Chereads / mata ketiga / Chapter 7 - bab 7

Chapter 7 - bab 7

Tidak terasa bel pulang berbunyi, aku langsung bergegas pulang. Ketika sampai di rumah ternyata tidak ada siapa pun Mamah dan Adikku entah ke mana tetapi aku mengetahui kalu kunci rumah selalu di simpan di bawah keset aku pun mengambilnya dan masuk ke rumah. Saat masuk tiba-tiba ada suara seperti orang mandi yang sangat terdengar jelas karena penasaran aku pergi untuk melihatnya, tetapi saat pintu kamar mandi di buka tidak ada siapa pun karena ketakutan aku langsung pergi ke kamar dan menelepon Mamah.

"Halo Mamah di mana?" tanyaku.

"Mamah lagi di rumah Nenek Nin," jawab Mamah.

"Mah cepat pulang ya aku takut," pintaku.

"Iya sebentar lagi Mamah pulang," jawab Mamah.

Tiba-tiba turun hujan cukup deras aku semakin rakut karena suasana di rumah sangat mencekam dan Ayahku juga belum kunjung pulang, padahal aku sudah sangat lapar tetapi tidak berani untuk keluar kamar. Tiba-tiba Mamah menelepon.

"Nin Mamah kayaknya Mamah pulang agak lama soalnya hujan Mamah enggak bawa jas hujan kasihan juga Adik kamu," ujar Mamah.

"Memangnya Nenek tidak punya jas hujan?" tanyaku.

"Enggak Nin, kamu sabar saja ya Ayah juga sebentar lagi pulang," jawab Mamah.

Lalu muncul suara langkah kaki seperti menghampiri pintu kamarku, aku sangat ketakutan dan ada suara seperti bisikan "kamu penyebab aku mati!" ujarnya. Aku menangis dan memutuskan untuk video call kepada Ana dan Sara.

"Iya Nin ada apa?" tanya sara.

"Aku di rumah sendirian terus aku di teror hantu aku sangat ketakutan Sa," jawabku.

"Memangnya Orang tua kamu ke mana?" tanya Ana.

"Mamah dan Adikku ke rumah Nenek, dan Ayah belum pulang," jawabku.

"Terus itu kamu sedang di mana?" tanya Sara.

"Aku sedang di kamar karena ketakutan aku enggak mau keluar kamar tapi hantu itu berada di depan pintu," jawabku.

Tiba-tiba ada yang menggedor pintu kamarku dan berusaha untuk membukanya tetapi aku sudah menguncinya, dan tiba-tiba listrik padam mungkin karena hujan yang deras disertai angin dan petir, aku panik dan langsung mencari senter di laci karena hari sudah mulai gelap Sara dan Ana berusaha menenangkanku.

"Kamu jangan panik nanti kamu celaka," ujar Ana.

"Iya tapi aku takut hantu itu ada di depan pintu dan aku yakin dia Kak Ardi," jawabku.

"Sekarang kamu berdoa kita enggak akan mematikan panggilan sebelum Orang tua kamu pulang," ujar Ana.

"iya," jawabku sambil gemetar.

Aku terus berdoa sebisaku tapi gangguan itu mulai menjadi-jadi bahkan tiba-tiba TV menyala dengan volume yang sangat keras kemudian terdengar suara seperti sedang memasak, tapi itu tidak mungkin Mamah kalau iya Adikku pasti sudah memanggilku ke kamar, aku semakin ketakutan dan berharap Orang tuaku cepat pulang. Tiba-tiba terdengar seperti suara motor Ayah dan seperti memasuki rumah tetapi aku tidak berani melihat karena takut itu hanya tipuan hantu, kami menyudahi video call karena Ayah sudah pulang.

"Nin Ayah pulang," ujar Ayah.

"Itu benar Ayah?" tanyaku teriak dari kamar.

"Iya ini Ayah," jawabnya, aku pun menghampiri ayah.

"Kamu kenapa belum ganti baju, kamu baru pulang?" tanya Ayah.

"Enggak tadi aku pulang enggak ada siap-siapa tiba-tiba ada gangguan hantu jadi aku pergi ke kamar karena ketakutan," jawabku.

"Terus Mamah ke mana?" tanya Ayah.

"Ke rumah Nenek," jawabku.

"Ya sudah Ayah gandi baju dulu ya," ujar Ayah.

Aku baru menyadari kalau listrik menyala saat Ayah pulang. Tidak lama kemudian Mamah dan Adikku pulang sambil membawa makanan karena Mamah tahu kalau aku belum makan.

"Mamah lama banget aku ketakutan,", ujarku.

