Chereads / ALPHA RED GEM / Chapter 6 - chapter 6 MEMBUKA DIRI PADA MANUSIA

Chapter 6 - chapter 6 MEMBUKA DIRI PADA MANUSIA

Louis kembali duduk di bangku nya. Tepat saat dia belum lama duduk, dosen wanita sudah masuk ke dalam kelas dan menyapa seluruh murid kelasnya.

Setelahnya, seperti biasa dia akan menanyakan prihal materi sebelumnya dan kemudian memberi materi untuk hari ini dengan diakhiri oleh tugas yang akan dikerjakan di rumah masing-masing.

Semuanya langsung kembali berhamburan keluar dari kelas. Louis masih saja santai merapikan alat tulisnya dan memasukkannya ke tas.

Dua berjalan santai menuju pintu keluar, sejenak dia berhenti di depan kelas Hannah. Di dalam sana semua orang tengah belajar.

Dia kembali mengayunkan kakinya untuk melangkah lebih jauh. Louis akhirnya membeli secangkir copi dan meminumnya di taman samping kantin sekaligus samping parkiran.

Jadi taman tersebut di apit oleh kantin dan parkiran. Di sana sudah disediakan beberapa kursi panjang yang dapat digunakan untuk bersantai, Louis duduk di sana menikmati kopinya.

Dia merogoh ponselnya dari dalam saku celananya. Mencari satu nama yang dituju kemudian mengetikkan sesuatu, setelahnya pesan tersebut dia kirim. Dia mengirimkan pesan itu kepada Hannah, jika dia menunggunya di taman.

Setelah hampir 15 menit dia duduk di taman, kopinya pun sudah tandas sejak tadi. Dia lebih sibuk memainkan ponselnya. Sampai akhirnya dia menyadari seseorang menyapanya dan tengah berdiri di depannya.

Dia dapat melihat sepatu berwarna merah muda di depannya, sepatu seorang gadis tentunya. Perlahan, Louis mengangkat wajahnya melihat lebih jelas. Dialah Hannah, baru keluar dari kelasnya.

"Kau tampak serius ya? Omong-omong ada apa kau menungguku?" tanya Hannah kepada Louis sambil duduk di samping pria itu.

"Aku ingin mengajakmu makan siang. Apa kau bisa?" tanya Louis sedikit ragu. Karena ini adalah pertama kalinya dia mengajak seseorang, terlebih lagi seorang gadis. Bahkan selama ini dia sama sekali tidak memiliki teman.

"Tentu saja, aku bisa." Mendengar itu Louis langsung tersenyum. Hatinya bersorak senang dengan jawaban Hannah. Jika tidak ada gadis itu di depannya, mungkin dia akan berlompatan seperti anak kecil kegirangan mendapatkan permen kesukaannya.

Ada apa dengan Louis? Kenapa dia sangat senang? Louis tidak tahu dia kenapa, tapi dia merasa nyaman dan ingin terus berdekatan dengan Hannah.

Ingin mengatakan jika itu adalah cinta, Louis tidak berani. Apalagi dia dan Hannah sangatlah berbeda, kehidupan mereka sangatlah berbeda.

"Baiklah, ayo!" ajak Louis yang kini lebih merani menggenggam lengan Hannah, membawanya masuk ke dalam mobil.

Hannah hanya diam saja, jantungnya berdetak terlalu kencang sehingga membuatnya sulit bersikap normal di hadapan Louis. Dia sangat malu sekali jika andai saja Louis yang di sampingnya itu mendengar kencangnya jantungnya itu berdetak.

"Ada apa?" tanya Louis yang menyadari ada gerak-gerik aneh dari gadis di sampingnya itu.

"Ti-tidak. Tidak apa-apa, aku baik-baik saja," ucap Hannah masih berusaha bersikap normal. Dia terus merajuk dengan dirinya sendiri akan hal ini.

Louis hanya tersenyum menanggapi Hannah, dia tidak ingin menggodanya lebih banyak. Suasana di dalam mobil tersebut pun sunyi, hanya ada suara deru mesin dan keramaian kendaraan yang terus berlalu-lalang tanpa henti.

Akhirnya Louis memelankan laju mobilnya dan memarkirkannya tepat di depan sebuah restoran mewah yang tentunya semua orang mengetahui itu. Beberapa bulan ini memang restoran tersebut terkenal karena makanannya dan apalagi dengan desainnya yang mewah.

