Chereads / Dimension Knight / Chapter 3 - BAB 3 [ Sosok Misterius ]

Chapter 3 - BAB 3 [ Sosok Misterius ]

Pembicaraan yang cukup intens bersama Reigan membuat Park Sun-Hyung semakin yakin bahwa dirinya saat ini berada di dunia lain. Secara logika dia masih belum percaya, tapi semua ini terlalu nyata untuk dibantah.

Reigan sendiri tak banyak menjelaskan, dia lebih sering bertanya. Hal itu membuat Park Sun-Hyung semakin penasaran. Dia ingin tahu tentang dunia ini dan alasan kenapa dirinya sampai bisa berpindah dunia. Jika menyimak cerita Reigan tadi, Park Sun-Hyung mengerti beberapa hal. Salah satunya adalah ikatan sebuah takdir. Reigan berkata bahwa Park Sun-Hyung pasti memiliki sebuah takdir yang membuatnya berpindah dunia.

"Jadi aku tak bisa kembali ke bumi?" Wajah Park Sun-Hyung terlihat sedih.

"Bisa asalkan kau menuntaskan takdirmu di dunia ini. Jangan berkecil hati, aku akan membantumu, jadi untuk sementara waktu tinggal lah di sini. Jika identitasmu tersebar, pasti banyak yang ingin memburumu."

Aura yang dipancarkan oleh Reigan tak lagi menekan Park Sun-Hyung. Saat mengetahui tamunya berasal dari bumi, dia langsung melepaskan seluruh segel kemampuannya. Selain untuk berjaga-jaga, Reigan juga bermaksud untuk menguji kemampuan Park Sun-Hyung. Tapi mengecewakan. Menurut penilaian Reigan, Park Sun-Hyung memang memiliki cahaya kecil, tapi anak itu masih lemah.

Dan kini Reigan telah menurunkan intensitas auranya. Memang sedikit mengecewakan, tapi Reigan masih tertarik dengan pemuda itu. Dia sendiri juga penasaran, takdir apakah yang akan Park Sun-Hyung lalui di dunia ini. Sebenarnya Reigan sudah memikirkan beberapa hal, tapi dia masih belum yakin.

"Terima kasih, aku tak punya alasan untuk menolak. Jadi mohon bimbingannya sampai aku menemukan jalan untuk pulang."

Park Sun-Hyung buru-buru berdiri dan langsung membungkuk, memberikan sikap hormat sekaligus sebagai tanda permohonannya.

Reigan terkekeh. Sudah sangat lama dia tak mendapatkan permohonan dari orang asing. Tapi kali ini, di depannya berdiri seorang pemuda dari bumi yang memohon bantuannya. Sangat menarik, tak diminta pun Reigan sudah pasti akan membantunya. Sebagai salah satu tetua ras Elf Putih dia tak ingin mengambil langkah yang salah, cepat atau lambat orang luar akan tahu identitas Park Sun-Hyung. Dia harus membuat pemuda itu memiliki kemampuan bertarung agar bisa bertahan di dunia yang gelap ini.

"Tegakkan tubuhmu, anak muda. Aku sudah cukup tua, tapi tak ada salahnya memberimu pertolongan."

Park Sun-Hyung menegakkan tubuhnya dengan gugup. "Terima kasih, Tuan Reigan."

"Keluarlah dan panggilkan, Gael. Dia akan menemanimu berkeliling. Pasar kami memiliki banyak kue lezat, pasti kamu akan suka."

Wajah Park Sun-Hyung berbinar. "Wah!"

Selama itu menyangkut tentang makanan, sudah pasti dia akan lebih bersemangat. Reigan memang pintar. Dia tak ingin ikut campur, justru memerintahkan Gael.

Reigan terkekeh. Sudah lama dia tak mendapatkan hiburan seperti ini. Mungkin kedatangan Park Sun-Hyung akan membuat masa tuanya jadi lebih menarik.

"Cepat sana panggilkan dia. Kau ingin makan kue-kue lezat, kan?"

"Hem!" Park Sun-Hyung mengangguk antusias. Dia terlihat begitu bersemangat.

Dan seperti kata Reigan. Alben mempunyai pasar sendiri, pedagang di sana sudah diatur oleh para tetua dan bawahannya. Selama tidak ada perselisihan, jalur perdagangan di Alben selalu lancar. Orang-orang yang melakukan perjalanan dagang adalah orang terpilih. Mereka bukan hanya cakap dalam masalah bisnis, tapi juga memiliki kemampuan bertarung setara dengan para prajurit. Jadi tak heran jika pihak luar yang bekerjasama dengan Alben merasa enggan membuat masalah.

Saat ini wilayah pasar Alben tiba-tiba saja heboh, tentu saja karena sosok Park Sun-Hyung. Sejak masuk ke wilayah pasar, dia terus saja kesana kemari dengan tingkah konyol. Hal itu membuat para pedagang di pasar juga semakin antusias. Mereka bahkan memberikan makanan yang mereka jual secara gratis. Seperti layaknya seorang yang sedang hunting kuliner, Park Sun-Hyung sangat menikmati hal ini. 