"Iya maaf soalnya hujannya deras jadi Mamah tunggu reda dulu," jawab Mamah.

"Aku tadi banyak di ganggu Mah," ujarku.

"Sudah sekarang kamu makan saja dulu," ujar Mamah.

"Iya kak ayo kita makan ini dari Nenek," pinta Adikku.

"Ya sudah ayo," jawabku.

Kami pun makan bersama, aku merasa lega karena tidak sendirian lagi tetapi aku sering merasa takut hantu Kak Ardi tiba-tiba muncul.

"Mah tadi saat aku sendiri di rumah aku di teror lagi oleh hantu Kak Ardi," ujarku.

"Kamu masih mengalami gangguan?" tanya Ayah.

"Iya bahkan tadi dia menggedor pintu kamar aku," jawabku.

"Ini enggak bisa di biarkan kila harus melakukan sesuatu," ujar Ayah.

Aku hanya mengangguk, setelah makan aku menonton TV bersama Adikku. Waktu itu ada film horor tetapi Adikku ketiduran jadi aku menonton sendiri, aku merasa haus jadi aku pergi ke dapur untuk mengambil minum, saat sampai keran air tiba-tiba menyala aku langsung mematikannya, saat aku membuka kulkas tiba-tiba ada potongan tangan aku berteriak karena kaget Mamah menghampiriku karena kaget.

"Ya ampun Nin kamu kenapa?" tanya Mamah.

"Itu mah ada potongan tangan di kulkas," jawabku.

"Mana enggak ada," ujar Mamah.

"Ada Mah aku enggak bohong," jawabku.

"Ada apa ini kok ribut-ribut?" tanya Ayah.

"Ini Nina katanya lihat ada tangan di kulkas," jawab Mamah.

"Mungkin kamu mengantuk, sudah cepat tidur," ujar Ayah.

"Iya," jawabku.

Aku langsung membangunkan Adikku dan mengajaknya untuk tidur di kamar, sambil terus terbayang tangan itu. Sekarang hidupku semakin tidak tenang, aku terus berdoa sebisaku bahkan aku sering membaca Al-Qur'an supaya hantu itu berhenti menggangguku. Aku berpikir mungkin kalau aku pergi ke makam Kak Ardi dan meminta maaf teror ini akan berhenti.

"Halo Sa," ujarku.

"Iya Nin ada apa malam begini menelepon?" tanya Sara.

"Aku barusan dapat teror lagi, aku melihat tangan di dalam kulkas," ujarku.

"Wah serius kamu?" tanyanya.

"Iya aku serius, aku enggak bisa hidup seperti ini terus. Aku akan pergi ke makam Kak Ardi," ujarku.

"Kamu mau apa ke sana?" tanya Sara.

"Aku mau minta maaf, mudah-mudahan dengan begitu teror ini berhenti," jawabku.

"Kalau begitu aku dan Ana akan ikut," ujarnya.

"Terima kasih ya kalian memang sahabatku," ujarku.

"Iya sekarang kamu tidur saja jangan banyak pikiran," ujar Sara.

"Ya sudah kalau begitu," jawabku dan menutup teleponnya.

Aku berusaha untuk tidur tetapi selalu terdengar suara-suara yang mengganggu. Terdengar suara seperti orang mengobrol padahal Orang tuaku sudah tidur kemudian ada suara seperti sedang memasak. Aku terus berdoa dan keringat mulai bercucuran aku memeluk Adikku karena aku takut hantu itu mengganggunya. Lama aku berdoa tidak terasa aku tertidur dan aku terbangun saat alarm jam berbunyi ternyata sudah subuh aku langsung bangun dan membangunkan adikku untuk Shalat.

"Ade bangun ayo kita Shalat," pintaku.

"Tapi aku masih mengantuk Kak," jawabnya.

"Sudah ayo lagian Mamah juga pasti sudah bangun Kakah enggak mau meninggalkan kamu sendirian di kamar," ujarku.

"Ya sudah ayo kak," ujar Adikku.

"Anak-anak cepat bangun," pinta Mamah.

"Iya Mah, nah kan Mamah sudah bangun," ujarku.

"Iya kak," jawab Adikku.

Kami ke kamar mandi untuk wudu bersama kemudian Shalat setelah itu hatiku merasa lebih tenang, kemudian aku mandi dan berisap untuk pergi sekolah. Tadinya aku tidak akan sarapan dulu karena ingin segera ke sekolah untuk bercerita kepada kedua Sahabatku, tetapi kasihan Mamah sudah capek menyiapkan sarapan jadi, aku sarapan terlebih dahulu setelah itu berangkat sekolah.