Lari adalah satu-satunya hal yang bisa dia lakukan. Setiap hembusan nafasnya dia berharap bisa lebih cepat lagi. Tak ada kemungkinan untuk menang, terlalu mustahil. Dia belum siap untuk mati. Masih banyak hal yang ingin dia lakukan, tapi situasi ini sungguh seperti pelarian terakhirnya. Tak ada lagi harapan, semua tertekan oleh rasa takut yang sangat besar.
Seperti jalan hidupnya, Park Sun-Hyung tak memiliki kekuatan dan keberanian untuk melawan. Dia selalu lari seperti pengecut, melupakan kemungkinan yang bisa terjadi. Ketika mendapat perlakuan kasar dari teman sekelasnya atau ketika melihat seorang gadis dianiaya. Sekalipun tak pernah merasa mampu untuk melawan. Lemah, satu hal yang cukup membebaninya, menumbuhkan rasa takut yang berlebihan.
"Sial!"
Park Sun-Hyung melirik ke arah belakang. Makhluk itu semakin dekat, keempat kakinya benar-benar sangat cepat.
Apakah dunia harus sekejam ini? Dia baru saja merayakan ulang tahun ke 18-nya seorang diri, lalu tiba-tiba kejadian aneh itu membuatnya terlempar ke sebuah hutan. Sungguh tak masuk akal, atau ini hanya sebuah mimpi?
"Cih!"
Sekali lagi Park Sun-Hyun berdecak kesal, merutuki dirinya sendiri. Makhluk itu dan tempat ini terlalu nyata untuk dikatakan mimpi.
Bunyi ranting patah semakin sering dia dengar. Tubuhnya yang ramping terlihat sangat gesit berlari di antara pohon-pohon besar. Tanah di hutan ini tidak terlalu basah, namun ditumbuhi rumput cukup lebat. Hal itu sama sekali bukan masalah bagi Park Sun-Hyung yang sudah terbiasa lari, bahkan beberapa semak dia terobos dengan mudah.
Mata makhluk itu sangat tajam. Deretan gigi tajam terlihat siap menggigit apapun yang memiliki aroma darah. Di sekujur tubuhnya banyak bekas luka, mungkin serigala buas itu sudah mengalami banyak pertarungan dan kali ini dia benar-benar lapar.
Satu lompatan yang sangat cepat, serigala itu melesat ke depan dengan mulut terbuka. Saat melayang di udara bulu hitam pekat di tubuhnya bergerak bagai rumput yang diterpa angin.
Sadar akan hal itu, Park Sun-Hyung langsung melompat ke samping. Dia berhasil menghindar, tapi tubuhnya justru jatuh ke tanah yang lebih rendah. Benar-benar sial. Tubuhnya jatuh tak beraturan, berguling di tanah dan menerpa beberapa semak hingga akhirnya berhenti di belakang pohon yang sangat besar.
Sakit, seakan seluruh tulangnya telah patah. Dia sudah tak mampu lagi. Tubuhnya sangat lemas, tak ada tenaga lagi. Apakah dirinya akan berakhir di sini?
Sungguh sangat menyedihkan. Pelariannya selama ini akan berakhir pada seekor serigala. Bukankah selama ini dia sudah mengalami hal yang lebih mengerikan. Benar, jika diingat, bukan kali ini saja dia meregang nyawa. Setiap tertangkap oleh preman sekolahnya dia selalu mendapat luka yang cukup serius. Lalu kenapa dia harus takut, ini bukan apa-apa jika dibandingkan dengan hinaan mereka.
"Argh!"
Park Sun-Hyung mencoba bangkit, namun dia justru muntah darah. Tapi dia tetap mencoba bergerak, tak peduli sesakit apa, ini akan segera berakhir.
Dia berhasil duduk bersandar ke pohon besar. Pandangannya mulai melemah.
"Maafkan aku, ayah, ibu, kakak. Sepertinya aku akan pergi lebih du–"
Dia kembali memuntahkan darah segar. Benar-benar sangat menyedihkan, apalagi ketika serigala tadi sudah berada di hadapannya.
Dengan segala penyesalan, Park Sun-Hyung tersenyum. Serigala itu menggertakan giginya sesaat, seakan memberi tahu siapa yang terkuat di antara mereka. Lalu detik selanjutnya dengan kekuatan penuh serigala itu melompat. Mulutnya terbuka bersamaan dengan satu kaki depan yang mengeluarkan deretan kuku tajam.
Slash!
Dari jarak yang cukup jauh, satu anak panah melesat sangat cepat, menuju satu titik.
Brug!
Serigala itu jatuh dengan kepala tertembus anak panah.
Park Sun-Hyung terkejut. Matanya terbuka lebar dan mulai menyapu kesana kemari, mencari sosok yang telah menolongnya. Tiba-tiba sebuah bilah belati menyentuh lehernya. Rasa dingin dari logam tajam itu menjalar ke sekujur tubuhnya, memberikan tekanan yang sangat ngeri. Seakan tubuh dan udara di sekitarnya membeku, bergerak sedikit saja sudah pasti lehernya akan tergores atau bahkan terputus.