Para penduduk Alban sangat ramah padanya. Mereka berkerumun mengikuti langkah Park Sun-Hyung dari belakang. Ini benar-benar hal baru bagi pemuda itu, sangat menyenangkan. Beberapa gadis elf dengan pakaian sedikit terbuka juga mencoba menggoda Park Sun-Hyung. Tapi hal itu tak mendapat respon lebih selain senyuman polos. Dia terlalu tergila-gila dengan makanan yang diberikan oleh para pedagang di pasar itu.

Disisi lain Gael seperti terlupakan. Dia terlihat begitu menyedihkan, berjalan lemas di belakang kerumunan orang yang mengikuti Park Sun-Hyung.

"Ya ampun, dia masih bisa makan?" keluh Gael.

Memang menyebalkan, tapi Gael sendiri juga tak berdaya. Perintah dari Reigan adalah kewajiban mutlak, jadi tak mungkin dia mengabaikannya. Jika tahu akan seperti ini, rasanya Gael menyesal telah menyelamatkan anak itu.

Tapi ini bukanlah hal sepele. Melihat Reigan yang cukup serius menangani anak itu membuat Gael berpikir lebih dalam. Dari luar Park Sun-Hyung memang terlihat seperti seorang manusia biasa, tapi reaksi Reigan di ruang tamu tadi tidaklah main-main. Sebagai muridnya, Gael tahu persis seperti apa Reigan. Dia tipe tetua yang tak akan turun tangan jika hanya karena masalah sepele.

Menerima tamu dari bangsa manusia memang bukan hal besar. Hal itu tak menjadi kewajiban Reigen untuk ikut serta, tapi jika terjadi perselisihan, maka sudah pasti dia akan menjadi penengah.

Jika diingat. Ucapan Reigan tadi juga terkesan cukup serius pada Gael.

"Jagalah tamu kita. Ajak dia berkeliling dan jangan sampai ada yang melukainya."

Gael sangat paham dengan perintah itu. Tapi dia sedikit heran. Kenapa anak itu sangat penting?

Firasat buruk tiba-tiba membuat Gael tersadar. Dia mengerjapkan matanya, mencari sosok Park Sun-Hyung. Benar, dia mencium hawa membunuh yang sangat samar.

Sebelum situasinya semakin rumit, Gael melakukan kontak komunikasi dengan Nevar.

"Gantikan aku mengawal si bocah rakus itu. Ada sesuatu yang tak beres di sini, aku akan mengurusnya sebentar."

"Dimengerti."

Suara Nevar terdengar di kepala Gael. Mereka melakukan komunikasi dengan bantuan sihir.

Lalu Gael meneliti situasi sekitar. Dia mengaktifkan sihir lagi, membuat pupilnya membesar dan bercahaya. Semua energi negatif dapat terlihat sekarang. Hawa membunuh yang samar itu milik seseorang di ujung sana. Wajah sosok itu tertutupi oleh syal, tapi Gael yakin bahwa dia adalah bagian dari elf putih.

Sosok misterius itu tiba-tiba menghilang dan muncul lagi seperti sebuah bayangan gaib. Semakin lama, semakin mendekati Park Sun-Hyung.

Gael belum bereaksi, dia menunggu saat yang tepat untuk bertindak. Sesaat kemudian sosok misterius itu mengeluarkan belati dari lengan bajunya.

"Cih!"

"Belum juga sehari."

Dengan perasaan kesal Gael melepaskan segel sihir di tubuhnya. Dia berjalan santai melewati kerumunan orang yang mengikuti Park Sun-Hyung.

Tiba-tiba sosok Gael berubah sangat menakutkan. Seluruh tubuhnya diselimuti cahaya biru transparan yang sangat kuat. Orang-orang yang merasakan tekanan energi sihir itu langsung menyingkir, memberikan jalan. Disisi lain, sosok yang memiliki hawa membunuh tadi sudah kabur melalui atap-atap bangunan.

Park Sun-Hyung tertegun ketika melihat Gael yang sangat berbeda. Dia bergidik ngeri. Aura yang dia rasakan hampir mirip seperti milik Reigan. Hanya saja intensitasnya lebih rendah.

Gael melompat dengan sangat cepat, meninggalkan gelombang angin di sekitar tempat pijakannya. Dia benar-benar sedang marah sekarang. Bukan masalah Park Sun-Hyung yang sedang ditarget. Ini lebih pada perasaan kecewa.

"Siapakah dirimu, sampai berani bertindak seperti itu pada tamu Tuan Reigan."

Gael semakin kesal. Sosok yang dia kejar ternyata memiliki kecepatan yang hampir setara dengan Nevar. Tapi dia tak menyerah. Gael terus mengejar sosok itu melalui atap-atap bangunan. Setiap pijakannya memiliki tekanan energi yang cukup besar. Gelombang angin terus tercipta ketika Gael melompat. 

Saat seekor singa tengah marah, maka mangsanya tak akan bisa bernafas dengan tenang.

Disisi lain tiba-tiba Nevar muncul di samping Park Sun-Hyung. Benar-benar seperti ninja.

Park Sun-Hyung menghela nafas. Dia hampir saja melompat histeris karena kedatangan Nevar yang tak biasa.

"Gael kenapa?" Wajah Park Sun-Hyung sangat polos, bahkan dia masih memegang kue.

"Tuan Gael sedang marah."

Park Sun-Hyung mengangguk paham, lalu menggigit kue di tangannya. Sungguh memuakkan bagi Nevar. Seperti Gael, dia sendiri tak paham kenapa Reigan begitu mengistimewakan anak konyol itu.

***