahnya.
Entah kenapa, yang tadinya Nara sedikit ragu dengan ide seperti ini, seketika ia merasa tertarik untuk melanjutkannya. Ini tidak bagian dari ide temannya, namun melihat raut wajah Rayhan, tak ada salahnya ia melakukannya. Nara langsung melepas pakaiannya dan menyisakan tank top berwarna putih. Bahan dari tank top itu juga tidak tebal, sampai bra yang ia kenakan pun terlihat dengan jelas. Salah satu bibir mungilnya itu tertarik ke atas, seketika Nara terlihat seperti wanita nakal yang sedang menggoda laki-laki beristri.
Melihat istrinya yang tidak pernah begini, seketika membangkitkan fantasi liar Rayhan. Dia meraih tengkuk sang istri dan kembali menciumi bibir Nara. Sedangkan tangan satunya, perlahan mengangkat tank top itu dan meloloskannya dari tubuh sang istri setelah menjeda ciuman mereka. Tidak berhenti, kedua tangan Rayhan juga bergerak membuka bra yang masih menutupi kedua dada Nara. Keduanya sama-sama bertelanjang dada saat Nara baru saja berhasil melepas kaos milik suaminya.
Menurut Rayhan sofa bukanlah tempat yang nyaman untuk mereka bercinta, karena itu dia menggendong tubuh sang istri dan membawanya menuju kamar dengan kedua bibir yang masih menyatu. Tak tanggung, Rayhan melempar tubuh Nara ke atas ranjangnya. Sembari melucuti pakaiannya, dia memandang wajah sang istri dengan penuh hasrat. Tatapannya begitu tajam melihat istrinya yang tersenyum tipis. Dia merangkak dan berada di atas tubuh Nara, tangannya bergerak menuju resleting rok yang dikenakan Nara.
"Aku sudah tidak bisa menahannya," ucap Rayhan sebelum kembali meraup bibir manis Nara.
Hari ini adalah hari dimana mereka berdua akhirnya bersatu di atas ranjang. Itupun dilakukan setelah Nara harus membuat Rayhan kesal lantaran dirinya yang harus pergi selama tiga hari berturut-turut. Andai hari ini mereka tidak berakhir di ranjang, Nara juga hanya akan berjalan-jalan di sekitar komplek rumah mereka. Namun, akhirnya Rayhan bisa menunjukkan rasa tidak sukanya.
Kamar mereka saat ini hanya dipenuhi oleh suara desahan keduanya. Pendingin ruangan yang dipasang suhu serendah mungkin, juga tidak berpengaruh bagi keduanya.
"Argh," suara erangan yang dikeluarkan oleh Nara. Sesuatu yang belum pernah ia rasakan, kini semua terasa disekujur tubuhnya, terutama pusat tubuhnya. Seluruh kuku tangan panjangnya sudah membuat banyak goresan merah di punggung serta lengan Rayhan. Apalagi saat ia mendapat pergerakan yang keras dari suaminya, semakin menjadi teriakan Nara sore ini.
"Ini adalah hukuman sekaligus kesenangan untuk kita," ucap Rayhan menatap sang istri yang mencengkeram erat lengannya dengan kedua mata yang tertutup.
Nara tidak bisa banyak mengeluarkan kata-kata selain desahannya sendiri. Ia terlalu banyak mendapat hunjaman dari Rayhan. Kendati begitu, ia baru menyadari jika suaminya memiliki sisi nakal yang melebihi ekspektasinya sendiri. Tidak lagi, Nara tidak ingin membuat ide seperti ini lagi, dia kapok dengan ide bodoh ini walaupun berhasil.
Disela-sela keduanya berisitirahat, terdengar suara nafas yang tersengal-sengal. Nara juga ingin mengatakan sesuatu pada suaminya ini, yang sejak tadi membuatnya tidak bisa bersuara selain mendesah.
"Kenapa tidak pelan-pelan saja?" tanyanya.
"Sudah kubilang, ini adalah hukuman dan kesenangan untuk kita," jawab Rayhan.
"Tidak," Nara langsung membantah. "Hanya untukmu," tambahnya, membuat Rayhan tertawa.
Tubuh bawah mereka masih menyatu, Rayhan sedikit membungkukkan tubuhnya. Tangannya bergerak untuk menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Nara, dia juga menyeka keringat dari dahi hingga leher Nara. Mendadak dia terdiam, membuat Nara kebingungan di bawahnya.
"Ada apa?" tanya Nara.
"Aku melupakan sesuatu,"
Nara juga terdiam dan menunggu kalimat Rayhan berikutnya yang akan menjelaskannya. Sayangnya, ini tak seperti dipikirannya, lantaran Rayhan langsung menempelkan bibirnya pada leher Nara dan menghisap kuat hingga Nara kembali mengeluarkan desahannya. Dia juga sampai memukul pundak suaminya beberapa kali.
Setelah beberapa menit, akhirnya Rayhan menjauhkan wajahnya dari tubuh Nara. Yang baru saja digauli itu langsung melihat kedua dadanya yang juga mendapat tanda kemerahan. Nara tak bisa berkata-kata lagi, dia mendapat banyak tanda kemerahan serta remasan di dadanya. Pun detik berikutnya Nara kembali dikejutkan saat Rayhan kembali menggerakkan pinggulnya. Sedangkan ia melihat wajah Rayhan yang tersenyum senang sembari mengigit bibir bawahnya.
"Nikmati saja, sayang," kata Rayhan dengan nada suara nakalnya.