Louis dan Hannah saat ini mereka duduk di atas rerumputan segar tepat di depan danau yang terlihat luas dan indah itu.
Sesekali Hannah menyentuh air tersebut dengan kedua tangannya, dia dapat merasakan betapa segarnya air tersebut.
"Airnya benar-benar segar sekali," ucap Hannah kepada Louis yang berhasil membuatnya tersenyum ke arah Hannah.
"Tunggu di sini ya. Aku mau beli es krim sebentar," ucap Louis sambil berdiri dari duduknya. Hannah hanya menganggukkan kepalanya, dia lebih sibuk memainkan air danau itu yang memang benar kata orang sangat jernih dan segar.
Sedangkan Louis sudah beranjak pergi dari dekat Hannah menuju kedai es krim yang memang rasanya enak. Dia memesan dua es krim rasa coklat. Di bawah teriknya matahari itu memang lebih enak menikmati makanan atau minuman dingin.
Contohnya adalah es krim. Setelah mendapatkan dua es krim yang dipesannya, Louis langsung kembali menemui Hannah. Dia menyodorkan satu es krim ke hadapannya membuatnya mendongak karena sedang diposisi duduk itu.
"Ambillah! Ini untukmu," ucap Louis yang langsung mendapat respon dari Hannah dengan mengambil es krim tersebut. Dia melahapnya dengan perlahan, merasakan rasa manis yang lumer dalam mulutnya.
"Terimakasih untuk semuanya," ucap Hannah sambil menatap Louis dari samping.
"Tidak perlu berterimakasih. Aku senang melihatmu bahagia, senyuman mu itu membuatku candu untuk terus melihatnya.
Kau sangat cantik Hannah, dan sangat menggemaskan saat wajahmu memerah," ucap Louis sambil menatap Hannah sehingga kedua mata mereka saling bertemu.
"Ekhem! Es nya meleleh tuh!" ucap Hannah menyadarkan lamunan Louis yang terus menatapnya.
Sedangkan dianya sibuk dengan jantungnya yang terus berdetak sangat kencang. Ternyata Louis menyadari saat wajahnya merona. Dia merasa sangat malu saat ini.
"Astaga! Saking aku menikmati wajahmu yang cantik aku melupakan es krimnya. Sampai-sampai tidak merasakan saat esnya meleleh menyentuh tanganku," ucap Louis sambil terkekeh pelan. Dia membersihkan lelehan es krim tersebut dengan sapu tangan yang selalu dibawanya.
Tiba-tiba Louis merasakan ada getaran beserta nada dering dari benda yang ada dalam saku celananya. Dia segera melahap habis es nya dan merogoh saku celananya itu, mengambil benda pipih dari dalam sana.
Nama seseorang terpampang di sana, Lexis menghubunginya.
"Ayahku menelpon. Aku angkat sebentar ya," uvap Louis yang dibalas anggukan oleh Hannah. Louis sendiri sedikit menjauh dari Hanah untuk memenuhi panggilan tersenyum.
"Hallo Yah. Ada apa?" tanya Louis tanpa basa basi kepada ayahnya yang menelpon itu.
"Kau di mana Louis? Bukankah seharusnya kau sudah selesai kuliah?" tanya Lexis yang rupanya mengingat jadwal kuliah putranya itu.
Biasanya Louis langsung pulang setelah kuliah atau mengabarkan jika telat pulang dan sebagainya. Hari ini, Louis sama sekali tidak mengabari ayahnya.
"Maaf Ayah. Aku lupa memberitahumu. Sebentar lagi aku akan pulang, aku sudah makan siang di restoran. Sekarang aku sedang di taman bersama Hannah," balas Louis yang berterus terang kepada ayahnya.
"Siapa Hannah?" tanya Lexis di sebrang sana. Pasalnya dia tidak pernah mengetahui jika putranya itu memiliki teman.
"Pacarku, Ayah. Kita baru jadian saat dua jam lalu," balas Louis lagi tanpa dapat berbohong kepada ayahnya.
"Kalau begitu bawa dia kemari. Ayah ingin melihatnya," ucap Lexis di sebrang sana sekaligus memberikan perintah kepada Louis untuk membawa kekasihnya pulang ke rumah.
"Baik Ayah. Aku akan memenuhinya, aku tutup ya." Setelah mengatakan itu louis langsung mengakhiri telepon tersebut dan kembali menghampiri Hannah yang hanya diam sambil melibat-lihat sekitarnya.
