Chereads / DEFINISI C I N T A (21+) / Chapter 3 - Apakah dia hypo?

Chapter 3 - Apakah dia hypo?

Tulang-tulang tubuh Kinara seakan tertusuk ribuan jarum. Mungkin karena terlalu lama terkena hujan dan kini dia berdiam diri di teras rumah selama 1 jam lamanya.

Hempasan angin kencang dan cipratan air membuatnya makin kedinginan. Kinara ingin berteriak tetapi entah mengapa rasanya begitu sulit.

Kesadarannya pun mulai hilang timbul. di tengah rasa dingin dan sakit melanda tiba-tiba desahan Alice itu seolah terus berputar di pikiran Kinara seperti kaset rusak.

Kinara meringkuk memeluk lututnya dan menenggelamkan kepala di antara kedua lututnya.

"Mengapa kau begitu keras kepala dan sebegininya kau mencari perhatianku, ha?" Suara Keano yang meninggi itu tidak dapat terdengar jelas di telinga Kinara.

Yang terdengar hannyalah bayang -bayang desahan mereka berdua.

"Cepat masuk! ganti pakaianmu! kau bisa hypo jika terus memakai baju basahnya itu."

"Cukup! hentikan desahan itu! aku muak! amat sangat muak." gumam Kinara lirih.

Keano mengerutkan kedua alisnya mendengar ucapan Kinara yang begitu melantur.

Keano kembali membopong Kinara dengan kasar dan berjalan cepat memasuki dapur yang memang ruangan inilah yang pertama yang harus dia lewati untuk memasuki rumahnya.

"Di-Dingin ..." Kinara kembali meracau tidak jelas.

Keano menunduk menatap Kinara yang tengah memejamkan matanya sembari terus meracau tidak jelas dan sulit di mengerti.

"Kau begitu pucat." gumamnya pelan sembari terus berjalan menaiki anak tangga. "Apakah dia hypo? dia menggigil hebat dan wajahnya begitu pucat pasi. bibir pinknya pun berubah menjadi sangat biru. tidak seperti biasanya." gumam Keano dalam hati.

Keano merebahkan tubuh Kinara di atas ranjang kingsize yang berbalut badcover putih.

Tubuh Kinara makin mengigil. bagaimana tidak? dia terkena hujan 1 jam lebih lamanya. dan dia bertahan di teras menerima terpaan angin kencang dengan baju basahnya.

Keano mengusap-usap telapak tangan Kinara, berniat untuk memberinya sedikit kehangatan. tetapi, betapa bodohnya Keano. Kinara akan tetap kedinginan jika terus memakai pakaian basahnya itu.

Keano mengusap puncak kepala Kinara dengan handuk tebal berwarna putih. "Mengapa kau selalu menyusahkanku? semenjak ada kau, hidupku selalu saja di terpa masalah. kau selalu merepotkanku." umpet Keano pelan sembari kembali mengusap kedua telapak tangan Kinara.

Keano menghela napas panjang dan mulai membuka resleting dres peach selutut yang di kenakan Kinara.

"Kalau bukan karena warisan dari ayahmu! aku pasti akan membiarkan kau mati kedinginan." gumam Keano sembari mengangkat tengkuk Kinara untuk melepas pakaiannya.

Tak disangka. Kinara memiliki tubuh ideal dan berisi lebih sempurna dari Alice. Di tambah lagi dengan kulit putih bersih tanpa noda sedikit pun, itu membuat Fantasi Keano kembali melambung tinggi.

"Argh..." Keano menggeleng cepat menepis semua pikiran kotornya.

"Aku tidak boleh menghianati Alice." batin Keano berujar tegas memperingati nafsunya sendiri.

Keano memalingkan pandangan. menatap lemari bigsize 12 pintu yang berwarna putih glosy. Dia berjalan ke sudut kirinya dan mencari pakaian Kinara.

Dia kesal dengan dirinya sendiri karena tidak tahu harus memakaikan pakaian apa untuk Kinara.

Dia mengeluarkan semua pakaian Kinara ke lantai hingga bertumpuk berserakan dilantai.

Dia menemukan dres serupa dengan apa yang Kinara kenakan tadi.

Setelah memakaikan Kinara dres tanpa lengan berwarna hitam tanpa mengenakan pakaian dalam terlebih dahulu. Dia pun menyelimutinya dengan selimut putih yang sangat tebal hingga ke lehernya.

