Chereads / ALPHA RED GEM / Chapter 10 - Chapter 10 RAUT BAHAGIA

Chapter 10 - Chapter 10 RAUT BAHAGIA

Pagi itu Louis langsung bangun dari tidurnya saat merasakan kamarnya yang terang oleh sinar matahari. Dia segera mandi dan bersiap pergi kampus. Dia terlebih dahulu menemui ayahnya dan sarapan bersama. Setelahnya dia pamit untuk pergi ke kampus.

Wajahnya cerah dan terlihat senang, tentu sjaa karena Louis akan bertemu kekasihnya, dia tidak boleh telat menjemput Hanah. Louis segera mengeluarkan mobilnya dari dalam garasi dan melesat di jalan raya bersama kendaraan lainnya yang berlalu lalang di sana, dia menembus keramaian jalan raya itu menuju Hanah berada.

Setelah sekian lama ada di jalan raya, Louis menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang rumah Hanah. Dia menekan klakson mobilnya agar terdengar ke dalam.

Dugaannya benar, Hanah langsung keluar dan menyapanya.

"Selamat pagi Louis!" sapa Hanah sambil masuk ke mobil.

"Pagi juga. Sudah siap untuk berangkat?" Hanah menganggukkan kepalanya yang kangsung dibalas oleh Louis yang kembali mengendarai mobilnya melau bersama para pengendara lainnya menuju kampus mereka berada.

Louis membelokkan mobilnya dan masuk gerbang kampus, kembali berbelok dan memarkirkannya di parkiran yang sudah disediakan itu. Setelah mobil terparkir rapi, Louis mematikan mesin mobilnya dan keluar dari dalam sana begitu juga dengan Hanah.

Di sekitar tempat parkiran terlihat sudah ramai oleh mereka yang memiliki jam kuliah pagi. Beberapa bersandar di kendaraan mereka sambil mengobrol, beberapa juga duduk di kursi yang memang disediakan di sana.

Louis dan Hanah berjalan beriringan meninggalkan mobil dan parkiran tersebut.

"Hanah kelihatannya semakin dekat dengan Louis ya? Mereka sepertinya pacaran deh." Mereka semua terdengar saling berbisik membicarakan Louis dan Hanah yang memang terlihat sangat dekat beberapa hari terakhir ini.

Wajar saja jika mereka menjadi bahan pembicaran maha siswi di kampus, karena semua orang juga mengetahui Louis sebagai anak terkaya di kampusnya. Mungkin selanjutnya mereka akan mengira macam-macam kepada Hanah tentang ini.

"Mereka semua sangat suka menggosip ya," gumam Hanah yang mendengar bisik-bisik mereka semua yang tengah berbisik-bisik tentang kedekatan Hanah dan Louis.

"Kenapa? Kau tidak nyaman mendengarnya?" Hanah menoleh mendengar ucapan Louis, dia kira Louis tidak mendengar ucapannya yang lirih itu.

"Tidak juga. Ya, meskipun sedikit tidak nyaman. Tapi, aku tidak peduli apa yang mereka katakan kok," ucap Hanah sambil tersenyum manis kepada Louis. Begitu pula dengan Louis, dia ikut tersenyum dan mengusak rambut panjang Hanah.

"Jangan, rambutku nanti berantakan!" rengek Hanah pada Louis tas ulahnya yang mengusak rambutnya yang dia perkirakan menjadi sedikit berantakan. Sedangkan Louis hanya terkekeh mendengar rengekan Hanah beserta wajahnya yang memelas dan kesal.

Louis tersenyum tipis kemudian mengelus lembut rambut Hanah hingga kembali rapi.

"Kau tetap cantik meski rambutmu sedikit berantakan," ucap Louis dengan lembut menatap Hanah di sampingnya.

Sedangkan Hanna tersipu malu dengan apa yang baru saja Louis lakukan padanya.

"Aku ke kelas dulu ya, sebentar lagi dosen masuk. Sampai jumpa di jam istirahat," ucap Louis sambil melangkah meninggalkan Hanah yang hanya menjawabnya dengan anggukan.

Louis berjalan ke dalam gedung belajarnya, kemudian masuk ke salah satu kelas.

Di dalam sana sudah ramai seperti biasa, tidak anak lelaki ataupun anak perempuan mereka sama saja, sama-sama suka menggosip.

Ya, Louis mmendengar jelas apa yang mereka bicarakan tentangnya dan Hanah.

Semuanya langsung berbisik dan diam saat Louis masuk, selain itu dengan segera mereka mengganti topik pembicaraannya.

Louis hanya diam dan segera duduk di kursinya tanpa medulikan mereka.

Seperti biasa, dia mengenakan airphone dan menyalakan musik.

