Pagi itu seperti biasa Louis pergi ke kampusnya. Setelah sarapan bersama ayahnya dia langsung pamit kepada ayahnya dan segera pergi ke kampus dengan mobil pribadinya.
Dia terus mengendarai mobilnya membelah keramaian di jalan raya itu hingga akhirnya berbelok dan masuk gerbang kampus dan memarkirkan mobilnya di parkiran yang sudah disiapkan itu. Dia segera keluar dari dalam sana, berdiri di depan mobilnya sambil melihat sekitarnya yang sudah ramai oleh mahasiswa dan maha siswi yang berlalu lalang.
"Selamat pagi Louis," sapa Hanah yang rupanya baru keluar dari dalam mobilnya, dia selalu di antar oleh supir pribadinya.
"Pagi," balas Louis dengan pelan.
"Ada kelas pagi?" tanya Hanah memastikan Louis, memang karena hari masih sangat pagi.
"Iya. Kau juga?" tanya balik Louis kepada Hanah yang dibalas anggukan olehnya.
"Bagaimana jika ke kantin, makan camilan sambil menunggu kelas," usul Hanah mengajak Louis ke kantin.
Louis mengangguk sebagai jawaban. Keduanya berjalan bersama menuju kantin yang letaknya tidak jauh dari tempat parkiran kendaraan khusu untuk seluruh murid daan dosen di kampus tersebut.
Keduanya masuk ke kantin dan memilih tempat duduk di bangku yang memang sudah disiapkan. Hanah segera membeli beberapa camilan untuknya juga untuk Louis sambil menunggu jam pelajaran tiba.
"Ini, ayo dimakan!" ucap Hanah sambil duduk di kursi deoan Louis dan menatuh beberapa camilan itu di atas meja.
"Terima kasih," ucap Louis sambil tersenyum kecil.
Mereka berdua pun menikmati camilan tersebut sambil mengobrol ringan hingga waktu untuk belajarlah yang memisahkan keduanya.
Louis langsung meninggalkan Hanah ke kelasnya karena jam belajarnya sudah tiba.
"Aku ke kelas dulu ya," ucap Louis berpamitan kepada Hanah. Gadia itu menganggukkan kepalanya, memlersilahkan Louis untuk meninggalkannya sendirian.
Louis berjalan menyusuri koridor kelas hingga dia masuk pada salah satu pintu berwarna abu-abu itu. Di dalam sana, hampir semua teman-teman kelasnya sudah duduk acak di kursi mereka sambil mengobrol membuat suasana kelas tersebut jadi ramai.
Louis segera duduk di bangkunya. Dia lebih sibuk memainkan jemarinya pada benda pipih yang disebut ponsel itu, sambil mengenakan airphone dan menyalakn musik.
Seluruh murid kelarnya langsung masuk dan duduk rapi di bangku masing-masing, Louis juga melepaskan airphone nya saat menyadari dosen sudah masuk ke dalam kelas. Bahkan pria paruh baya yang mengisi kelasnya itu sudah menyapa seluruh murid kelasnya.
Selanjutnya seemua orang hanyut dalam belajar mereka. Tidak ada yang membuka mukutnya selain untuk bertanya jika ada materi yang tidak dipahami atau hanya sekedar menjawab pertanyaan dosen.
Setelah 1 jam berlalu akhirnya kelas pun berakhir. Seluruh murid langsung keluar dari kelas, hanya ada beberapa saja yang hanya berdiam diri di kelas, sibuk dengan sendirinya atau sekedar mengobrol ringan.
Louis sendiri memilih keluar dari kelas. Dia berjalan menyusuri koridor kelas, dia berhenti di depan salah satu kelas yang diyakini adalah kelas Hanah. Dia di dalam sana sedang belajar bersama anak-anak lainnya.
Setelah melihat sekilas ke dalam kelas Hannah, dia kembali melangkah lebih jauh lagi. Kemudian kakinya itu berhenti tepat di depan ruangan perpustakaan. Dia memilih untuk masuk ke sana. Dia melihat sekeliling yang cukup ramai, kembali melangkah mendekati rak buku yang ada di dekatnya, melihat satu persatu buku dalam rak tersebut.
