"Kita akan bantu kamu cari tahu apa yang terjadi dengan Hantu itu," ujar Ana.
"Yang membuat aku bingung dia hanya memberi petunjuk pembunuhnya ada di sini tapi dia tidak menyebutkan namanya," ujarku.
"Apa dia sebut ciri-cirinya?" tanya Sara.
"Dia enggak menyebutkan ciri-cirinya seperti apa bahkan dia enggak memberitahu pembunuhnya Laki-laki atau Perempuan," jawabku.
"Terus kita harus cari petunjuk dari mana?" tanya Ana.
"Tadi saat aku ke toilet dia menunjuk ke arah toilet dan tiba-tiba dari tembok itu muncul darah, aku rasa dia mati di sana," ujarku.
"Berarti kita harus tanya kepada penjaga sekolah apakah pernah ada yang meninggal di toilet itu," ujar Sara.
"Iya kamu benar, nanti sepulang sekolah kita tanyakan saja kepada Penjaga sekolah," ujar Ana.
Sepulang sekolah kami langsung menanyakan kepada Penjaga sekolah apakah pernah ada yang meninggal di toilet atau tidak, tapi setahu dia tidak pernah ada yang meninggal di toilet dia sudah bekerja di sekolah itu selama 7 tahun dan selama dia bekerja belum ada kasus murid yang meninggal di sekolah. Lagi-lagi usaha kami nihil, aku berpikir untuk melihat buku tahunan Murid dan melihat semua Murid siapa tahu aku bisa tahu dia angkatan berapa.
"Bagaimana kalau kita lihat buku tahunan, siapa tahu kita dapat menemukan petunjuk," ujarku.
"Iya benar, yang aku tahu buku tahunan murid di simpan di perpustakaan," ujar Sara.
"Kalau begitu ayo kita ke sana," ajak Ana.
"Sekolah sudah mulai sepi ya, mungkin semua murid sudah pada pulang," ujar Ana.
"Iya sepertinya mereka sudah pulang karena hari sudah mau sore, tapi guru-guru dan staf mungkin masih ada," ujarku.
"Iya kamu benar, itu perpustakaannya juga belum di kunci," ujar Sara.
"Permisi Pak kami mau ke perpustakaan sebentar," ujarku.
"Kalian kenapa belum pulang?" tanya Pak Rijal ( Penjaga perpustakaan ).
"Iya Pak kami mau pinjam buku pelajaran buat mengerjakan tugas," jawabku.
"Kalau begitu cepat," ujarnya.
"Iya Pak," jawabku.
Kami melihat buku kenangan satu per satu tapi kami tidak dapat menemukan Perempuan itu sampai akhirnya Penjaga perpustakaan menyuruh kami keluar karena perpustakaan akan segera di kunci, ternyata sudah jam 5 sore dan suasana sekolah sangat mencekam. Saat kami menuju gerbang sekolah kami melewati kelas kami saat aku lihat dari luar jendela ada seorang Siswi yang sedang duduk tetapi aku tidak mengenalinya, sepertinya dia bukan teman sekelas kami.
"Kamu lihat Apa Nin?" tanya Ana.
"Itu lihat Ada siswi di kelas kita," ujarku.
"Mana enggak ada," ujar Sara.
"Itu dia sedang dudu masa kalian enggak lihat," ujarku.
"Sepertinya itu Hantu Perempuan itu," ujarku.
"Kamu yakin?" tanya Ana.
"Iya Aku yakin," jawabku.
"Tapi kenapa dia ada di kelas kita?" tanya Sara.
"Mungkin dulu ini adalah kelasnya," jawabku.
Kami pulang ke rumah masing-masing, saat tiba di rumah Mamah bertanya kenapa aku pulang sore aku tidak memberitahu Mamah aku hanya bilang sudah kerja kelompok dulu, kali ini aku tidak akan menyusahkan lagi Orang tuaku, aku akan berusaha menyelesaikan masalahku. Saat hendak ganti baju Hantu itu muncul lagi tapi kali ini dia tidak berkata apa-apa dan langsung menghilang.
"Mah ini gelang punya siapa?" tanyaku.
"Mamah enggak tahu coba tanya Ayah kamu," ujar Mamah.
"Ini gelang Ayah bukan?" tanyaku.
"Bukan mungkin punya Adik kamu," ujar Ayah.
"Tapi ini gelang ukuran dewasa," ujarku.
"Mungkin Adik kamu dapat gelang dari hadiah, coba kamu tanyakan saja," ujar Ayah.
"Dek ini gelang punya kamu bukan?" tanyaku.