Seorang dengan pakaian tradisional yang aneh adalah pemilik belati itu. Dia menutupi mulut dan hidungnya dengan kain hitam. Tapi telinga yang runcing memanjang itu tak mampu dia sembunyikan. Membuat Park Sun-Hyung tertegun penuh tanya, apalagi ketika mata biru orang itu semakin tajam menatapnya. Benar-benar mengintimidasi dengan aura yang sangat gelap.
Mereka diam untuk sesaat. Park Sun-Hyung terus menatap nanar sosok itu. Jika salah dalam berbicara, sudah pasti dia akan tamat. Tapi di sisi lain dia berpikir, sebenarnya sosok di hadapannya ini makhluk apa? Memang seperti manusia, tapi telinga itu sungguh bukan telinga seorang manusia.
Rambut panjangnya yang berwarna perak terhempas oleh angin, bergerak ke samping seperti akan terbawa terbang.
Tiba-tiba muncul jendela cahaya biru semi transparan di depan wajah Park Sun-Hyung. Menampilkan sebuah pemberitahuan seperti dalam sebuah game.
[Lawan bicara anda adalah Ras Elf]
Seperti itulah tulisan yang muncul di jendela tersebut.
'Dia merasa curiga pada anda, apakah anda ingin menggunakan fitur penyesuaian bahasa untuk berkomunikasi?'
Lalu suara seorang wanita terdengar di kepalanya.
[Ya/Tidak]
Opsi pilihan muncul. Sulit dipercaya, benar-benar seperti sistem dalam game. Apakah dirinya telah masuk ke sebuah sistem game seperti cerita-cerita komik manhwa?
"Ya!"
Sosok itu langsung menajamkan tatapannya, bahkan bilah belati di leher Park Sun-Hyung sudah memberikan goresan beberapa centi.
[Proses penyesuaian bahasa sedang berlangsung]
[Selesai]
Lalu jendela pemberitahuan itu menghilang, menyisakan perasaan ngeri yang semakin besar pada Park Sun-Hyung. Dia bisa merasakan perih di lehernya dengan sangat nyata. Satu kesalahan lagi pasti akan berakibat fatal.
Hutan, serigala buas, sosok seorang elf. Lalu tiba-tiba muncul sebuah jendela yang sangat mirip dengan sistem notifikasi game. Apakah dirinya sudah berada di dunia lain?
Park Sun-Hyung masih sempat berpikir ketika nyawanya sedang terancam. Dia sudah bisa mengendalikan dirinya. Jika benar ada sebuah sistem dalam dirinya dan telah memberikan penyesuaian bahasa. Mungkin dia bisa berkomunikasi dengan sosok elf itu.
"Cukup!"
Tiba-tiba terdengar suara seorang laki-laki dari samping. Park Sun-Hyung menggerakkan bola matanya, mencoba mencari tahu siapakah sosok yang baru saja datang.
Sosok di depannya langsung mundur, seakan telah mendapat perintah mutlak. Lalu seorang laki-laki dengan wajah tampan berjalan mendekat dari arah samping. Penampilannya hampir sama dengan sosok yang telah menggores lehernya. Dia memiliki mata biru, telinga runcing dan rambut panjang berwarna perak. Aura yang dipancarkan begitu tenang dan lebih bersahabat, bahkan dia sempat tersenyuman dan membungkuk memberi hormat.
"Tuan?"
Sosok elf yang muncul pertama kali terlihat keheranan mendapati orang yang dia panggil 'Tuan' itu memberikan hormat pada Park Sun-Hyung.
"Maafkan murid saya. Akhir-akhir ini dia sangat sensitif, jadi biarkan saya menyembuhkan luka anda sebagai tanda permintaan maaf."
Tiba-tiba sosok itu menggerakkan tangannya sambil merapal mantra. Lalu tangan kanannya yang terulur perlahan diselimuti oleh cahaya kuning tua seperti langit sore.
Cahaya itu mulai menjalar ke tubuh Park Sun-Hyung dan secara ajaib menyembuhkan semua luka-lukanya.
Masih tak percaya dengan apa yang terjadi. Park Sun-Hyung hanya bisa tertegun melihat itu semua. Benar-benar seperti dalam sebuah cerita fantasi.
"Bolehkah saya tahu maksud anda jauh-jauh datang kemari?"
"Hah?!"
"A-aku … tersesat."
Sosok yang menyembuhkan luka Park Sun-Hyung itu tersenyum kecil sambil mengulurkan tangannya lagi.
"Sudah lama kami tidak menerima tamu dari bangsa manusia. Jika berkenan, ikutlah ke desa kecil kami. Di sana anda bisa beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan."
Dengan polos Park Sun-Hyung meraih tangan elf itu dan akhirnya dia bisa berdiri. Tubuhnya benar-benar sudah pulih, sangat ajaib. Jika memang benar mereka ini elf, tapi kenapa mereka begitu ramah pada manusia? Apakah ini jebakan?
Park Sun-Hyung tak punya pilihan lain. Dia sendiri masih bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Dimanakah dia saat ini dan kenapa?
***