"Alice!" panggil Edward menghampiri Alice dan Louis yang tengah duduk berdua di taman. Di samping Edward ada Lexis berjalan dengan perlahan mendekati dua pemuda itu. Louis yang masih asyik berbicara dengan Hannah langsung mengakhirinya.
"Sudah sore, ayo kita pulang sayang," ucap Edward yang ternyata hendak pulang ke rumahnya.
"Berkunjunglah lagi kemari Ed, aku yakin Louis akan merasa senang dengan kehadiran Alice di sini," ucap Lexis sambil menepuk pundak Edward.
Edward dan Alice langsung berpamitan kepada Lexis dan Louis, mereka sudah masuk ke mobilnya. Hingga akhirnya mobik berwarna hitam itu meninggalkan pekarangan rumah Louis dan membaur di jalanan bersama para pengendara lainnya.
Sedangkan Lexis dan Louis masih diam di temoat mereka melihat gerbang rumahnya sudah kembali tertutup.
Louis masuk terlebih dahulu ke dalam rumah meninggalkan ayahnya yang masih berdiri di luar sana. Dia mengambil tasnya yang tadi dia taruh di atas sofa. Louis berjalan menuju kamarnya, dia ingin meneruskan vidio call dengan Hannah, atau dia lebih baik bersiap dan mengajak Hannah jalan. Louis terdiam sesaat menatap dirinya pada pantulan cermin di kamarnya.
"Ibu, maafkan aku," gumam Louis yang kemudian dia langsung duduk di meja belajarnya. Dia kembali menghubungi Hannah dan dengan cepat Hannah menerima panggilan tersebut.
"Aku akan ke rumahmu sekarang, kita jalan ya!" ucap Louis tanpa basa basi untuk mengajak jalan kekasihnya itu.
"Baiklah, aku akan bersiap-siap!" ucapnya di sebrang sana yang langsung di akhiri okeh Louis. Dia juga langsung membasuh wajahnya, mengambil setelan dan mengenakannya. Dia langsung berjalan keluar dari kamarya menuju lantai utama dengan menuruni anak tangga.
Di ruang televisi ayahnya sibuk menonton siaran televisi itu menoleh melihat Louis yang rapi dan kunci mobil di lengannya.
"Ayah, aku keluar dulu ya!" ucap Louis sambil melalui ayahnya keluar dari rumah.
"Pulanglah saat makan malam!" seru Lexis meminta Louis untuk pulang, hari sudah sore seharusnya Louis berada di rumah, bukan berkeliaran. Dia hanya menggelengkan kepalanya dan kembali menonton siaran televisi lagi.
Louis langsung mengeluarkan mobilnya dan dia segera masuk ke dalam sana. Louis menyalakan mobilnya dan mulai melaju keluar dari gerbang rumahnya dan dia membawa mobilnya itu melaju bersama kendaraan lainnya di jalan raya yang selalu ramai.
Apalagi ini sore, sore biasa ramai karena banyak orang-orang yang pulang dari pekerjaannya atau anak-anak sekolah.
Setelah melalui jalan raya yang cukup ramai itu Louis segera memelankan laju mobilnya. Dia menekan klakson di depan gerbang salah satu rumah yang dia kunjungi, tentu saja itu adalah rumah Hannah. Setelahnya gerbang tersebut terbuka dan menampilkan satu gadis cantik yang rapi dengan setelannya.
"Ayo masuk!" ucap Louis menyuruh Hannah masuk. Gadis itu tidak banyak bicara lagi langsung masuk ke mobil.
Setelah melihat Hannah duduk dengan tenang, Louis kembali melajukan kendaraannya kembali berbaur dengan pra pengendara lainnya.
"Katakan! Tempat apa yang ingin kamu kunjungi?" tanya Louis kepada Hannah. Gadis itu terdiam sesaat, dia tidak ingin mengunjungi tempat apa pun saat ini.
"Bagaimana jika kita ke taman danau lagi Louis," usul Hannah akhirnya dibalas anggukan oleh Louis. Dia ingat betul jika Hannah menyukai taman tersebut. Dia terus melajukan mobilnya untuk pergi ke tujuannya.
"Louis, kenapa mengajakku tiba-tiba. Padahal aku hanya ingin mengobrol bersamamu," ucap Hannah sedikit tidak enak hati karena dirinya menghubungi Louis mengatakan perasaan kesepiannya di rumah, tapi Louis langsung menjemputnya untuk jalan bersama.
"Kenapa? Kau tidak suka? Hannah, ini aku yang ingin. Jadi aku akan melakukannya," ucap Louis membalas perkataan gadis itu.
Dia terus fokus ke jalanan yang cukup ramai itu, untungnya tidak sampai terkena macet.
