Chereads / mata ketiga / Chapter 12 - Bab 12

Chapter 12 - Bab 12

Saat kami keluar perpustakaan kami berpapasan dengan Pak Rijal dia terlihat begitu sinis ketika melihatku. Aku balik menatapnya dan langsung pergi, aku semakin penasaran siapa sebenarnya pembunuh itu. Saat kami memasuki kelas aku teringat Perempuan yang duduk di kelas kami kemarin terlihat sangat jelas kalau dia duduk di sini, aku ingin segera cepat pulang dan menemui keluarga Hantu itu.

"Anak-anak karena sekarang sudah pulang tugasnya di kerjakan di rumah ya, tapi besok harus di kumpulkan," ujar Bu Guru.

"Iya Bu," jawab murid.

"Nin kita jadi ke alamat itu?" tanya Ana.

"Iya jadi aku sangat penasaran," jawabku.

"Kalau begitu ayo kita harus bergegas sekarang takut ke malaman," ujar Sara.

"Iya ayo kita pergi sekarang," ujarku.

"Tapi aku tidak tahu daerah itu kita enggak akan menyasar?" tanya Sara.

"Kita bertanya saja ke Orang-orang ," jawabku.

"Ya sudah ayo pergi kita juga punya tugas sekolah yang harus dikumpulkan besok," ujar Sara.

"Iya Ayo," ajakku.

Kami pergi mencari alamat itu dengan bertanya kepada beberapa Orang yang lewat dan kita di arahkan ke rumah yang sudah tua dan jaraknya sangat jauh dari permukiman. Kami pikir di rumah itu sudah tidak ada siapa-siapa karena dari luar tampak terlihat sangat sepi, tapi tiba-tiba ada seorang Nenek yang datang sambil membawa kayu bakar dia terlihat keheranan melihat kami ada di sana.

"Kalian mau cari siapa?" tanya Nenek itu.

"Nek apakah benar ini rumah Devita?" aku balik bertanya.

"Iya saya Neneknya," jawabnya.

"Kami ada yang mau di bicarakan," ujarku.

"Kalau begitu silakan masuk," ujarnya.

"Terima kasih Nek," ujarku.

"Maaf ya rumahnya berantakan Nenek belum beres-beres," ujarnya.

"Tidak apa-apa Nek," jawab Ana.

"Kalian ingin membicarakan apa?" tanya Nenek itu.

"Sebelumnya maaf apakah Devita masih tinggal di sini?", aku balik bertanya.

"Dia sudah tidak tinggal di sini, entah ke mana dia sudah lama menghilang," jawab Nenek.

Nenek bercerita kalau tiga tahun lalu mereka bertengkar karena Nenek menyuruh agar Devita fokus untuk belajar karena dia memiliki Pacar sehingga dia mengabaikan sekolahnya. Setelah bertengkar itu Devita langsung pergi dengan masih memakai seragam tapi dia tidak kunjung pulang, bahkan Nenek sudah melaporkan ke Polisi tapi hasilnya nihil Devita tidak di temukan di mana pun bahkan sampai sekarang dia belum juga di temukan.

"Nenek tahu siap Pacarnya?" tanyaku.

"Seingat Nenek namanya Rijal," jawab Nenek.

"Apakah ini Orangnya?" Tanyaku sambil melihatkan foto Pak Rizal.

"Ia dia orangnya," jawab Nenek.

"Kenapa kamu bisa tahu Pacarnya adalah Pak Rijal?" tanya Ana.

"Devita meninggalkan gelang ini di rumahku, saat aku memakainya Pak Rijal menanyakan dari mana aku menemukan gelang ini dan dia terlihat seperti kaget," jawabku.

"Berarti benar dia Pacarnya?" tanya Sara.

"Kamu bertemu Devita?" tanya Nenek itu.

"Iya Nek tidak sengaja aku bertemu dengannya," jawabku.

"Tapi kenapa dia tidak pulang apakah dia masih marah kepada Nenek?" Tanyanya sambil menangis.

"Nanti kalau aku bertemu lagi aku akan menyuruhnya pulang," jawabku.

"Iya terima kasih," ujar Nenek.

Aku tidak tega kalau harus bilang Devita sudah meninggal dan menjadi Hantu, aku akan menyelidiki dulu siapa yang membunuhnya. Karena kalau aku memberitahu Neneknya sekarang kasihan dia akan sangat terpukul dan aku takut dia akan menjadi sakit kasihan dia di rumah sendirian karena dia tinggal hanya bersama Devita karena suaminya sudah meninggal dan Orang tua Devita entah ke mana mereka bilang akan kerja dan mengirim uang untuk keperluan sehari-hari tetapi mereka juga menghilang entah ke mana.

