Kemudian aku mengganti baju dengan di antar adikku, setelah selesai kami pergi ke ruang makan hanya kami berdua yang makan karena Ayah dan Mamah sedang membicarakan masalahku. Terkadang aku merasa menyesal karena ini semua gara-gara aku dan Orang tua serta temanku terkena imbasnya, tetapi aku akan berusaha untuk menyelesaikan masalah ini.
"Nin kamu sudah makannya?" tanya Mamah.
"Iya Mah sudah," jawabku.
"Mamah sama Ayah mau membicarakan masalah kamu," ujar Mamah.
"Baik Mah," jawabku.
"Adek tunggu saja di sini ya," ujar Mamah.
"Iya Mah," jawab Adek.
Kemudian aku dan Mamah pergi ke ruang tamu untuk menemui ayah dan membicarakan bagaimana menyelesaikan masalahku. Ayah akan pergi ke keluarga Kak Ardi kemudian pergi ke makamnya bersamaku dan Pak Ustaz mudah-mudahan dengan cara Kak Ardi bisa pergi dengan tenang dan memaafkan aku.
"Tapi Ayah memangnya aku memang salah? Bukannya Kak Ardi meninggal karena kecelakaan dan malah dia yang ingin mencelakakan aku," ujarku.
"Iya tetapi dia tidak menerima, tidak apa kamu meminta maaf walaupun tidak salah kalau itu bisa menyelesaikan masalahmu," ujar Ayah.
"Iya ini semua demi kebaikanmu," ujar Mamah.
"Iya Mah," ujarku.
"Sekarang kamu jaga Adik kamu Mamah dan Ayah akan pergi ke rumah keluarga Ardi," pinta Mamah.
"Hah kalian akan pergi malam ini, terus bagaimana kami di rumah hanya berdua," ujarku.
"Iya Nin lebih cepat lebih baik," ujar Ayah.
Kemudian Orang tuaku pergi, sebenarnya aku merasa takut berdua di rumah tapi aku mencoba menenangkan hatiku dan menjaga adikku karena takut terjadi sesuatu. Saat kami sedang menonton TV aku tertidur dan saat aku terbangun Adikku tidak ada, aku sangat panik. Terdengar suara adikku di dapur sedang bicara dan tertawa.
"Ha ha ha ha Kakak rumahnya di mana?" tanya Adikku, aku mendengar seperti ada yang berbicara tetapi sangat pelan.
"Oh kakak ke sini dengan siapa?" tanya Adikku.
"Kakak sudah makan belum?" dia bertanya lagi.
"Adek kamu bicara dengan siapa?" Tanyaku sambil berjalan menghampirinya.
"Dengan Kakak Devita," jawab Adikku.
"Siapa dia?" tanyaku.
"Dia teman Kakak," jawabnya.
"Sekarang dia di mana?" tanyaku.
"Itu di samping Kakak," jawabnya.
Aku menoleh ke samping tetapi tidak ada siapa pun karena takut aku langsung mengajak adikku tidur, saat hendak pergi dia menoleh ke belakang dan melambaikan tangan seakan ada orang. Aku semakin panik dan ketakutan tapi aku tenang mencoba menenangkan hatiku karena aku takut kepanikanku dapat membawa celaka, aku memutuskan untuk menelepon Mamah.
"Halo Mah, masih lama enggak?" tanyaku.
"Halo Nin, iya sepertinya masih agak lama," jawab Mamah.
"Mah cepat ya aku mulai ketakutan," pintaku.
"Memangnya ada apa?" tanya Mamah.
"Ini Mah Adek bicara sendiri di dapur aku takut," ujarku.
"Anak kecil kan seperti ini mereka banyak imajinasi," ujarnya.
"Enggak Mah kali ini berbeda di membicarakan lagi sosok yang katanya temanku," jawabku.
"Iya kami sebentar lagi pulang kalian tunggu saja di kamar," ujarnya.
Aku menyuruh adikku untuk tidur agar dia tidak bicara yang aneh-aneh lagi. Tetapi dia tidak mau adikku malah ingin bermain dengan sosok tadi. Mendengar itu aku langsung menyelimutinya dan membacakan dongeng agar dia tertidur, ternyata caraku berhasil dia tertidur tetapi tiba-tiba turun hujan dengan deras aku langsung menangis karena takut hujannya lama dan membuat Orang tuaku lama untuk pulang karena hujan, aku memutuskan untuk video call Ana dan Sara.
