Chereads / ALPHA RED GEM / Chapter 21 - chapter 21 ARG

Chapter 21 - chapter 21 ARG

Saat rembulan menghilang Louis kembali pada bentuk manusia nya. Dia terduduk lemas di samping kasurnya mengingat apa yang baru saja terjadi. Hanan mengetahui siapa dia sebenarnya, gadis itu pasti sekarang tengah tersakiti dengan kebenaran ini.

Matahari pun sudah mulai muncul, dia bangkit keluar dari kamarnya dan bertemu ayahnya di lantai utama dekat ruang makan.

Rumah mewah nan luas itu membuat Louis harus berjalan beberapa meter dari pintu kamarnya hanya untuk sampai di ruang makan setelah melintasi ruang tamu. Memang rumah itu di desain dengan banyak sekali perabotan mewah dan lantai mahal.

"Kita tidak memiliki makanan cukup sudah hampir satu minggu kita tidak keluar rumah, pasti membuat banyak orang curiga." Lexus memulai pembicaraannya dengan putranya itu.

"Ya Ayah, aku pun berencana akan pergi ke kampus. Aku tertinggal cukup banyak materi, dan Aku harus mengejar ketertinggalan ini," ucap Louis yang mengutarakan kepada ayahnya jika dia hendak masuk kampus dan beraktifitas seperti sebelumnya.

"Baiklah. Aku hanya perlu mengontrol dirimu agar kau tidak berubah di depan semua orang. Apalagi kuliahku saat ini sore bukan?" ucap Lexis yang memilih untuk membebaskan putranya.

Keduanya berjalan ke dapur dan membuka kulkas berisi daging mentah itu tinggal sedikit, hanya cukup untuk hari ini.

"Seharusnya Ayah membeli daging yang banyak untuk satu minggu penuh atau lebih dari itu," ucap Louis melihat isi kulkasnya. Dia segera meneguk segelas air mineral dan mengunyah buah-buahan yang masih tersisa.

"Hanan semalam datang dan dia melihatku berubah menjadi serigala," lirih Louis yang mulai bercerita tentang kedatangan Hannah ke rumah.

"Apa?" pekik Lexis setengah tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar dari lisan putranya itu.

"Aku rasa, setelah pulang dari kampus aku harus menemuinya," ucap Louis lagi mulai menyusun rencana untuk hari ini.

"Tapi, itu kan malam Louis," ucap Lexis yang gelisah. Dia sangat takut jika ada manusia melihat mereka berubah menjadi serigala. Tapi, semuanya sudah terjadi. Hannah sudah mengetahui identitas asli dari mereka.

"Aku harus berbicara dengannya agar tidak membocorkan soal ini bukan?" Ucap Louis lagi berusaha menenangkan ayahnya agar mempercayainya untuk menemui Hanah dan membicarakan soal ini.

"Baiklah. Aku harap semuanya akan baik-baik saja." Louis menganggukkan kepalanya.

"Ayah! Ini siang, bagaimana jika kita makan di luar, bukankah sudah lama kita tidak makan berdua di luar. Perutku lapar," ucap Louis meminta ayahnya untuk makan di luar rumah. Tentu saja itu langsung disetujui oleh Lexis.

"Baiklah, ayo!" ucap Lexis dengan senang hati sambil merangkul pundak putranya. Tinggi mereka sama, bahkan Louis lebih tinggi dari ayahnya. Keduanya keluar dari rumah setelah beberapa hari mengusung diri, akhirnya kembali dapat menghirup udara segar.

"Ayo masuk Louis!" seru Lexis menyuruh anaknya itu untuk masuk ke mobil. Louis langsung menurutinya dan segera mengunci rumah besar mereka. Dia berlari ke mobil dan masuk, kemudian duduk tenang di kursi samping ayahnya.

"Bagaimana kita ke restoran favoritmu?" tanya Lexis yang tentu saja membuat Louis sangat senang.

"Itu tawaran yang tidak akan pernah aku tolak Ayah!" ucap Louis senang. Lexis hanya tersenyum melihat putranya senang, terlebih lagi senang karena memang karena keluar dari rumah.

Setelah cukup lama menempuh perjalanan membuat perut keduanya berbunyi berulang kali karena merasa lapar, sesekali mereka tertawa renyah mendengar perutnya saling sahùt menyahuti, terdengar sangat lucu.