Sampai akhirnya dia mengambil buku dengan asal, membawanya ke tempat duduk yang memang sudah disiapkan itu. Dia mulai membuka buku tebal itu secara acak, mengenakan airphone nya dan menyalakan musik untuk menemaninya membaca.
Meski dia mengambil buku tersebut dengan asal, dia tetap membaca buiu itu meski dengan asak pula. Dari wajahnya terlihat tenang membacanya dengan perlahan.
Sesekali dia menghentak-hentakan kakinya tanda tengah menikmati musik yang didengarnya.
"Hey!" Seseorang berseru sambil melepaskan airphone Louis, membuatnyan langsung menoleh ke samping. Dia tersenyum kecil saat melihat ternyata Hanahlah yang melakukan itu kepadanya.
"Ternyata kau, duduklah!" Louis menarik satu kursi untuk diduduki Hanah. Gadis itu menurut dan duduk di samping Louis.
"Sepertinya serius sekali, sampai-sampai kau tidak menyadari jika aku memanggilmu," ucap Hanah dengan nada suara yang dimain-mainkkan bak orang yang sedang marah.
"Benarkah begitu?" tanya Louis yang tidak sadar diri dengan perkataan Hanah. Dia mengubah posisinya menjadi menghadaap Hanah.
"Iya," jawab Hanah singkat kepada Louis.
"Maaf, aku sama sekali tidak mendengarmu Hanah. Maafkan aku," ucap Louis sambil menatap Hanah dengan tatapan yang berbeda, seperti tatapan yang lembut itu menyaoa kedua mata Hanah.
"Oh baiklah, iya, iya, tidak apa-apa. Hahaha, santai saja Louis," ucap Hanah dengan gugup. Pasalnya dia merasa sangat gugup dengan tatapan dan senyuman Louis padanya, terlebih lagi dengan jaraknya yang dekat ini. Dia merasakan seakan-akan jantungnya ingin melompat dari tempatnya.
"Benarkah?" goda Louis lagi dengan menyodorkan wajahnya, iya wajahnya jadi semakin dekat dengan wajah Hanah.
"Menjauh dariku!" pekik Hanah mendorong pundak Louis dengan pelan menjauhkannya darinya. Dia merasa gugup dan malu, terlebih lagi dengan pipinya yang terasa panas itu, sepertinya wajahnya memerah.
"Ada apa dengan wajahmu?" tanya Louis polos melihat wajah Hanah yang merona itu.
"Ti-dak, tidak apa-apa Louis. Aku- aku sepertinya ingin ke toilet, aku pergi dulu ya!" ucap Hanah dengan terbata-bata karena merasa gugup dengan semua ini. Dia langsung berlari keluar dari perpustakaan.
Sedangkan Louis hanya diam menatap kepergian gadis itu, dia tersenyum manis mengingat kembali apa yang baru saja terjadi. Hanah sangat lucu, ya sangat lucu. Dia merasa gemas melihat wajahnya yang memerah.
"Dia sangat cantik, apalagi dengan wajahnya yang merona. Sangat menggemaskan," gumam Louis masih tersenyum manis sendirian, meski gadis itu sudah tidak terlihat lagi.
"Sepertinya aku sidah tidak dapat membaca." Kali ini Louis kembali terdiam. Dia menatap ke depan sana yang ramai oleh anak yang tengah sibuk membaca atau mengobrol, tapi hampir semua orang dalam ruangan tersebut membaca bukunya sendiri-sendiri.
Sesekali dia melihat jam tangannya, gadis yang beberapa saat tadi ijin untuk pergi ke wc. Sedangkan sebentar lagi dia harus kembali masuk ke kelasnya. Setelah memikirkannya dan mulai merasa kesal menunggu, sedangkan Hanah sendiri tidak memberitahunya jika akan kembali.
Dia memutuskan untuk kembali ke kelas. Dia melangkah keluar dari ruangan tersebut. Kakinya terhenti saat melihat gadis di depannya.
"Kau mau ke kelas ya?" tanya Hanah kepada Louis yang dibalas anggukan oleh Louis.
"Aku menunggumu Hanah. Tapi, aku harus segera kembali ke kelas," jawab Loiluis memberitahu Hanah jika dia akan pergi ke kelas.
"Kalau begitu sampai jumpa lagi," ucap Louis mengakhiri pertemuan mereka, dia melangkah meninggalkan Hanah menuju kelasnya berada.