"Halo Nin ada apa?" tanya Ana.
"Orang tuaku sedang tidak ada di rumah dan mungkin pulangnya akan lama jadi aku menghubungi kalian karena takut bolehkan?" tanyaku.
"Tentu saja boleh Nin kalau kamu perlu bantuan kita pasti siap untuk membantu kamu," ujar sara.
"Terima kasih ya," ujarku.
"Memangnya Orang tua kamu ke mana?" tanya Ana.
"Mereka pergi ke rumah Kak Ardi," jawabku.
"Mau apa mereka ke sana?" tanya Sara.
"Mereka ingin meminta tolong Orang tua Kak Ardi untuk membantuku," jawabku.
"Mudah-mudahan mereka mau membantumu ya," ujar Sara.
"Iya mudah-mudahan saja," jawabku
Tapi Hpku kehabisan baterai jadi aku menyudahi video callnya, aku melihat ada bayangan seperti orang berdiri di luar jendela kamarku tapi aku tidak menghampirinya karena takut dan ada suara seperti orang sedang mengobrol di ruang tamu, lagi-lagi aku di ganggu dengan suara-suara yang sebenarnya tidak ada, aku memutuskan untuk tidur saja agar tidak mendengar suara apa pun tetapi Adikku terbangun karena ingin ke kamar mandi.
"Kak aku ingin pipis," ujar Adikku.
"Pipisnya enggak bisa di tahan Dek," ujarku.
"Enggak Kak aku sudah tidak kuat," jawabnya.
"Ya sudah yuk Kakak antar," ujarku.
"Tapi kamu jangan bicara yang aneh-aneh ya," pintaku.
"Iya Kak," jawabnya.
Saat Adikku sedang di kamar mandi dia lama tidak keluar aku mendengarkan dari balik pintu dia seperti sedang bermain air dengan seseorang Adikku tertawa senang, aku mulai marah dan ketakutan aku langsung membuka pintu tapi pintunya di kunci aku menggedor-gedor tapi dia tidak juga membukanya aku mulai panik takut terjadi sesuatu kepada Adikku.
"Adek buka pintunya," pintaku.
"Sebentar Kak aku sedang main," ujarnya.
"Main dengan siapa?" tanyaku.
"Dengan Kak Devita," jawabnya.
"Kamu jangan ganggu Adikku pergi sana kalau tidak kamu akan menyesal, Adek cepat keluar," ujarku.
"Jangan seperti itu," terdengar suara membisik di telingaku.
Aku menoleh ke sampingku tidak ada siapa-siapa saat aku menoleh ke belakang ada sekelebat orang aku cepat membuka pintu kamar mandi dan menggendong Adikku yang basah kuyup ke kamar. Setelah itu menggantikan pakainya dan menyuruh adikku untuk tidak bermain lagi dengan hantu itu, terdengar suara motor dari luar saat aku lihat ternyata itu Orang tuaku aku sangat lega karena mereka sudah pulang.
"Nin buka pintunya," pinta Mamah.
"Iya Mah sebentar," jawabku.
"Mamah dan Ayah basah kuyup kalian kehujanan?" tanyaku.
"Iya nih," jawab Mamah.
"Kenapa tidak menunggu hujan reda saja," ujarku.
"Mamah merasa khawatir dengan kalian jadi Mamah memaksa Ayah kamu untuk segera pulang saja," jawab Mamah.
"Ya sudah Mamah dan Ayah ganti baju dulu biar tidak sakit," ujarku.
"Mamah ganti baju dulu ya," ujar Mamah.
Aku tidak menceritakan kejadian tadi kepada mereka karena aku takut mereka akan khawatir aku memilih untuk menyelesaikan sendiri masalah hantu yang mengikutiku dari sekolah. Aku yakin hantu itu menggangguku karena ingin meminta tolong tapi yang membuatku marah dia juga mengganggu Adikku.
"Nin kesini," pinta Ayah.
"Iya," jawabku.
"Besok sepulang sekolah kamu langsung ikut dengan Ayah," ujar Ayah.
"Ikut ke mana?" tanyaku.
"Sudah pokoknya ikut saja," ujarnya.
"Iya," jawabku.
"Adek juga ikut ya," pinta Adikku.
"Jangan Adek tunggu saja di rumah dengan Mamah ya," jawab Ayah.
"Iya yuk mending sekarang kita tidur lagi," ujarku.