"Saat kita masuk, perut tidak boleh bersuara. Itu sangat memalukan," ucap Lexis sambil memarkirkan mobilnya di parkiran yang memang sudah disediakan di halaman luas restoran tersebut.

"Tentu saja Ayah. Reputasi kita akan turun, dan kita akan terlihat seperti orang jelalatan," balas Louis sambil terkekeh pelan yang dibalas tawa oleh Lexis.

Di antara perubahan yang terjadi pada nya, memang sekarang Louis sudah terlihat sering tersenyum di banding kan biasanya.

Keduanya segera keluar dari mobil dan melangkah masuk ke restoran mewah tersebut yang selalu digemari Louis karena masakannya sangat lezat sekali. Mereka langsung memilih duduk di pojok dekat jendela, dan segera memesan makanan kesukaan mereka.

Setelah memesan makanan, tidak perlu menunggu lama. Pelayan itu sudah kembali membawa nampan berisi makanan yang masih mengepul dan tercium sangat nikmat membuat perut mereka yang kelaparan ini tidak dapat menahannya lebih lama. Tapi tentu saja mengutamakan reputasi itu lebih penting, menunggu makanan itu tertata rapi dan kemudian mulai melahaphya dengan perlahan seperti manusia pada umumnya.

Keduanya makan sambil sesekali bercerita dan mengobrol, akhir-akhir ini keduanya memang sibuk dengan sendirinya sehingga sangat jarang saling menyapa meski keduanya ada dalam satu rumah.

"Aku sangat merindukan makanan ini Ayah," ucap Louis sambil terus mengunyah makanan tersebut.

"Aku memang memiliki selera yang tinggi Louis," ucap Lexis dengan suaranya yang lembut dan bibirnya yang tersenyum manis. Sedangkan Louis terkekeh pelan mendapat pujian seperti itu dari ayahnya.

Keduanya menghabiskan berjam-jam di restoran itu, hingga memutuskan untuk kembali. Dan, Louis harus pergi ke kampus siang ini hingga sore. Dia hanya akan pulang menjelang matahari terbenam dan dia gunakan untuk menemui Hanah.

Dia segera bersiap dan meluncur dengan langkah kakinya yang lebar itu, menyapa sang ayah yang tengah bersantai di ruang televisi sambil menyesali kopi dan camilan. Terlihat sangat bahagia karena memang mereka memiliki cukup banyak makanan hari ini.

Karena tak mungkin keluarga Lexus akan kekurangan makanan, di tambah mereka selalu menyediakan bahan makanan cadangan jika saja salju turun begitu saja dan membuat mereka tak bisa berkeliaran di luar ruangan dengan cuaca dingin.

Mereka bahkan sering berubah ketika dingin karena merasa nyaman dengan sosok berbulu yang membuat dirinya lebih hangat itu.

"Ayah aku berangkat!" seru Louis sambil berlalu begitu saja keluar dari rumahnya. Dia segera masuk ke mobil pribadinya dan mulai menyalakan mesin mobil yang beberapa hari ini tidak menyala.

Setelahnya dia mulai melakukan mobilnya ke jalan raya membaur bersama para pengendara lainnya di jalan raya tersebut.

Dia terus mengendarai mobilnya dengan tenang hingga berhenti di halaman luas kampusnya dan memarkirkannya dengan rapi.

Dia menghela napas setelah mematikan mesin mobilnya, sambil menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi mobilnya itu. Dia merogoh ponselnya dan melihat-lihat isinya sejenak, tidak ada pesan apa pun dari Hanah, hanya ada pesan sebelum dia melihat kebenaran ini.

"Kira-kira, apa yang akan terjadi padaku Hanah atas semua ini," gumam Louis yang merasa gelisah.

Dia memberanikan diri keluar dari mobilnya dan melangkah masuk ke gedung kampusnya yang tidak dia injak selama beberapa hari ini.

Sebentar lagi kelasnya pasti akan berlangsung, jadi dia memilih untuk langsung pergi ke kelas dan menunggu dosen untuk memberikan materi kepadanya.

Perasaan nya sedikit ragu walau kakinya terus melangkah. Bagaimanapun ia tak ingin terlihat orang-orang menyadari perubahan sikapnya.