"Kalau begitu kami pulang dulu ya Nek," ujarku.

"Iya kalau kalian bertemu Devita tolong bilang kalau Nenek merindukannya," pintanya.

"Iya Nek nanti aku sampaikan," jawabku.

"Apa sebaiknya kamu beritahu saja yang sebenarnya," ujar Sara sambil berbisik.

"Aku tidak tega kalau harus memberitahu sekarang," ujarku.

"Sekarang kita pulang saja sudah jam 5 takut ke malaman," ujar Ana.

"Iya ayo kita juga harus mengumpulkan tugas besok kan," ujarku.

"Oh iya tugas yang tadi," ujar Sara.

"Nin kalau kamu menemukan petunjuk lagi beritahu kami," pinta Ana.

"Iya aku pasti akan beritahu kalian," jawabku.

Saat kami akan pulang aku menoleh ke belakang Hantu Devita berdiri di samping Neneknya akh merasa takut dan sedih, aku kasihan kepada Neneknya dia menjadi tinggal sendirian dan terus memikirkan Cucunya padahal Cucunya sudah meninggal. Setibanya di rumah aku langsung mandi karena sangat gerah setelah itu aku makan perutku sangat lapar karena di sekolah aku hanya makan mie rebus yang ada di kantin.

"Kamu kenapa pulangnya sore?" tanya Mamah.

"Iya sekarang aku banyak tugas mungkin karena sebentar lagi aku ujian akhir semester Mah," jawabku.

"Oh ya sudah kalau begitu," ujar Mamah.

"Kakak kenapa teman Kakak tidak ke sini lagi?" tanya Adikku.

"Dia sedang sibuk," jawabku.

"Kalau begitu sekarang Kakak yang harus temani aku main," ujar Adikku.

"Tapi Kakak ada tugas sekolah," ujarku.

"Sebentar saja Kak," pintanya.

"Oke sebentar saja ya, kamu mau bermain apa?" tanyaku.

"Bermain ular tangga saja," ujarnya.

"Ya sudah ayo," ajakku.

Sudah jam 7 malam aku menyudahi bermain karena akan mengerjakan tugas, Adikku lanjut menonton TV dengan Orang tuaku. Sebelum ke kamar aku ke dapur dulu untuk membawa minuman, saat hendak membuka kulkas ada surat entah punya siapa saat aku hendak menanyakan kepada Mamah punya siapa surat itu aku buka dulu dan membaca sedikit ternyata surat itu dari Hantu itu dan ia ingin aku memberikannya kepada Neneknya, aku menyimpannya dan akan aku berikan besok.

"Kak aku mau ikut ke kamar," ujar Adikku

"Ya sudah ayo tapi jangan mengganggu mengerjakan tugas ya," jawabku.

"Iya," ujarnya, saat sampai di kamar Adikku bercerita.

"Kak tadi saat aku bermain dengan temanku di pohon yang besar di ujung jalan itu ada Nenek tua terus dia masuk ke dalam pohon," ujarnya.

"Ah masa masuk ke dalam pohon," ujarku.

"Iya Kak dan dia melambaikan tangan mengajakku," ujarnya.

"Terus kamu ikut?" tanyaku.

"Enggak aku pulang karena Mamah memanggil aku untuk pulang," ujarnya.

"Ah sudah Kakak mau mengerjakan tugas kamu menggambar saja ya supaya tidak mengganggu Kakak," ujarku.

Aku memberikan dia kertas dan pensil warna rupanya dia suka dan mulai menggambar. Saat aku selesai mengerjakan tugas aku lihat gambar Adikku dia menggambar yang di lihatnya tadi saat bermain, dia menggambar pohon dan Nenek tua itu badanya bongkok matanya merah dan jari tangannya panjang. Kata tetanggaku di pohon itu memang sering ada penampakan tapi aku baru lihat dari gambar Adikku.

"Kamu tadi melihat ini?" tanyaku.

"Iya ini Nenek yang tadi," jawabnya.

"Kalau dia mengajak kamu bermain kamu jangan mau ya," ujarku.

"Kenapa Kak?" tanyanya.

"Nenek itu seperti jahat," jawabku.

"Tapi tadi dia senyum ke aku," ujarnya.

"Itu karena agar kamu mau main dengannya," jawabku.

"Pokoknya kalau kamu melihatnya lagi kamu harus segera pulang ya," perintahku.

"Iya kak," jawabnya.

"Sekarang kita tidur sudah malam besok Kakak harus sekolah," ujarku.