Langkah Awal
Randi dan sang ibunda saat ini tengah berada di sebuah butik langganan mereka dan kebetulan yang mempunyai butik tersebut adalah sahabat lama Intan.
Mereka akan melakukan kerja sama terlebih dahulu dan Intan yang menanam modal di butiknya.
"Kamu tidak salah, akan menanam modal di butik ku ini, jeng?" Ujar Yane pada Intan sahabatnya.
Intan menggelengkan kepala lalu tersenyum pada wanita berparas cantik tersebut. "Tidak, aku percayakan semua nya terhadap kamu Yane."
"Baiklah, aku terima uang ini dan setiap bulan nya aku akan memberikan keuntungan dari modal yang kamu berikan." Intan pun tersenyum dan sangat bahagia beruntung dia mempunyai sahabat yang memiliki butik dan dirinya akan belajar terlebih dahulu dari Yane sebelum membuka usaha nya sendiri.
Setelah mengobrol masa depan butik nya akan seperti apa beberapa jam kemudian kini Randi akan mengantarkan sang ibunda terlebih dahulu pada rumah kontrakan yang mereka tempati lalu dirinya akan kembali ke hotel utama milik sang ayah.
"Bun, doakan aku ya semoga aku bisa kembali membawa bisnis ini berdiri kembali." Randi yang meminta restu pada ibunya seraya menyalami wanita setengah paruh baya tersebut.
"Doa bunda selalu menyertai setiap langkahmu, nak." Seraya tersenyum Intan menjawab sang anak.
***
"Gimana mas Randi, apa sudah ada solusi untuk membayar semua utang piutang milik ayah kamu? Jika tidak maka hotel ini akan di sita oleh pihak bank." Salah satu orang kepercayaan keluarga Randi pun angkat bicara setelah melihat Randi masuk ke ruangan nya.
"Pak, bisakah minta waktu sedikit lagi?" Tanya pria muda tersebut yang sudah bingung harus bagaimana.
"Apa jaminan nya, pihak bank hampir setiap hari datang menemui kami."
"Bahkan hotel juga sudah sepi pengunjung, mas." Tambahnya kemudian.
"Jaminan nya hotel ini, jika dalam satu minggu ke depan saya tidak bisa melunasi semua nya maka mereka berhak mengambil hak hotel ini."
Pak Agus yang memang orang kepercayaan Randi dan Intan sang ibunda itu mengangguk kan kepala nya lalu keluar dari ruangan sang big bos.
Randi yang kini sedang membuka ponsel nya mencoba akan menemukan seseorang yang bisa di ajak kerja sama dalam bisnis properti.
Selain itu juga Randi akan mempromosikan hotel nya kembali dengan dirinya memulai langkah nya dari sosial media dia akan mencari target pasar untuk mengambil hati para calon customer yang liburan dan menginap di hotel dirinya.
Randi yang mulai membuat akun baru untuk promosi secara digital dan menggunakan iklan berbayar di dalam ponsel nya.
Pria itu melihat ada sebuah iklan di media sosial yang menawarkan mencari seseorang yang di butuhkan dalam bidang marketing dalam sebuah perusahaan perumahan.
Randi pun mencoba untuk menghubungi nomor yang tertera di sana.
"Halo selamat siang bu, apakah benar ZZ residen sedang membuka lowongan untuk divisi marketing?" Tanya Randi melalui sambungan telpon tersebut.
"Iya benar, jika bapak berminat silahkan kirimkan CV bapak melalui email yang ada di banner iklan tersebut."
"Baik, terimakasih informasinya."
Randi yang memutuskan sambungan telpon terlebih dahulu dan segera mengirimkan CV nya pada email yang tertera di sana.
Setelah mengerjakan langkah awal nya untuk memulai sesuatu yang baru Randi pun kini akan menghubungi kekasihnya dan mengajak nya untuk bertemu.
Namun suatu kejutan bagi dirinya ternyata Shelly lebih dulu menghampiri dirinya di hotel milik nya itu.
"Sayaaaang." Ujar gadis tersebut dari loby hotel yang melihat Randi sedang berjalan ke arah luar.
Randi melihat dari jauh sudah tersenyum sangat manis melihat sang pujaan hati yang menghampiri dirinya terlebih dahulu.
Begitu manis dan anggun nya Shelly menggunakan dress berwarna peach dengan outer rajut juga tas kecil yang di selempang kan.
Rambut yang terurai dengan hanya menggunakan bando bunga kecil di kepala juga riasan makeup yang sangat natural itu membuat Randi sangat mencintai sosok gadis sederhana tersebut.
