Chereads / ALPHA RED GEM / Chapter 16 - Chapter 16 PERDEBATAN KECIL

Chapter 16 - Chapter 16 PERDEBATAN KECIL

Louis hanya diam mendengar perdebatan kecil antara Alice dan Jonas. Hingga akhirnya dia meneguk habis sisa kopinya dan beranjak meninggalkan dua orang yang masih sibuk berdebat itu.

"Hey mau ke mana?" seru Alice yang melihat Louis sudah beranjak dari tempat duduknya.

"Aku harus belajar!" tegas Louis dengan nada suaranya yang terdengar dingin. Dia tidak memedulikan mereka, dia lebih memilih terus melangkah hingga masuk ke kelasnya.

Sebentar lagi dosen akan masuk sesuai jadwal yang diberikan hari ini.

Beruntungnya juga Louis hanya belajar dua mata kuliah, jadi dia tidak perlu berlama-lama berada di kampus.

Louis duduk di bangkunya, masih dengan posisi mengenakan air phone di kedua telinga nya dan mendengarkan musik. Memang sepanjang perjalanan menuju kelas ini dia terus mendengarkan musik yang mengalun indah pada pendengarannya hingga membuat kakinya sedikit di hentak-hentakkan di bawah meja sana.

Louis melepaskan air phonenya dan mematikan ponselnya karena dosen telah tiba. Dia kembali belajar seperti sebelumnya. Suasana kelas pun terasa sunyi karena mereka semua fokus untuk belajar, ya setidaknya tidak ada kegaduhan di dalam kelas ini.

"Baiklah sampai di sini dulu pelajaran hari ini ya. Jangan lupa tugasnya dikerjakan tepat pada waktunya!" ucap dosen wanita itu yang kemudian langsung meninggalkan kelas Louis. Semua anak kelas langsung keluar meninggalkan kelas. Begitu juga dengan Louis.

Dia berjalan kembali di tengah-tengah keramaian maha siswa atau maha siswi di sepanjang koridor. Beruntungnya kali ini dia tidak bertemu Alice ataupun Jonas dan Sean. Ya, walaupun Sean lebih banyak diam. Tapi, dia lebih senang menikmati waktunya sendirian tanpa ada yang mengusiknya.

Dia tiba di parkiran di mana mobilnya terparkir di sana. Louis langsung masuk ke mobilnya dan mulai menanyakan mesin mobil itu.

Selanjutnya Louis mengendarai mobil itu melaju keluar gerbang kampus dan membaur bersama para pengendara lainnya. Dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang sambil menyalakan musik. Sesekali kepalanya bergerak-gerak mengikuti irama musik yang membungkus isi mobilnya itu, begitu juga dengan jemarinya yang memegang kemudian bergerak-gerak seperti ketukan kecil.

Louis menghentikan laju mobilnya tepat di depan gerbang rumah, dia menekan klakson yang seketika satpam yang menjaga gerbang rumahnya itu langsung membukakan gerbang untuk Louis.

Louis membawa mobilnya masuk ke dalam, seperti biasa satpam akan membukakan pintu untuknya dan mempersilahkannya untuk keluar dengan sangat sopan.

Louis melangkahkan kakinya ke dalam rumahnya. Dia langsung merebahkan tubuhnya di atas shifa depan televisi dan menaruh asal tasnya di atas meja. Baru saja dia bersantai ponselnya berdering di dalan saku celananya itu.

Dengan malas Louis merogoh saku celananya dan mengambil benda pipih itu dari dalam sana. Dia dapat melihat sederet nomor tanpa nama. Kemungkinan orang asing, sejenak Louis berpikir untuk menerima panggilan atau membiarkannya saja. Akhirnya dia memutuskan untuk menerima panggilan itu.

"Hallo," sapa Louis dengan nada suaranya yang malas.

"Selamat siang Tuan Louis. Saya asisten pribadi Tuan Lexis. Beliau meminta saya untuk menghubungi Anda. Tuan Lexis meminta Anda untuk datang ke kantornya sekarang," ucap wanita di sebrang sana dengan sopan kepada Louis.

Louis memutar bola matanya malas, mengusap kasar wajahnya.

"Baiklah, aku akan datang setelah 15 menit!" ucap Louis yang langsung menutup panggilan tersebut. Dia bergegas pergi ke dalam kamar dan membasuh wajahnya agar terlihat lebih segar. Dia mengganti pakaiannya terlebih dahulu kemudian kembali melesat ke dalam mobilnya. Dia kini bahkan sudah kembali berkendara setelah baru 5 menit tadi dia mengemudi.

