"Seorang musuh datang mendekat!"
"Berapa orang?"
"Belum jelas, tapi sepertinya hanya satu orang."
"Atur beberapa anggota untuk evakuasi penduduk dan kirimkan orang ke tempatku. Cepat!"
"Si-siap, Tuan Nevar."
'Apakah akan terjadi penyerangan? Tapi kenapa hanya satu orang? Ini buruk,' batin Nevar.
Laporan tim pengintai melalui komunikasi sihir itu membuat Nevar tak tenang. Sudah lama sekali Alban tak mendapat serangan tiba-tiba seperti ini. Jika benar hanya satu orang, pasti dia sangatlah kuat.
"Ada apa?" Park Sun-Hyung yang berada di sampingnya sadar akan tingkah Nevar yang tak biasa.
"Jangan jauh-jauh dariku, ada musuh yang akan datang."
"Hah?"
Percuma menjelaskan pada Park Sun-Hyung. Anak itu pasti tak akan mengerti situasi seperti apa yang saat ini terjadi. Apalagi Gael sekarang juga berurusan dengan musuh. Sungguh seperti sudah direncanakan. Mungkin orang yang dikejar Gael adalah umpan. Jika dibandingkan dengan gurunya, Nevar bukanlah apa-apa. Dia hanya lebih unggul pada kecepatan.
Para prajurit terkuat juga tak ada di Alban. Hanya menyisakan Gael, Nevar, tim pengintai dan para tetua. Tapi mau bagaimana pun, keamanan Alban sekarang berada di tangan Nevar dan bawahannya. Dia tak ingin melibatkan para tetua, tapi mampukah?
Tiba-tiba langit di atas Alban menggelap, membentuk sebuah arus awan hitam yang melingkar. Dari tengah pusarannya muncul seorang dengan aura yang sangat kuat.
"Aura gelap ini. Tak salah lagi, dia Victor."
Di tempatnya berdiri Park Sun-Hyung gemetar ketakutan. Dia mampu merasakan aura yang sangat kuat, bahkan lebih dari milik Reigan.
Para penduduk mulai panik. Mereka berhamburan kesana kemari mencari tempat perlindungan.
"Apa yang terjadi?"
"Kita diserang."
Tatapan tajam Nevar yang terarah ke atas membuat Park Sun-Hyung sedikit mengerti. Ternyata dunia ini tak ingin membiarkan Park Sun-Hyung bernafas dengan tenang. Pemuda itu baru saja bisa melupakan hal-hal buruk yang menimpa dirinya. Belum juga ada sehari dia tinggal, tapi kini sudah muncul masalah lagi.
Tiba-tiba muncul lima orang di depan Nevar. Sangat cepat, benar-benar seperti ninja. Park Sun-Hyung hampir melompat karena terkejut. Penampilan kelima elf itu hampir mirip dengan Nevar. Mereka semua memakai kain hitam untuk menutupi hidung dan mulut. Satu hal yang berbeda adalah rambut mereka.
Kelima elf itu memiliki rambut yang dominan gelap dan pendek. Sangat kontras jika dibandingkan dengan Nevar yang memiliki rambut panjang berwarna perak. Tak bisa dipungkiri, walaupun Nevar hanya ketua tim pengintai, tapi dia juga salah satu pemilik darah keturunan elf yang masih murni.
"Kalian evakuasi warga, bawa mereka ke ruang bawah tanah. Jaga keselamatan mereka, jangan sampai ada yang terluka."
"Siap!" Kelima elf itu menjawab serempak.
Ini adalah situasi darurat peringkat pertama. Nevar terlihat sangat serius. Ketika para bawahannya sudah pergi, dia kembali menatap ke atas, dimana sosok bernama Victor itu masih melayang penuh keangkuhan.
Hembusan angin dari atas membuat rambut peraknya tersibak. Mata biru milik Nevar memancarkan cahaya samar. Park Sun-Hyung menyadari itu, dia tertegun sesaat seperti sedang menyaksikan sebuah pahlawan yang akan melindungi semua orang.
Perlahan Nevar membuka penutup mulutnya, memperlihatkan wajah tampan yang begitu mempesona. Dia menghirup nafas dalam-dalam seraya terpejam.
Sebenarnya dia ingin menggunakan sihir komunikasi dengan Geal, tapi sepertinya jarak mereka terlalu jauh. Kelemahan sihir komunikasi adalah pada jarak jangkauannya. Jika sudah melampaui batas, maka tak bisa dilakukan lagi.
Tiba-tiba muncul dinding transparan yang menutupi seluruh wilayah Alban. Sosok Victor mulai turun mendekat, menyentuh dinding sihir pelindung itu. Menimbulkan aliran-aliran terang yang bercabang seperti akar. Semakin lama, semakin meluas hingga akhirnya dinding sihir pelindung itu pecah bagaikan kaca. Serpihan-serpihannya memudar, menjadi cahaya kecil yang jatuh dan menghilang.