"Baru aja aku mau hubungi kamu." Kata pria itu setelah menghampiri sang pujaan hati.
"Waw, kita sehati dong ya." Balas nya yang di anggukkan oleh sang kekasih di hadapan nya.
Shelly melihat hotel yang memang sudah sepi pengunjung itu dirinya mempunyai ide untuk membantu sang kekasih untuk mempromosikan hotel nya agar keuangan nya stabil seperti dahulu kala sebelum ada plakor yang mengganggu keharmonisan keluarga kekasih nya itu.
"Sayang, apa yang kamu pikirkan?" Randi melihat kekasih nya yang terlihat sedang berfikir seraya melihat lihat hotel yang kini mereka masih berada di loby.
"Ah, tidak." Shelly menggelengkan kepala nya lalu menggandeng lengan milik sang kekasih.
***
Mereka yang sudah sampai beberapa menit di sebuah cafe untuk mengobrol santai seraya mendengarkan para musisi yang bernyanyi.
Cafe tersebut memang selalu di kunjungi anak anak muda selain tempat nya yang strategis juga memiliki para musisi yang suara nya sangat enak untuk di perdengarkan.
Selain kopi juga beberapa camilan Randi pesan untuk dia dan si pujaan hati itu.
"Ran, seperti nya hotel kamu perlu renovasi ulang deh atau cat ulang gitu biar ada nuansa berbeda dari sebelum nya." Ujar sang kekasih yang memulai obrolan dan mengutarakan pendapatnya.
"Aku tau, dan itu yang sedang aku pikirkan, tapi?" Ucapan nya menggantung mungkin karena dia yang bingung harus bagaimana lagi dengan keuangan yang terbatas.
"Soal biaya? Aku ada beberapa teman yang dia jago banget untuk menata ulang sebuah ruangan atau gedung. Kalau kamu mau aku bisa untuk hubungi dia."
"Biaya nya berapa?" Lagi lagi Randi mempertanyakan soal biaya, namun Shelly yang mengerti akan kondisi kekasihnya tersebut itu menggelengkan kepala nya lalu tersenyum pada dirinya bertanda bahwa dia tidak perlu memikirkan soal biaya.
Betapa beruntung nya Randi memiliki kekasih seperti Shelly yang pengertian juga selalu membantu dia ketika dalam keadaan susah.
Mereka memakan camilan yang sudah tersaji di depan meja lalu menikmati lagu yang kini sedang di nyanyikan oleh seorang musisi tersebut.
"Yang, aku melamar pekerjaan di sebuah perusahaan properti." Kini Randi yang memulai pembicaraan setelah beberapa menit mereka menikmati secangkir kopi, camilan dan juga lagu yang di nyanyikan seorang musisi tersebut.
"Kenapa kamu harus bekerja? Bukan nya kamu memiliki sebuah hotel? Pergunakan saja apa yang ada. Kita akan buat hotel kamu jadi lebih berwarna dan di minati setiap orang."
"Apakah aku mampu untuk itu?"
"Jangan pernah ragu untuk memulai sesuatu dan juga kemampuan diri sendiri."
Mendapat dukungan dari orang tersayang membuat Randi menjadi lebih percaya diri dan dirinya yakin pasti bisa membuat perusahaan nya kembali jaya seperti dulu.
"Shelly." Panggil seseorang membuat kedua nya menoleh dan terlihat tegang di wajah kedua nya.
Randy yang kini mematung melihat sosok pria paruh baya yang sangat dia kenal bahkan dirinya tidak mampu menatap wajah pria paruh baya tersebut.
Perasaan tak tega melihat sang pujaan hati di seret seperti itu hati Randy merasa iba dan dirinya berjanji tidak akan menemui gadis itu lagi.
Akan tetapi rasa cinta yang mendalam membuat perasaan tidak ingin menemui gadis itu ternyata hanya sebuah ungkapan yang mungkin Randy bisa hianati.
"Rand, muka kamu lemes gitu. Ada apa?" Tanya sang ibunda ketika pria itu sudah berada di depan pintu kontrakan setelah beberapa menit berlalu kembali dari cafe itu.
Randy hanya menggelengkan kepala tidak menjawab wanita yang sudah melahirkannya itu.
Mungkin sang ibunda berfikir bahwa Randy sedang bertengkar dengan kekasihnya untuk itu dia membiarkan anaknya untuk masuk ke dalam kamar dan menenangkan diri.
Akan tetapi dua jam berlalu Randy yang tidak keluar dari kamar membuat sang ibunda merasa khawatir.
"Rand, kamu serius tidak apa apa?"
Bersambung..