Pagi itu Louis bangun dari tidurnya. Dia segera pergi ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Selanjutnya dia bersiap untuk pergi ke kampus. Dia selalu memiliki jam kuliah pagi akhir-akhir ini. Jadi, dia harus bangun lebih pagi untuk berangkat ke kampus.
Louis turun dari kamarnya. Dia pergi ke ruang makan untuk sarapan bersama ayahnya.Keduanya sibuk makan sambil sesekali berbicara ringan satu sama lain. Setelah Louis mengakhiri acara makannya pagi itu dia langsung pamit pada ayahnya untuk berangkat kuliah.
Setelah mengobrol sebentar Louis langsung meninggalkan ayahnya dengan menaiki mobil pribadinya. Dia segera pergi ke kampus.
Hari ini dia tidak menjemput Hannah, karena gadis itu memiliki jam kuliah siang. Mungkin setelah dia selesai kuliah Hannah baru pergi kuliah.
Kurang lebih begitu. Louis terus melajukan mobilnya di tengah-tengah keramaian kendaraan lainnya yabg terus berlalu-lalang tanpa henti.
Dia memelankan laju mobilnya dan berbelok, masuk ke gerbang kampus dan memarkirkannya dengan rapi.
Dia segera keluar dari mobilnya. Di kampusnya pagi itu tidak terlalu ramai. Dia dapat melihat ada Sean dan Jonas yang tengah duduk santai di atas motor mereka sambil meneguk kopi kalengnya.
"Hey Louis!" sapa Jonas yang lebih mirip dengan memanggil itu.
Louis hanya diam, tapi dia merespon dengan melihat pemuda itu dengan wajahnya yang datar.
"Eh aku mau tanya, ada hubungan apa kau dengan Hannah?" lanjut Jonas yang rupanya sama penasarannya dengan orang-orang lainnya yang melihat kedekatan Louis dan Hannah akhir-akhir ini.
"Apa itu penting untukmu?!" ucap Louis dengan nada suaranya yabg terdengar dingin. Jonas yang mendengar itu langsung terkekeh? entah apa yang membuat pemuda satu itu terkekeh, padahal tidak ada yang lucu bukan?
"Heh, dengar Louis. Kau itu sangat tidak pantas dengan Hannah, dia lebih pantas denganku," lirih Jonas dengan nada suaranya yang sedikit di tekan itu meski terdengar lirih pada pendengaran Louis.
"Hey Jon! Jangan terlalu serius!" ucap Sean yang baru membuka mulutnya.
"Hannah pacar aku. Sudah puas?" ucap Louis sedikit geram pada Jonas.
Setelah mengatakan itu Louis langsung meninggalkan dia orang itu. Jonas masih sibuk berceloteh tidak percaya jika Hanah adalah pacar Louis.
Lain lagi dengan Sean yang lebih banyak diam sambil melihat Jonas dengan tatapan kebingungan.
Louis terus berjalan masuk ke gedung belajar. Dia menyusuri koridor kelas untuk tiba di kelasnya. Pagi ini dia memilih duduk di dalam kelas di bandingkan kantin atau yang lainnya.
Louis masuk ke salah satu ruang kelas, dia menyurusuri meja demi meja hingga tiba di mejanya. Ruangan tersebut tidak terlalu ramai. Tapi, dengan adanya mereka yang tengah asyik mengobrol itu tentu saja membuat ruangan kelas terdengar ramai meski hanya beberapa orang saja.
Louis duduk dengan tenang di bangkunya.
Dia seperti biasa mengenakan air phone dan menyalakan musik. Selain itu dia memilih untuk melihat-lihat sesuatu yang menarik di ponselnya sambil menunggu dosen masuk ke kelasnya.
Setelah kurang lebih 10 menit dia duduk di bangkunya menikmati musik yang mengalun indah pada pendengarannya. Dia melihat dosen masuk ke kelas dan menyapa semua anak.
Louis langsung melepaskan air phone itu dari telinganya. Dia ikut mengeluarkan buku untuk mencatat segala hal yang penting tentang materi yang diberikan dosen tersebut.
Louis menyimak dengan baik hingga belajar dalam kelas pun berakhir. Dosen sudah mengakhiri materinya dan keluar dari kelas diikuti oleh murid-murid lainnya. Louis masih duduk di bangkunya, dia melihat ke jendela.
Di luar sana cukup ramai oleh maha siswi atau mahasiswa yang tengah sibuk dengan sendirinya di sana.
"Menikmati secangkir kopi sepertinya nikmat," gumam Louis yang langsung beranjak dari tempat duduknya keluar dari kelas tersebut. Dia berjalan santai di koridor kelas melewati banyak maha siswa atau siswi yang tengah asyik bercengkrama sambil berdiri dan berkumpul atau duduk di bangku panjang depan kelas yang sudah tersedia di sana.
