Bagas menikahkan Audrey dan Attaruk dengan Mas kawin di luar kebiasaan. Uang dua milyar bukanlah halangan buat Attaruk asalkan bayi Shezan dirawat dengan baik.
Kebahagiaan Attaruk sukar didefinisikan, ia hanya senyum datar menanggapi sesuatu tanpa bisa ditebak perasaannya kini.
Bagaimanapun menjalani kehidupan dengan orang yang baru dikenal sangat rumit.
Audrey sang penyayang yang belum pernah memiliki seorang anak, begitu suka cita saat dipertemukan dengan bayi Shezan chuby dan gemes.
Alhasil, Audrey begitu menikmati hubungan pernikahan ini dengan lelaki yang memperlakukannya bak ratu. Attaruk begitu menghargai pasangannya tanpa semena-mena, cinta tumbuh dengan sendirinya dengan pribadi yang menarik.
Audrey bahagia, terpancar dari rona wajah pink, setiap kali bersitatap dengan Attaruk, yang kian menebarkan pesona dan kegagahannya.
"Wah.. cantik banget istriku Audrey saat menyusui Shezan. Aku rasa hanya suami bodoh yang membiarkan istrinya bersanding dengan lelaki lain." gumam Attaruk dengan lirih, sambil menatap Audrey penuh penampakan bukit.
"Makasih, Audrey" ucapnya pelan berbisik dalam hati dengan penuh rasa bahagia.
"Hm...Attaruk menelan saliva hingga untuk kesekian kalinya tanpa menyakiti perasaan ataupun fisik Audrey. Yah, Attaruk hanya ingin bercinta saat keduanya siap menahan rindu dan memaknai arti cinta yang sesungguhnya.
Diam-diam Attaruk begitu betah dan berlama-lama tinggal di rumah hanya ingin menumbuhkan benih-benih cinta lalu menghangatkannya kembali.
Tak menyadari perbedaan sikap Attaruk hari ini, sudah lebih satu jam menemani Audrey meneteki bayi Shezan hingga obrolan mereka pun mengandung hawa panas. Ia menghampiri Audrey, lalu mulai menggodanya dengan kata-kata mesra, merengkuh dalam pelukan dan mengedipkan sebelah matanya menggoda istrinya.
"Eh sayang....trims banget?"
Udah menemani dan menjadi ibu susu Shezan ya! Aku rasa tak dapat memantaskan diri dengan berapapun biaya yang telah berbayar. Kebaikanmu tak tergantikan, Drey? Aku menghargaimu sebagai wanita dan istriku. Apalagi sebagai ibu sambung anakku. Aku akan menunggu Audrey siap lahir dan batin mempunyai rasa bahagia dalam sebuah perkawinan." ujarnya tersenyum menampakkan gigi geligi putihnya yang kontras.
Attaruk mulai nakal dengan istrinya, yang di goda pun hanya mengedikkan bahunya seolah acuh. Namun, di hatinya berdenyut gembira.
Setelah selesai dengan acara ritual menyusui bayi shezan, lalu Audrey mengangkatnya dalam box khusus bayi. Bayi yang terlihat tertidur pulas, semakin gemes dan berat badan pun bertambah. Keluarga Attaruk nampak bahagia, kehadiran bayi yang dinanti nantikan sejak lima tahun yang lalu penuh pengorbanan sang istri tercinta.
"Miryam, aku terpaksa mencari ibu sambung buat Shezan. Maafkan aku sayang?" batin Attaruk semakin berkecamuk dan merasa mengkhianati cinta mereka.
Kecintaan pada istrinya yang telah tiada, masih meninggalkan bulir-bulir cinta penuh gelora. Belum habis mereguk indahnya cinta berdua, Tuhan telah memanggil Miryam, Nama yang paling merdu di pendengaran Attaruk.
Lalu, mereka melanjutkan dengan makan malam keluarga, turut pula Bi Rumi yang selalu mendampingi kemana saja Audrey pergi. Ia telah menganggap sebagai pengganti orang tuanya.
Wah.. cantik banget istriku ini, meleleh rasanya," Attaruk gemes, melihat daya tarik di depan mata penuh eksotik. Namun, segala upaya untuk menahan diri agar tidak terlalu buru-buru. Sok jual mahal, untuk menebar pesona dulu supaya Audrey takluk di tanganku. Kenyamanan yang utama, lainnya bakal ngikut aja macam dicucuk hidung.
"Makasih ya, Drey," ucapnya dengan penuh rasa bahagia.
Hm ... ini hadiah untukmu, sebagai rasa bahagiaku semata, dan atas pengorbananmu. Audrey melaksanakan tugas dengan sempurna menjadi ibu Shezan yang paling bergengsi, seraya menyerahkan sekotak hadiah yang baru dibelinya di mall tadi siang khusus untuk menarik hati Audrey. Ia menyunggingkan senyum birahi, mengerling manja sembari menaikkan sebelah matanya menggoda.