"Menyedihkan. Dinding pelindung dari para tetua hancur begitu saja, sangat disayangkan." Hati Nevar sedikit terguncang. Antara takut dan kesal, tapi sepertinya rasa kesal lebih mendominasi.
Nevar bukanlah pecundang yang akan lari hanya karena lawannya terlalu kuat. Dia lebih memilih mati terhormat daripada lari dan menyesal dikemudian hari. Dan kini dia sudah siap.
Melihat itu semua, Park Sun-Hyung semakin gemetar ketakutan. Keringat dingin mulai membasahi wajahnya. Ini bukan lagi masalah tentang dirinya saja, tapi sudah menyangkut banyak orang. Para penduduk Alben, kaum Elf Putih.
Di atas sana terlihat seorang musuh perlahan turun dengan hawa yang sangat mengerikan. Tapi Park Sun-Hyung tak menemukan rasa takut itu pada wajah Nevar. Sosok elf yang tempo hari hampir membunuhnya itu tampak gagah. Dia tak gentar, walau tahu lawannya sangat kuat.
Park Sun-Hyung merasa iri. Bayangan dirinya yang selalu lari dari masalah terlintas. Sangat menyedihkan.
Sesaat kemudian sosok Victor telah menyentuhkan kakinya di salah satu jalan setapak Alban. Di hadapan Nevar dan Park Sun-Hyung.
Sosok Victor terlihat sangat tenang. Dia mengenakan pakaian bangsawan dengan aksen dominan hitam. Wajah pucatnya begitu datar, tanpa emosi. Tapi aura yang dipancarkan sangat mengerikan. Begitu gelap, seakan semua iblis bersatu pada dirinya.
"Jangan terlalu sensitif. Aku hanya datang berkunjung, kebetulan aku melewati area Alban dan mencium aroma darah manusia."
Suaranya terdengar berat dan dalam, seakan sosok itu sedang tercekik.
Sekilas Nevar melirik ke arah Park Sun-Hyung. Jadi kedatangan Victor hanya karena anak itu? Sungguh seperti lelucon, tapi sayangnya ini tidaklah lucu.
Victor menarik nafas dalam-dalam. "Hm … seperti inilah aroma darah itu. Sangat segar dan memikat."
Dalam diam Nevar semakin kesal. Alih-alih menyalahkan Park Sun-Hyung, dia justru lebih mempermasalahkan Victor yang bertindak seenaknya. Menghancurkan dinding pelindung adalah salah satu bentuk peperangan. Tidak lucu jika dia menganggap ini hanya karena dirinya kebetulan melintas dan mencium bau darah manusia. Bukankah ada pintu masuk di Alban. Lagi pula Alban selalu menerima tamu, bahkan jika mereka berasal dari bangsa vampir sekalipun.
"Rasanya sudah lama sekali aku tidak berkunjung. Di mana sahabatku, Reigan?"
Tiba-tiba tubuh Nevar diselimuti oleh aura biru yang sangat kuat. Membara bagai api yang siap membakar apapun. Kali ini kesabarannya benar-benar telah habis. Sikap angkuh Victor membangunkan jati diri Nevar yang sebenarnya.
"Kau mau melawanku?" Victor menyeringai, menampilkan dua taringnya. Wajah pucat itu juga mulai berubah, menampilkan ekspresi yang sangat mengerikan.
Aura kegelapan Victor terasa semakin kuat. Di sekeliling tempatnya berpijak muncul aura merah kental yang berputar membentuk tornado kecil.
"Kemarilah, anak muda. Tunjukan padaku hasil latihanmu."
"Jangan sombong."
Detik selanjutnya tubuh Nevar menghilang dan muncul di depan Victor dengan pukulan yang cukup kuat ke arah wajah Victor. Tapi selisih kekuatan mereka terlalu jauh. Pukulan Nevar bisa ditahan oleh Victor dengan telapak tangan. Terlihat begitu mudah, seperti sebuah sentuhan tanpa tenaga.
Nevar kembali menghilang dan muncul lagi di depan Park Sun-Hyung. Terlambat sepermili detik saja pasti akan fatal. Victor bukanlah tandingannya. Nevar sadar akan hal itu, tapi harga dirinya tak selemah kemampuannya.
Mungkin ini akan menjadi pertarungan terakhirnya. Maka tak perlu membuang waktu lagi, dia akan mengerahkan seluruh kemampuannya. Sekilas sosok Gael terlintas di pikirannya.
Nevar tersenyum. Tiba-tiba saja tempat pijakan kakinya remuk berhamburan, melayang sesaat dan jatuh ketika sosok Nevar kembali menghilang untuk melakukan serangan.
***