Louis kembali ke rumahnya saat menjelang petang, dia membuka pintu utama dan melihat ayahnya duduk di sofa sambil menatap laptop di atas meja kecil itu, mungkin dia tengah memiliki pekerjaan.
Lexis yang menyadari putranya sudah kembali dia mendongak dan melihat Louis yang berdiri tak jauh darinya.
"Ikut aku Louis!" titah Lexis mengajak Louis untuk mengikutinya.
Lelaki tampan itu hanya menurut dan mengikuti langkah ayahnya itu.
Lexis membawanya masuk ke kamarnya. Dia masih diam dengan kebingungan dengan ayahnya yang membawanya ke kamar.
"Ada apa Ayah?" tanya Louis kebingungan. Sedangkan Lexis duduk santai di sisi kasur putranya itu.
"Aku tidak tahu harus memulainya dari mana Louis. Aku senang sekaligus sedih dengan apa yang baru saja kau lalui. Aku senang karena kau sudah memiliki teman, bahkan kekasih. Tapi, aku sedih karena gadis yang kau cintai itu adalah manusia. Louis, kau tahu kita adalah Serigala.Bagaimana bisa kaum kita memiliki hubungan tersebut dengan manusia? Apalagi jika sampai kau menikahinya kelak, "ucap Lexis mengutarakan kegundahan dalam hatinya. Apalagi jika bukan karena Louis yang mencintai gadis manusia.
"Apakah Ayah marah padaku? Ayah tidak menyetujui ini?" tanya Louis hati-hati kepada ayahnya.
Meski dia sendiri berpikir demikian. Tapi, dia tidak akan pernah dapat menarik ucapannya lagi yang sudah mengatakan jika dia mencintai Hannah, bahwa dia ingin Hannah menjadi kekasihnya.
"Aku tidak marah Louis! Tapi-" Lexis menghentikan kalimatnya. Dia tidak tahu apa yang harus dia ucapkan. Dia marah? Mungkin iya. Karena masa lalu tersebut yang telah membuat istrinya wafat dan memaksa kaum mereka untuk membaur bersama manusia untuk bertahan hidup.
"Aku tahu Ayah, kau pasti mengingat masa lalu bukan? Ibu yang dibunuh dan membuat kita seperti ini? Ayah, maafkan aku yang telah mencintai gadis manusia. Tapi, aku tidak dapat meninggalkannya Ayah, aku mencintainya."
Lexis hanya diam. Dia tidak habis pikir dengan putra tunggalnya itu. Dia ingin putranya memiliki teman dan tidak terus menjadi pendiam. Tapi, bukan ini yang dia inginkan. Setidaknya bukan mencintai gadis manusia, ya hanya itu.
Louis yang melihat ayahnya hanya diam sambil menarik napasnya kemudiaan menghembuskan nya itu, dia ikut duduk di samping Lexis.
"Ayah, katakan saja jika kau marah padaku! Katakan saja jika aku harus mengakhiri ini! Meski terdengar sangat berat bagiku. Aku akan melakukan apa pun untuk ayah. Aku tahu Ayah, ibu meninggal karena manusia. Tapi, tidak pasti jika Hannah ikut andil dengan manusia-manusia itu bukan?" ucap Louis berusaha meyakinkan ayahnya jika semuanya akan baik-baik saja, dia memeluk ayahnya dari samping.
"Louis, Putraku. Kau sudah tumbuh dewasa saat ini, Nak. Lakukanlah apa pun yang kau sukai, Nak. Hanya satu yang aku inginkan, jangan sampai kau menikahi Hannah. Aku harap," lirih Lexis membalas ucapan Loyis sambil mengelus-elus lengan Louis yang memeluk tubuhnya itu.
"Aku akan mencoba melakukannya Ayah," ucap Louis meski dengan hati yang ragu akan hal itu. Lexis melepaskan pelukan Louis, dia menatap wajah putranya yang entah sejak kapan dia sudah tumbuh dewasa.
"Sudah waktunya makan malam, ayo!" ucap Lexis mengajak Louis untuk makan malam bersamanya. Louis mengangguk sebagai jawaban.
Keduanya keluar dari kamar Louis dan menuruni anak tangga hingga memasuki ruang makan. Di sana sudah ada makanan yang terluhat lezat tertata rapi di atas meja.
Lexis dan Louis duduk berhadapan. Keduanya mengambil makanan mereka dan melahapnya. Sesekali Lexis menanyakan tentang kuliah Louis hari ini.
Mereka mengobrol ringan sambil menyuapkan makanan itu ke mulut mereka dan mengunyahnya. Louis tersenyum kecil dalam diam, dia merasa sangat bahagia memiliki ayah seperti Lexis yang sangat lembut dan perhatian.