"Eh.... Audrey, senang nggak, mendapat hadiah dari sang suami? Hm, bukankah seorang Attaruk yang tidak Audrey cintai?" Audrey dengan malu-malu, bangkit lalu berlari memasuki kamarnya, menahan kegoncangan hati yang sulit untuk disembunyikan.
Malam yang dingin, sangat menyentuh sisi sensual seorang wanita, ia ingin diperlakukan secara romantis layaknya pasangan sejati. Entah sampai kapan Attaruk akan membiarkannya terus dalam perenungan malam.
Jujur, Audrey sangat ingin mendapatkan kontak fisik sebagai wujud bahasa cinta darinya sebagai bukti kami telah sah. Apakah aku kurang menarik di matanya?" Ungkap Audrey perlahan menikmati gulingan yang makin menirus.
Malam perlahan meninggalkan pekat, menjemput gemintang fajar. Bunyi si jago kukuruyuk seakan membangunkan pemiliknya untuk segera beraktivitas mulai bersujud mengucapkan rasa syukur pada Rabb Sang pemilik semesta alam.
Akhirnya, semua berjalan sebagaimana biasanya, tanpa ada terjadi insiden.
"Ahh,..." desahku perlahan dengan tarikan nafas berat lalu menghembusnya kembali.
Audrey hanya seorang wanita biasa, perasaan malu masih bergelayut dalam hati berbalut keraguan yang kian memuncak.
Audrey mematut-matut diri di cermin, sembari bertanya dalam hati, dari sisi manakah yang tidak menarik darinya? hingga Attaruk belum pernah menyatakan cinta sekalipun.
Pagi menjelang, setelah menunaikan kewajiban subuh, Audrey menggendong Bayi Shezan dengan puasnya. Bayi Chaby dengan pipi merona merah jambu sangat memikat siapapun yang menatapnya.
"Hari ini, jadwal cek up Shezan. Nanti diingatkan kembali, ya?! titah Attaruk seperti biasanya, selalu kabari lagi.
Attaruk pun merasa lega sekali, karena sekarang Shezan sudah mempunyai ibu sambung yang rela menyusuinya. Hingga ada pertalian darah, mampukah Attaruk menjadi suami yang dapat menjaga Audrey dengan baik setelah merebut dari tangan Bagas?
Bagas sungguh lelaki yang sedang terpojok oleh ulahnya sendiri. Perjanjian yang sudah disepakati berdua di depan notaris menjadi momok buat Bagas. Ia telah merelakan istrinya, menukar dengan.bayaran hutang sebanyak milyaran rupiah.
Audrey layak mendapat kebahagiaan yang hakiki, wanita yang punya akhlak mulia, hanya suaminya bagas tak bisa menghargai permata lalu disia-siakan.
Audrey menyaksikan sendiri bagaimana Attaruk bertingkah memperlakukannya begitu lembut dan penuh cinta. Berbeda dengan cara Bagas dan bumer berlaku kasar banget. Dua sudut pandang yang berbeda.
Ya, Audrey pun mengakui sebuah keyakinan takkan meleset sedikit pun.
"Jangan pernah menyakiti hati istrimu apalagi membuatnya menangis, karena di luar sana masih banyak yang mau menyediakan sapu tangan menghapus air mata bahkan menyediakan bahu untuk sandaran istrimu." Sebelum terlambat maka jangan pernah para suami melakukan hal tersebut
Aku-Audrey terikat dalam sebuah perkawinan dengan lelaki egois tidak memperlakukan istri semestinya.
"Jika suami memperlakukanmu bak ratu, maka hidupmu bagai di sorga, tapi sebaliknya andai dijadikanmu tulang punggungnya maka kelar hidupmu. Segera move-on.
Akulah istri yang terbuang lalu dipungut kembali oleh lelaki kiriman, memperlakukan wanita berharga layak mendapatkan kebahagiaan.
Namun, siapa wanita yang dicintai Bagas? apakah ia lelaki egois yang hanya mencintai diri sendiri?
Semua berawal dari perjodohan yang dicetuskan oleh kedua belah pihak untuk tujuan masing-masing.
Audrey hadir mengharapkan bukti cinta pada orang yang salah, tapi berkat buah manis kesabaran akhirnya menemukan jalan cinta yang hilang. Audrey hadir pada saat yang tepat dan lelaki yang membutuhkannya demi sang buah hati yang telah lama dinantikan.
Terkadang cinta itu datang tidak serta merta, justru melalui perantara, butuh media sebagai titik simpul jalinan perasaan. Bagas pun yang pada akhirnya dengan sadar mengizinkan Attaruk menikahi Audrey meski sejujurnya Bagas tak benar-benar merelakan sang istri kepangkuan lelaki lain.