"Mengganggu saja. Apa todak tahi aku baru pulang dan sedang istirahat," gerutu Louis yang sedikit kesal karena merasa terganggu dengan panggilan tersebut.

Tapi, sebentar lagi adalah jam makan siang. Mungkin saja ayahnya ingin dia menemaninya makan siang di kantor, apa tidak ada gadis atau karyawan yang dapat ayahnya ajak makan?

Jarak dari rumah ke kantor itu tidak terlalu jauh.

Tepat seperti yang Louis katakan, setelah 15 menit dia akan sampai. Sekarang Louis sudah masuk ke gedung yang tinggu menjulang ke langit dengan halamannya yang terlihat mewah.

Bukan hanya dari halamannya saja, bahkan isi gedung itu sangatlah mewah berkali-kali lipat dari luarnya.

Dia menuju lift dan naik ke lantai 15 di mana kantor ayahnya berada. Setelah sampai di lantai 15, Louis keluar dan menghampiri receptionis di dekat ruangan ayahnya.

"Ayahku ada di dalam?" tanya Louis kepada wanita yang duduk di sana.

"Tidak ada Tuan. Tuan Lexis saat ini sedang di ruang meeting. Beliau memberitahu saya untuk mengantarkan Tuan Louis ke ruangan tersebut. Kadi mari saya antar Tuan," ucapnya dengan sopan.

Louis hanya mengangguk dan mengikuti langkah wanita muda yang entah sudah berkeluarga atau tidak. Yang terpenting saat ini dia dapat bertemu dengan ayahnya.

Hanya saja yang mengganjal dalam pikirannya adalah kenapa di ruang meeting? Apakah ayahnya sedang meeting saat ini? Ataukah dia harus ikut meeting dengan ayahnya? Serentetan pertanyaan keluar dari kepala Louis.

Wanita yang mengantar Louis membuka pintu berwarna putih dan masuk setengah badan, menunjukkan dirinya hingga dia membuka pintu tersebut.

"Tuan Louis sudah datang Tuan," ucap wanita itu yang rupanya memberitahu Lexis di dalam sana tentang kedatangan Louis.

"Suruh dia masuk!" titah Lexis kepada wanita itu.

Setelahnya Louis masuk, dia berdiri di ambang pintu ruangan tersebut melihat ada sekitar sepuluh orang dalam ruangan itu duduk tenang melingkari meja di depannya dengan laptop tertutup di depan mereka, kecuali milik Lexis yang masih terbuka. Semuanya melihat ke arah Louis yang berdiri dengan wajah kebingungan.

"Masuklah ke mari Nak!" titah Lexis yang membuat Louis melangkahkan kakinya masuk lebih dalan dan mendekati ayahnya yang tengah berdiri menyambut kedatangan louis.

"Ini Louis, Putra tunggal ku yang akan menjadi pewaris tunggal perusahaan ini," ucap Lexis memberitahu semua orang tentang Louis sebagai anak tunggalnya

"Dia sangat tampan dan gagah," bisik-bisik mereka dapat di dengar Louis dengan baik. Ya, semua orang selalu saja mengagumi ketampanannya. Sepertinya Louis sedikit menyombongkan dirinya dengan wajah tampan yang dia miliki.

"Ayah, apa ada acara sesuatu?" tanya Louis yang rupanya masih bertanya-tanya.

Namun, hanya pertanyaan itu yang keluar dari lisannya saat melihat sepertinya ayahnya tidak sedang meeting atau lainnya.

Lebih mirip disebut dengan bersantai di ruangan khusu meeting ini.

"Tidak ada Nak. Mereka adalah teman-teman bisnis Ayah yang ingin mengetahuimu. Sekarang ayolah duduk dan nikmati minuman mu!" Lexis menuntun tubuh putranya untuk duduk di kursinya. Sedangkan dia duduk di kursi samping.

Louis melirik ayahnya, karena seharusnya bukan dia yang duduk di sana.

"Ayah akan berikan kedudukan itu untukmu saat kau sudah menyelesaikan kuliah. Sekarang duduk tenanglah di sana ya Louis," ucap Lexis yang memahami kebingungan Louis

Semua teman-teman bisnis Lexis langsung mengajak Louis berbicara, menanyakan banyak hal kepadanya yang hanya dijawab dengan nada suara malas-malasan.

Walhasil selalu saja Lexis yang menyempurnakan jawaban Louis.

Dia bahkan bercerita tentang kepintaran Louis dan semua hal yang dibanggakan Lexis tentang putra tunggalnya itu. Ruangan tersebut ramai oleh mereka, sedangkan Louis masih saja diam dengan malas menanggapi semua orang.