"Bukan itu gelang punya Teman Kakak," ujarnya.
"Teman Kakak yang mana?" tanyaku.
"Kak Devita," ujarnya.
"Kenapa kamu tahu?" Tanyaku.
"Dia yang kasih tahu," jawabnya.
"Kapan?" tanyaku.
"Tadi sebelum Kakak pulang dia ke sini," jawabnya.
Mungkin gelang ini bisa menjadi petunjuk mungkin saja pemilik gelang ini adalah pembunuhnya. Aku memberitahu Teman-temanku dan mereka berpikir sama sepertiku, kami memutuskan untuk kembali ke perpustakaan besok untuk melanjutkan mencari siapa sebenarnya Hantu perempuan itu dan siapa namanya. Keesokannya seperti biasa aku bersiap ke sekolah tapi kali ini aku tidak sarapan karena aku berangkat pagi-pagi sekali karena mau ke perpustakaan dulu.
"Nin kenapa kamu enggak sarapan dulu?" tanya Mamah.
"Enggak Mah aku mau berangkat sekarang," jawabku.
"Tapi ini kan masih pagi-pagi sekali," ujar Mamah.
"Aku ada tugas Mah dikumpulkan sekarang jadi aku berangkat pagi karena mau mengerjakan tugas kelompok dulu," ujarku.
"Ya sudah kamu mau bawa bekal?" tanya Mamah.
"Enggak usah Mah aku sarapan di kantin saja," jawabku.
"Ya sudah hati-hati ya," ujar Mamah.
"Iya," jawabku, kemudian aku menelepon Sara.
"Halo Sa aku sudah berangkat sekolah," ujarku.
"Kenapa kamu berangkat pagi-pagi sekali ini Nin?" tanya Sara.
"Iya aku mau langsung ke perpustakaan dulu aku penasaran," jawabku.
"Kenapa enggak bareng sama kita saja," ujar Sara.
"Aku sangat penasaran kalian menyusul saja ya," pintaku.
"Iya nanti aku dan Ana akan menyusul," ujar Saran.
Sesampainya di sekolah baru sedikit Murid yang datang ke sekolah Guru-guru juga belum pada datang, saat aku ke perpustakaan ternyata sudah di buka tetapi Pak Rijal tidak ada mungkin dia sedang sarapan. Aku langsung masuk dan melihat buku kenangan dan aku menemukan sosok Hantu perempuan itu namanya sama dan wajahnya juga sama, ternyata dia angkatan tiga tahun sebelum aku. Berarti dia seangkatan dengan Pak Rijal dan setahuku Pak Rijal alumni sekolah ini dan sekarang dia magang kerja sebagai Penjaga perpustakaan, tiba-tiba Pak Rijal datang.
"Pak saya mau menanyakan sesuatu boleh?" tanyaku.
"Iya boleh," jawabnya.
"Bapak kenal Perempuan ini tidak?" Tanyaku sambil menunjuk foto Hantu itu.
"Ada urusan apa kamu?" tanyanya.
"Enggak aku merasa pernah melihatnya" jawabku.
"Kalau enggak ada urusan penting mending kamu fokus saja belajar," jawabnya dengan ketus.
"Aku kan hanya bertanya Pak," jawabku.
"Kamu dapat dari mana gelang itu?" tanyanya.
"Oh ini saya menemukannya Pak," jawabku.
"Menemukan di mana?" tanyanya.
"Memangnya kenapa Bapak bertanya, gelang ini punya Bapak?" tanyaku.
"Bukan! Bukan punya saya," jawabnya.
Teman-temanku datang saat aku sedang berbicara dengan Pak Rijal tapi Pak Rijal langsung pergi dengan wajah seperti panik. Aku langsung memperlihatkan foto Hantu itu kepada mereka dan menceritakan pembicaraanku dengan Pak Rijal. Ana curiga kalau Pak Rijal ada kaitannya dengan kematian Hantu itu, tapi aku tidak mau memastikan kalau belum ada bukti yang jelas.
"Kita tidak boleh menuduhnya, kita harus mencari bukti," ujarku.
"Iya kamu benar," ujar Sara.
"Bagaimana kalau kita mendatangi Keluarga Hantu itu," ujar Ana.
"Tapi kita kan tidak tahu rumahnya," ujar Sara.
"Lihat di sini ada biodata setiap Murid kita catat saja alamatnya dan kita cari," ujarku.
"Kamu benar kita cari sepulang sekolah," ujar Ana.
"Kalau begitu sekarang kita ke kelas saja sebentar lagi bel masuk," ujar Sara.
"Ayo," ajakku.