Setelah selesai 1 musik, Louis segera mematikannya dan melepaskan airphone tersebut dari telinganya. Dia memilih untuk fokus belajar dan memerhatikan dosen yang tengah memberikan materi.

Setelah kurang dari dua jam di dalam kelas, Louis keljar dari sana. Jam belajar telah usai.

Selanjutnya dia memiliki jam belajar siang nanti. Dia masih mengenakan airphone saat keluar dari kelas sambil mendengarkan musik m3mbiarkan banyak orang yang membicarakannya.

Dia memilih santai tanpa mau memedulikan msreka semua seperti sebelumnya.

Hanah masih di dalam kelasnya. Dia memilih untuk pergi ke kantin dan mengirim pesan pada Hanah. Dia duduk di salah satu bangku kosong seoramg diri, ya ini sudah biasa.

Yang tidak biasa bagi semua orang yaitu dia yang dekat dengan Hanah.

Louis hanya menikmati jusnya dan kue yang dia beli di kantin. Dia sibuk memainkan ponselnya melihat-lihat banyak hal sambil sesekali menyesapi jusnya dengan perlahan.

"Hai, maaf ya. Kau pasti menunggi cukup lama!" Louis menoleh dan mendapati Hanah berdiri di sampingnya. Gadis itu segera duduk di samping Louis tanpa aba-aba lagi.

Louis pula melepaskan airphone nya dan tersenyum kecil.

"Tidak apa-apa. Pasti materi hari ini sedikit berat," ucap Louis sambil menyesapi minumannya.

"Kau mau makan apa? Biar aku traktir," ucap Louis menawarkan Hanah untuk membeli makanan dan dia yang akan membayarnya.

"Tidak, tidak perlu. Aku bisa membelinya sendiri," ucap Hanah yang tidak enak hati jika Louis yang membayar makanan yanh dibelinya. Sedangkan kemarin saja Louis sudah mentraktir makanan mahal dan membawanya jalan-jalan, tidak untuk saat ini.

"Tidak apa-apa. Biar aku traktir ya, kau ingin makan apa?" ucap Louis lagi yang berhasil membuat Hanah tidak dapat menolak.

Dia hanya menyenutkan satu makanan dan minuman dengan asal.

Louis segera memesankannya dan membayar makanan tersebut. Di sela-sela menikmati makannya dia melirik Hanah berulang kali. Gadis itu terlihat menyenangkan setiap harinya, juga dia sangat mandiri itulah yang membuat Louis menyukai Hanah.

"Louis, apa ada sesuatu di wajahku?" tanya Hanah yang rupanya menyadari Louis yang memerhatikan wajahnya itu.

Louis segera menggelengkan kepalanya, tidak ada apa-apa memang dj wajah Hanah, bahkan dia makan sangat rapi.

"Hanya ada kecantikan di wajahmu," ucap Louis yang berhasil mmebiat hanah merona. Ini yang dia inginkan, melibat wajah Hanah yang merona itu sangat menggemaskan hingga dia ingin sekali mencubit pipi dan hidung Hanah, tapi dia hanya diam tidak berani melakukan itu.

"Jangan gombal deh," hardik Hanah dengan suara lieih yang dibalas kekehan oleh Louis. Dia sendiri tidak tahu sejak kapan dia dapat mengatakan semua ini. Ya, hanya pada Hanahlah dia dapat mengatakan semua ini.

"Jam masuk lagi kapan?" tanya Louis kepada Hanah guna mengganti topik pembicaraan tersebut, lagi pula Hanah terlihat tidak nyaman Louis demikian.

Apalagi banyak orang lain di kantin ini yang tentunya mengenal mereka.

"Setengah jam lagi Louis. Kau?" tanya balik Hanah kepada Louis.

"Siang setelah jam makan siang," ucap Loyis memberitahu jika jam belajarnya adalah siang. Itu dikerenakan dosen tidak dapat mengajar di jam pagi sehingga di ganti menjadi siang.

"Kau tidak pulang saja?" tanya Hanah yang sekaligus membuat ususlan untuk Louis sebelum jam belajarnya berlangsung.

Louis menggelengkan kepakanya dengan perlahan sambil terus memandangi wajah Hanah.

"Aku akan di sini bersamamu Han. Lau massuk kelas saja, aku akan menunggumu dan mengantarkan kau pulang," ucap Louis terdengar lembut. Hanah hanya mengela napasnya mendengar semua itu.

Tapi, sayangnya Hanah tidak dapat menolak. Sekarang saja Hanah harus menibggalkan Louis di kantin sendirian dengan beberapa orang di kantin yang masih beristirahat.

Louis tidak berniat untuk pergi, dia lebih memikih mendengarkan musik seperti sebelum Hanah datang sambil menunggu gadisnya menemuinlnya.