"Apa ada sesuatu di wajahku?" tanya Lexis menyadarkan lamunan Louis di meja makan.
"Tidak ada apa-apa Ayah," jawab Louis dengan cepat dan kembali melahap makanannya. Dia tidak ingin jika ayahnya itu mengetahuinya yang tengah memerhatikan nya seperti itu.
"Oh ya, malam ini aku ada pertemuan dengan rekan perusahaan kita. Ayah akan pulang larut. Jadi, kau jangan pergi ke mana-mana dan beristirahatlah ya Louis," ucap Lexis sambil mengunyah makanannya memberitahukannya jika dia akan pergi dan pulang telat karena harus bertemu rekan perusahannya itu.
"Tentu Ayah. Kau tidak perlu khawatir, aku sudah dewasa," balas Louis sambil terus menikmati makanannya. Setelah mengatakan itu Lexis langsung meninggalkan meja makan setelah meneguk segelas jusnya, membiarkan Louis sendirian di sana.
Dia menaruh alat makannya di atas piring yang masih berisi itu. Dia memikirkan Hannah, dia memikirkan bagaimana jika Hannah mengetahui jika dirinya adalah Serigala? Apakah dia akan membencinya? Atau akan terjadi peperangan lagi dengan manusia?
"Ya Tuhan, kenapa aku mencintai seorang manusia," gumam Louis yang menolak kenyataan jika mereka itu berbeda. Dia menghela napasnya dengan perlahan, terdengar suara ayahnya di luar ruangan makan itu berseru mengatakan jika dia berangkat. Louis hanya meliriknya ke pintu yang terbuka.
Dia beranjak dari tempat duduknya dia tidak dapat menghabisi makanannya. Dia melangkah keluar dari ruangan makan itu, melihat ayahnya yang kini tengah mengenakan sepatu dan memasukkan leaptopnya ke dalam tas tangan.
"Hati-hati Yah," ucap Louis kepada ayahnya. Dia duduk di sebelahnya dan menyalakan televisi, setidaknya dia ingin bersantai hari ini.
"Ayah berangkat Louis!" ucap Lexis sambil berdiri dan menrusak rambut Louis hingga berantakan. Louis sendiri hanya diak dan melihat ayahnya keluar dari rumah. Dia kembali melihat ke televisi yang tengah menyiarkan film.
"Tidak ada yang menarik," gumam Louis yang kemudian mematikan televisinya karena tidak ada yang menarik di sana. Dia beranjak meninggalkan ruangan tersebut, naik ke lantai dua menuju kamarnya.
Di dalan sana dia langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasur dan merogoh ponselnya dalam saku celananya. Dia berinsiatif untuk mengirimkan pesan kepada Hannah.
Louis : "Selamat malam Han, apa kau sudah tidur?"
Louis mengetikkan pesannya yang kemudian dia kirim ke Hannah. Masih diam melihat ponselnya berharap gadis itu segera membacanya dan membalas pesannya. Notifikasi pesan masuk membuatnya segera melihat kembali ponselnya yang baru saja dia taruh di samping tubuhnya.
Hannah membalas pesannya, baru melihat namanya saja Louis sudah merasa bahagia.
Hanah : "Selamat malam juga Louis. Aku belum tidur. Ada apa? Malam ini aku belum mengantuk."
Louis tersenyum senang saat membaca pesan itu.
Tapi, seketika dia bingung harus membalas apa kepada Hannah. Dia diam sejenak sambil melihat pesan itu berulang kali. Akhirnya dia kembali mengetikkan kalimat untuk membalas pesan Hannah.
Louis : "Syukurlah jika kau belum tidur, Han. Aku pun sama, entah ada apa dengan malam ini aku tidak mengantuk, aku terus saja memikirkan mu."
Hannah : "Gombal!"
Louis tersenyum membaca balasan tersebut. Dia merasa sangat senang sekali menggoda Hannah demikian, apalagi Hannah sangat cepat membalas pesannya.
Akhirnya malam ini dia gunakan untuk bertukar pesan dengan Hannah hingga malak sudah larut, dia teringat dengan ayahnya yang akan segera pulang dan pastinya mengunjungi kamarnya guna melihatnya sudah tidur atau tidak.
Louis : "Han, ini sudah sangat malam. Kau beristirahatlah, aku juga mulai merasa mengantuk. Oh iya, omong-omong besok pagi kau ada jam kuliah kan? Bagaimana jika aku menjemputmu, kita berangkat bersama ke kampus."
Hannah : "Ya, aku mau. Aku tunggu kau besok pagi ya. Selamat malam Louis."
Setelah mengucapkan selamat malam kepada Hannah, Louis segera tidur.