Louis terus berjalan dia tiba di salah satu bangunan yang menjajakan berbagai macam makanan yang dapat dinikmati seluruh pelajar di sini beserta tempat duduk yang nyaman untuk sekedar nongkrong dan minun kopi atau hanya beristirahat sejenak.
Louis mendekati wanita yang menjaga kantin tersebut. Dia hanya meminta untuk di buatkan kopi.
Setelahnya dia duduk tidak terlalu jauh dari tempat wanita penjaga kantin itu yang kini langsung melayani Louis, membuatkannya kopi.
"Ini Nak Louis kopinya," ucap wanita itu menyerahkan kopi pesanannya.
Louis menerimanya dan membayar kopinya. Selanjutnya dia kembali mengenakan air phone dan menyalakan musik sambil sesekali menyesap kopi panasnya.
Dia hanya sendiri di sana tanpa teman, jika Hannah masuk kampus pasti dia akan berdua bersama Hannah saat ini sambil bercengkrama dengannya.
Tidak ingin hanya melihat-lihat sesuatu di sosial medianya, Louis memilih untuk mengirimkan pesan kepada Hannah yang langsung mendapat jawaban dari kekasihnya itu.
"Hai Louis!" Dia sedikit terlonjak kaget karena suara gadis yang sedikit cempreng menyapanya sambil duduk di kursi yang berada tepat di depannya. Louis memicingkan matanya saat mengetahui siapa gadis itu. Dia adalah Alice yang baru saja kemarin bertemu di rumahnya.
"Maaf, aku mengejutkanmu ya," ucap Alice tanpa merasa bersalah karena telah mengejutkan Louis yang tengah bersantai sendirian di tempat duduknya.
"Kenapa kau ada di sini?" Itulah yang pertama kali Louis tanyakan kepada Alice. Pasalnya dia tidak tahu jika Alice kuliah di sini atau di tempat lain.
"Aku kuliah di sini Louis. Selama ini aku tidak pernah menyapamu karena aku tidak tahu jika kau ternyata putra dari Lexis. Maaf Louis, aku sudah cukup lama kuliah di sini. Ya, sepertinya kau pun tidak mengetahui itu tapi kenyataannya adalah aku di sini sebagai adik tingkatmu, Louis."
Louis terdiam mendengar ucapan Alice. Dia bingung harus merespon ini apa. Jujur saja jika dia sedikit terkejut dengan kehadiran Alice di sini dan sedikit tidak percaya jika gadis itu memang belajar satu kampus dengannya.
"Oh ya, aku rasa demikian," balas Louis dengan singkat setelah dia diam sejenak. Dia melepaskan air phone nya yang masih menempel di satu telinganya dan menyesap kopinya yang masih mengepul itu.
"Kau tidak makan apa pun selain minum kopi Louis?" tanya Alice yang sepertinya mulai mencari topik pembicaraan yang dapat membuat Louis berbicara banyak hal seperti kemarin.
"Aku tidak lapar," balas Louis singkat. Dia masih terus bertukar pesan dengan Hannah, ya dia fokus pada ponselnya tanpa memedulikan gadis yang ada di hadapannya.
"Hey Louis! Wah mengejutkan sekali! Setelah tidak ada Hannah di sini kau berdua-dua an dengan gadis lain. Hannah pasti cemburu Louis!" goda Jonas tiba-tiba datang menghampiri Louis juga Sean yang tetap diam melihat temannya itu berulah lagi.
"Dia hanya temanku," balas Louis dengan malas meladeni seorang Jonas.
"Sejak kapan kau memiliki teman?" tanya Jonas lagi dengan wajah menyeringai. Ah dia suka menggoda Louis demikian. Ya walaupun di kampus ini tidak ada seorang pun yang berani pada Louis yang terkenal sebagai murid terkaya di kampusnya.
"Hey jaga ucapan mu!" hardik Alice yang tidak terima jika anak lelaki itu mengganggu Louis dan dirinya.
"Kau pacar kedua Louis ya?" Alice diam sejenak, dia merasa sedikit marah kepada lelaki bernama Jonas itu.
"Dia sahabatku, kita sudah berteman sejak kecil. Kau paham? Sekarang tinggalkan aku dan Louis! Cepat! Tunggu apa lagi hah pengganggu!" pekik Alice meneriaki Jonas meembuat lelaki itu malah nyengir kuda membuat Alice ingin sekali memukul wajahnya dengan sepatunya. Ia tampak sangat kesal.
Namun di sisi lain pun, Hannah tampak menahan kecemburuan nya terhadap kedekatan Louis dan Alice.