Chereads / Dendam Cinta Masa Lalu / Chapter 2 - Pesta Penyambutan (Prolog)

Chapter 2 - Pesta Penyambutan (Prolog)

-

"Baik, mari kita sambut Presiden Direktur dari Neth Group, yang akan meresmikan pembukaan perusahaan baru ini, yaitu Tuan Aaron Donzello. Semua tamu undangan diminta untuk berdiri sebagai salam penyambutan."

Sang master of ceremony mengatakan kalimat panjang itu dengan suara yang lantang. Dan langsung disambut dengan suara tepukan tangan dari semua orang yang berada di dalam ruangan aula besar itu.

Tidak lama setelah itu, terlihat sebuah pintu utama yang menjulang tinggi terbuka secara otomatis. Dan disana, terdapat satu orang laki-laki dengan pakaian formal, yang berdiri dengan tatapan kedua mata yang terus mengarah lurus ke depan.

Laki-laki berpakaian formal dengan balutan tuxedo berwarna biru dongker, dengan kemeja bagian dalam berwarna putih itu terlihat begitu tampan. Ditambah dengan sepasang mata elangnya dan rahang tegas miliknya, yang mampu memperkuat pesona dan kewibawaan yang dimiliki olehnya.

Para juru kamera tetap setia berdiri di belakang pembatas kanan dan kiri, dengan kilatan blitz yang terus memancar dari kamera yang mereka bawa. Memotret satu demi satu setiap langkah yang diambil oleh laki-laki tampan, yang sedang berjalan di atas karpet merah, yang ada di depan mereka sekarang ini.

"Peringatah! Kepada semuanya, di mohon untuk tidak melewati batas keamanan."

Seorang laki-laki berpostur besar dan tinggi terdengar berteriak, sembari menahan para tamu undangan yang ingin berjalan lebih dekat ke arah bintang acara malam ini. Bukan hanya satu, bahkan sepertinya terdapat sekitar puluhan orang, yang bertugas sebagai pembatas malam ini.

Namun, laki-laki yang bernama lengkap Tuan Aaron Donzello itu terlihat abai dengan keadaan yang ada di sekitarnya. Dia lebih memilih untuk mengikuti ucapan sang mc untuk segera berjalan ke arah panggung.

Sebenarnya, banyak suara bisikan keras yang mengatakan tentang ketampanan dan kekayaan yang di miliki oleh laki-laki itu secara terang-terangan. Bahkan ada juga beberapa wanita yang berteriak begitu kencang dan memanggil-manggil nama seorang pengusaha sukses, Aaron Donzello, dengan embel-embel kalimat sayang.

Berharap, kalau laki-laki yang mereka panggil namanya itu mau menatap ke arah mereka dan memberikan senyuman mautnya, yang bisa membuat siapa pun terhipnotis.

Namun, Aaron tetaplah Aaron. Sosok laki-laki yang dikenal dengan kekayaannya, tapi juga dikenal dengan sifat kejam dan ambisiusnya. Dia jelas-jelas tidak memperdulikan teriakan banyak wanita, yang bahkan bisa dipastikan kalau mereka mau menyerahkan tubuh mereka secara cuma-cuma hanya untuk dinikmati olehnya.

Setelah sampai di depan tangga menuju panggung, Aaron pun terlihat menghentikan langkahnya sebentar. Kemudian, laki-laki itu terlihat merapikan posisi dasi kupu-kupu yang melingkari kerah kemeja putihnya.

"Ini untuk anda, Tuan Aaron Donzello."

Aaron Donzello mendongakan kepalanya, kemudian menatap sosok perempuan modis yang sedang mengulurkan sebuah buket bunga besar ke arahnya.

Pakaian wanita itu terlihat begitu minim, dan dengan posisi berdirinya yang di atas panggung, tentunya Aaron bisa melihat sesuatu yang harusnya tidak dilihat secara umum itu.

Dan pada akhirnya Aaron tetap menerima uluran bunga yang diberikan kepadanya sembari mengatakan kalimat terima kasih atas itu. Namun, sebelum laki-laki itu melanjutkan langkahnya, dia terlihat mendekatkan dirinya ke arah perempuan yang masih berdiri di dekatnya sekarang itu.

"Kau terlihat begitu murah dengan tubuhmu yang telanjang itu, Angel. Aku merasa bingung, kenapa Branden memberikanku calon sekretaris murahan sepertimu. Sepertinya tugasmu bukanlah sebagai seorang sekretaris, lebih tepatnya sebagai seorang penggoda ulung."