"Kita makan di sini?" tanya Hannah memastikan jika Louis mengajaknya makan di restoran tersebut.

"Kau lapar bukan? Begitu pula denganku. Ayo!" ajak Louis untuk turun dari mobil tersebut.

Keduanya keluar dari mobil, berjalan mendekati pintu utama yang terbuka lebar itu penuh dengan hiasan mewah nan elegan. Dua pelayan langsung menyambut hangat nan ramah kepada setiap orang yang masuk ke sana.

Louis dan Hanh terus masuk bersama satu pelayan pria yang menunjukkan beberapa kursi kosong yang dapat ditempati dua orang tersebut. Restoran tersebut cukup ramai, apalagi di jam makan seperti ini. Tapi, untunglah ada beberapa kursi yang tersisa.

"Katakan kau ingin duduk di mana!" titah Louis kepada Hannah untuk memilih tempat duduk.

"Aku ingin di sana," ucap Hannah sambil menunjuk kursi ujung yang terletak jendela menghadap langsung pada jalanan yang ramai oleh lalu-lalang tersebut.

"Baiklah. Tidak buruk juga," balas Louis yang kemudian menggenggam lengan Hannah dan membawanya ke kursi kosong tersebut. Dengan manis dia mempersilahkan Hannah untuk duduk di sana.

"Tuan ingin pesan apa?" tanya seorang pelayan wanita yang sekaligus memberikan kertas berisi menu di restoran tersebut. Louis melihat seluruh menu dan menunjukkan makanan yang akan dipesannya.

"Kau ingin pedan apa?" tanya Louis yang melihat Hannah sepertinya kebingungan. Seluruh harga makanan di restoran ini sangatlah mahal. Ya, walaupun dia bukan tergolong dari orang yang miskin, melainkan dia cukup mampu. Tapi, tentu saja dia merasa mahal dengan harga-harga makanan tersebut.

"Aku tidak tahu, semuanya terlihat enak. Aku pesan makanan yang sama saja denganmu, Louis." Hananh terlalu bingung untuk memilih, dia memutuskan untuk mengikuti apa yang di pesan Louis.

"Kalau begitu tolong semuanya menjadi dua porsi ya," ucap Louis kepada pelayan wanita itu.

Setelah mencatat seluruh pesanan dia meninggalkan Louis dan Hannah di mejanya. Keduanya masih diam, Hannah masih merasa gugup berdekatan dengan Louis. Dia memilih untuk memainkan ponselnya dari pada hanya diam saja.

"Kenapa? Apa kau tidak menyukai restoran ini?" tanya Louis sambil menatap Hannah yang duduk di depannya itu. Hannah menggelengkan kepalanya perlahan. Justru Sebaliknya dia sangat menyukai tempat makan mewah ini.

"Aku sangat menyukainya," jawab Hannah sedikit kikuk.

"Ini Tuan pesanan Anda," ucap seorang pelayan wanita yang menghampiri meja mereka dengan membawa nampan berisi makanan yang menggugah rasa dari mencium baunya daja mereka sudah tahu.

"Silahkan dinikmati Tuan dan Nona. Permisi," ucap pelayan itu lagi setelah menata rapi makanan beserta minuman itu di atas meja bundar mereka.

"Ayo, tunggu apa lagi? Makanlah!" ucap Louis sambil tersenyum kepada Hannah yang dibalas anggukan oleh gadis di depannya itu. Keduanya sesaat hening, mereka sibuk menikmati makanan yang rasanya memang sangat lezat, apalagi masih hangat seperti saat ini.

Memang makanan apa pun akan terasa sangat lezat dua kali lipat saat di makan masih panas atau hangat ataupun sedang lapar. Ys, seperti mereka berdua yang memang sedang lapar.

"Ini sangat enak," ucap Hannah mengomentari makanan tersebut.

"Syukurlah jika kau menyukainya. Ini makanan kesukaanku, setiap kali aku makan di luar itu pasti akan membeli makanan ini," ucap Louis memberitahu Hannah jika makanan tersebut adalah kesukaannya.

Sesaat Hannah berpikir, mungkin Louis memang sering mengunjungi restoran-restoran mewah yang menyajikan makanan lezat nan mahal juga tentunya. Dia hampir lupa jia Louis adalah anak orang yang kaya, kurang lebih demikian.

Karena memang rumor di kampus mengatakan jika anak terkaya di kampus. Sangat mengejutkan bukan, jika Hannah dekat dengan orang terkaya di kampusnya.