"Alice itu teman dekatmu? Dia terlihat sangat menyenangkan," ucap Hannah dengan nada suaranya yang datar membuat Louis meliriknya.
"Kenapa? Cemburu?" Hannah menggelengkan kepalanya.
Jika Alice dan Louis bermesraan tentu itu akan membuatnya cemburu, tapi mereka yang terlihat sangat dekat itu sedikit mengusik pikirannya.
Dia tidak ingin berburuk sangka, hanya saja sekarang ini dia tidak pernah tahu jika Louis memiliki teman perempuan secantik Alice.
"Katakan saja jika kau cemburu dengan Alice!" ucap Louis lagi menggoda Hannah, gadis itu kembali menggelengkan kepalanya.
"Tidak. Hanya saja, kau tidak pernah bercerita padaku jika kau memiliki teman perempuan secantik Alice," balas Hannah sambil terus melihat ke depan sana pada kendaraan lainnya yang terus melaju di jalan yang sama.
"Baiklah. Aku akan beritahu kau hari ini. Alice adalah teman kecilku, kamu sudah 12 tahun tidak bertemu. Selain Alice, aku memiliki satu teman lelaki bernama Dave.
Dulu aku selalu bermain bersama mereka, sampai akhirnya kita harus berpisah karena kita harus ikut orang tua masing-masing pindah rumah," ucap Louis dengan jujur meski dia menyembunyikan semua yang terjadi di masa lalu.
Sejenak wajahnya terlihat sedih saat kembali mengingat kejadian menyeramkan yang disebabkan oleh manusia, bahkan dia sama sekali tidak melihat wajah ibunya untuk terakhir kalinya. Setiap dia mengenang semua ini terasa perih di hatinya, dia ingin mengutuk manusia akan meninggalnya ibunya. Tapi, kali ini hanya diam.
Pasalnya orang yang duduk di sampingnya adalah manusia yang dia cintai, dia tidak tahu mengapa ini terjadi. Tapi, inti dari semuanya adalah Louis mencintai Hannah.
"Apa ada masalah?" tanya Hannah menyadarkan Louis dari lamunanya. Louis tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya. Dia menghentikan mobilnya tepat di parkiran taman yang mereka tuju.
Keduanya langsung keluar dan masuk ke taman meninggalkan mobilnya di sana.
"Tunggu sebentar ya," ucap Louis kepada Hannah. Gadis itu hanya diam melihat Louis yang berjalan menjauh darinya.
Louis menghampiri kedai yang menjajakkan minuman daan camilan. Dia memberi dua gelas minuman dan beberapa camilan untuk dinikmati bersama Hannah di pinggir danau indah itu.
"Astaga! Apa yang kau beli Louis?" tanya Hannah yang melihat Louis kembali dengan membawa kantung berisi camilan dan minuman kaleng.
Hannah langsung merampasnya dari lengan Louis.
"Biar aku yang membawanya!" ucap Hannah kepada Louis yang dibalas senyuman manis oleh Louis. Keduanya mendekati danau dan duduk di atas rerumputan yang terawat itu terasa nyaman untuk menikmati pemandangan indah di depan sana.
Louis membuka kantong berisi camilan dan minuman, dia mengambil dua botol minuman dan memberikannya kepada Hannah.
Gadis itu menerimanya dengan senang hati, meneguk minuman tersebut yang terasa segar di tenggorokan.
"Terimakasih Louis," ucap Hannah sambil menyandarkan kepalanya pada pundak Louis.
Louis sendiri hanya diam, dia menyukai ini. Menjadi sandaran untuk Hannah.
"Kita akan melihat senja di danau ini! Lihatlah, sebentar lagi. Pemandangan senja di sini lebih indah dari pada melihatnya di pantai," ucap Louis memberitahu Hannah sambil menunjuk matahari yang samar-samar bersinar di kejauhan.
"Benarkah?" Mata Hannah berbinar, dia sangat tidak sabar saat ini untuk melihat senja di pinggir danau yang indah ini tentu akan semakin indah baginya. Louis sendiri hanya tersenyum sambil mengelus lembut rambut panjang Hannah.
Matahari semakin tenggelam membuat semburat ke merah-merah an di langit yang sebagian masih berwarna biru dan sebagian pula berwarna hitam.
Langit senja saat ini terlihat sangat indah sekali.
Louis tersenyum melihat wajah Hannah yang berseri-seru dengan matanya yang berbinar melihat senja di danau ini. Sangat memukau.
"Benar-benar sangat indah," lirih Hannah sambil menatap Louis yang tersenyum menatapnya.
Louis lebih sibuk memandangi wajah Hannah yang terlihat sangat cantik saat tengah senang dibandingkan senja yang indah itu.