Gadis yang Aaron panggil dengan nama Angel itu terdiam. Wajahnya yang penuh dengan make up terlihat memerah, dengan kedua tangan yang terlihat mengepal di sisi tubuh.

"Enyahlah dari pestaku, murahan," usir Aaron, dengan suara rendah, tapi terdengar begitu menusuk.

Dan tanpa banyak kata lagi, wanita bernama Angel itu pun segera turun dari panggung dan menghilang dibalik barisan orang yang berdiri di dalam aula. Bisa dikatakan, wanita itu sedang menanggung rasa malu yang sangat besar, atas perkataan rendahan yang diberikan oleh calon atasannya kepadanya. Padahal, dia baru bekerja untuk besok, tapi dia sudah menerima pemecatan sebelum pekerjaannya dimulai.

Sadar dalam keadaannya sekarang ini, Aaron pun kembali menegakan tubuhnya dan berdehem lirih. Kemudian, laki-laki tampan itu terlihat berjalan ke arah mikrofon yang ada di tengah-tengah panggung, dengan tangan kiri yang masih menggenggam buket bunga.

"Saya ucapkan selamat malam dan terima kasih banyak kepada semua tamu undangan yang sudah menghadiri acara peresmian perusahaan cabang dari Zello Group, yakni Neth Group, yang dipimpin oleh saya sendiri sekarang ini. Untuk berdiri sebagai seorang pemimpin dari Neth Group ini, nyatanya saya membutuhkan waktu selama kurang lebih dua tahun untuk merealisasikan ini semua. "

Aaron memulai ucapan sambutannya dengan suara yang terdengar begitu bersahabat. Setiap pasang mata jelas hanya tertuju pada dirinya sekarang ini. Auranya, pesonanya dan kewibawaanya benar-benar terlihat begitu sempurna saat dia berbicara dengan suara beratnya.

"Sebagai seorang pengusaha muda, saya harus mempelajari banyak hal. Dari strategi terkecil pasar, hingga yang terbesar. Menentukan peninjauan bagian tertentu atau turun langsung untuk menyelesaikan segala permasalahanya.

Namun, dibalik itu semua, saya berterima kasih kepada banyak orang. Terkhusus orang-orang yang membantu saya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tentunya saya tidak bisa menyebutkan satu persatu namanya, tapi saya tidak akan pernah melupakan jasa mereka juga tentunya."

Aaron terlihat menjeda ucapannya, kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Dan laki-laki itu bisa mengerti jelas, tentang beberapa pasang mata yang diam-diam memancarkan rasa memuja kepadanya.

"Bolehkah saya bertanya sesuatu, Tuan Donzello?"

Seorang wartawan laki-laki dengan kamera yang ada di tangan kirinya terlihat berteriak ke arah sosok yang sedang berdiri di atas panggung, sembari menggerak-gerakan tangannya di udara.

Mendengar itu, Aaron pun menganggukan kepalanya dan mempersilahkan wartawan itu untuk bertanya kepadanya.

"Kira-kira, apa yang menjadi motivasi terbesar anda menjadi sosok yang begitu sukses di usia muda ini, Tuan Donzello? Mengingat anda adalah seorang pebisnis baru, tetapi sudah memiliki banyak saham perusahaan di berbagai negeri."

Aaron tersenyum tipis, kemudian kembali mendekatkan kepala mikrofon ke bibirnya.

"Jika kalian bertanya tentang motivasi terbesar saya dalam menjalankan perusahaan, maka akan saya katakan, kalau motivasi tersebut adalah diri saya sendiri. Dulu, ada orang yang mengkhianati saya dan memilih orang lain, hanya karena saya memiliki banyak kekurangan. Dan sekarang, saya bisa membuktikannya, kalau saya bisa melengkapi kekurangan itu dengan kelebihan yang ada dalam diri saya sendiri," jawab laki-laki itu kemudian.

Dan setelah itu, terdengar riuh suara tepukan tangan diiringi dengan teriakan penuh pujian. Ya, pujian atas kemenangan seorang Aaron Donzello, sebagai seorang pengusaha muda tersukses dan terbaik.

Tanpa meraka tahu, sebenarnya motivasi yang laki-laki tampan itu katakan, memiliki makna yang begitu dalam tentang masa lalunya.