"Hannah, kita pulang saja.Ayahku ingin bertemu denganmu. Nanti aku antar kau pulang ke rumah ya," ucap Louis yang mengajak Hannah ikut ke rumahnya untuk bertemu dengan ayahnya Louis.
"Benarkah? Ayahmu ingin bertemu aku? Apa itu terlalu cepat?" ucap Hannah yang sedikit kebingungan dengan ayahnya Louis yang ingin bertemu dengannya, padahal baru saja dua jam dia dan Louis jadian, dia langung dibawa ke orang tua Louis, itu sangat mengejutkan.
"Sudah ayo!" ajak Louis yang langsung mengajak Hannah untuk menyetujuinya. Dia tidak ingin membuat ayahnya menunggu di rumah.
Hannah sendiri hanya menurut dan mengikuti langkah Louis keluar dari taman indah tersebut. Keduanya kembali masuk ke mobil dan kembali membelah keramaian jalan raya tersebut.
Hingga sampai akhirnya setelah kurang lebih satu jam Louis melambatkan laju mobilnya dan masuk ke dalam gerbang sebuah rumah yang besar dan tentunya sangat indah.
Sesaat Hannah terkagum-kagum dengan rumah tersebut.
Dua orang pria dewasa langsung menghampiri mobil Louis dan membuka pintu mobilnya mempersilahkan dua orang di dalam sana untuk keluar. Louis dan Hannah kembali berjalan menyusuri taman.
Ya, halaman rumah Louis sangat luas dan indah dengan tumbuhan bunga ataupun pepohonan, terlihat seperti taman.
Hannah hanya diam dan terus mengikuti langkah Louis yang membawanya masuk ke rumah besar dan mewah daei luar itu. Dia lagi-lagi terpesona dengan isi rumah Louis yang serba mewah.
"Ayah. Maaf aku terlambat," ucap Louis menghampiri seorang pria paruh baya yang tengah asyik menikmati tehnya sambil menyalakan televisi.
"Ini Hannah, Yah. Ayo duduk Han," ucap Louis menyuruh Hannah untuk duduk di sampingnya. Lexis terdiam sesaat melihat wajah cantik Hannah.
Mungkin hatinya berkata wajar jika putranya mencintai Hannah, karena gadis itu cantik dan terlihat sopan, juga polos.
"Oh kau Hannah rupanya. Wajar saja putraku menyukaimu, karena kau sangat cantik Nak. Aku Lexis, ayahnya Louis," ucap Lexis mengenalkan dirinya sendiri kepada Hanah tersebut.
"Hehe." Hanya hanya menyengir kuda. Dia tidak tahu harus merespon apa. Sedangkan Lexis sekarang sudah memanggil pelayannya untuk membuatkan jus untuk Louis dan Hannah.
"Jangan sungkan Nak Hanah. Anggap saja aku adalah ayahmu," ucap Lexis yang berusaha senormal mungkin pada Hannah.
Pasalnya dia mengetahui jika Hannah adalah manusia, sedangkan putranya adalah Serigala. Bagaimana bisa terjadi seorang Serigala jatuh cinta pada manusia? Bukankah itu Bertentangan?
Dari pada menghancurkan kebahagiaan dua anak muda itu, Lexis lebih memilih mengajak ndan Louis untuk berbicara ringan guna saling mengenal satu sama lain. Dia dapat melihat jika juka Hannah tidak terlalu pendiam, dia memiliki sifat periang dan menyenangkan.
Setelah kurang lebih satu jam mengobrol ringan dengan Lexis, Hanah memilih untuk pulang karena haru sebentar lagi sore. Louis mengantarkan Hannah untuk kembali ke rumahnya sepertinya janjinya sebelumnya.
Sedangkan Lexis kembali menuggu putranya dalam rumahnya. Dia merasa gelisah dengan hubungan tersebut. Dia tidak yakin apakah manusia dan Serigala yang memiliki hubungan itu akan baik-baik saja? Bagaimana jika suatu hari nanti manusia mengetahui keberadaan serigala yang membaur dengan merek. Dia merasa sedikit gelisah akan hal ini.
Tapi, bagaimanapun dia yakin Louis putranya tidak akan pernah menunjukkan identitasnya pada manusia, karena dia tahu akan semua akibat dari semua itu jika manusia mengetahui keberadaan mereka di kota besar ini.