Mulutnya bergetar, suara gemeretak gigi itu masih terdengar jelas di telinga Keano. Kinara sedikit membuka matanya menatap Keano yang tengah memandangnya dengan tatapan kosong.

Keano meraih gawainya dan mencari informasi tentang mengatasi kedinginan hebat yang pasti akan berakibat fatal jika terus dibiarkan.

Matanya membulat dengan sempurna ketika membaca deretan tulisan di website itu.

Di sini tertulis. tahapan yang sudah Keano lakukan, tetapi anehnya cara lain yang dapat kembali menaikkan suhu tubuhnya itu dengan gesekan tubuh.

Keano menghela napas berat dan merebahkan tubuhnya di samping Kinara. Dia masuk ke dalam selimut dan memeluk Kinara erat sembari menggesekkan tangannya pada lengan Kinara.

***

Kinara membuka matanya perlahan karena merasa ada sesuatu yang melingkar di perutnya. Spontan Kinara menoleh menatap Keano yang tengah tertidur pulas.

Dia tak habis Pikir, mengapa Keano tidur sembari memeluknya seperti ini. Rasanya seperti ada kupu-kupu yang beterbangan di dalam hati.

Kinara memalingkan wajahnya ke kanan. saat Keano tiba-tiba membuka mata.

Dengan cepat, Keano melepas pelukannya dan beranjak dari tidurnya.

Kinara menutup mata. "Syukurlah. dia masih tidur. jika tidak, pasti dia akan merasa gede rasa.

Keano beranjak turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap-siap pergi ke kantor.

Keano menutup pintu kamar mandi. dan Kinara pun membuka mata dan menoleh ke kiri menatap pintu kamar mandi.

"Buang jauh-jauh perasaanmu Ra! membuatnya mencintaimu hannyalah ilusi belaka." Kinara memperingati dirinya sendiri.

Kinara kembali menutup mata, kala pintu kamar madi kembali terbuka dan menebarkan aroma maskulin di seluruh kamar megah ini.

Keano menatap Kinara yang tengah berpura-pura tidur. Keano mengerutkan kedua alisnya kala melihat betapa pucatnya wajah Kinara.

Keano memeriksa suhu tubuh Kinara. dan benar, Kinara demam. "Kan. apa kubilang! dia pasti akan sakit." ujarnya dalam hati. Dia sedikit membingungkan, bagaimana bisa dia berbicara dalam hati, bukankah dia tidak punya hati?

"Tidak-tidak ... Mungkin ini karena tanganku yang dingin." Keano menggeleng cepat. dan berjalan menuju lemari.

Setelah selesai mengenakan pakaian. Keano bergegas turun ke bawah memanggil keempat pelayannya.

"Kalian jaga Kinara! saya akan pulang terlambat. panggilkan dokter jika kondisinya memburuk." seru Keano sembari menatap keempat pelayan yang tengah menunduk.

"Baik, Tuan!"

Keano berjalan dengan tergesa-gesa meninggalkan rumah megahnya ini.

Keano peduli pada Kinara karena warisan dari ayah Kinara 50% akan menjadi miliknya jika dia bisa menjaga Kinara dengan baik.

Di tengah perjalanan. Keano mendapat panggilan dari Alice. Keano tersenyum dan menjawab panggilan.

[Ada apa sayang? Ap kau merindukanku?]

Hening ... .

[Halo?]

[eh. emhh ... A-aku ingin bertemu denganmu sekarang.] sahut Alice cepat.

[Dugaanku benar! Kau pasti merindukanku.]

[Cepatlah. aku menunggumu di cafe tempat biasa.]

Tuts ... .

Keano mengerutkan kedua alisnya. Berusaha menganalisis perubahan Alice.

"Aneh."

16 menit kemudian. Keano sampai di sebuah Cafe yang bernuansa Eropa itu. Alice terlihat duduk di meja samping jendela sembari menatap jalanan yang begitu padat.

"Apa kau sudah menunggu lama?" Keano duduk di hadapan Alice yang di jaraki oleh meja berwarna hitam glosy.

Alice menggeleng pelan. "Ada apa denganmu? apa ada masalah?" Keano bertanya dengan sangat hati-hati.

Alice hanya diam. Menatap Keano dengan tatapan kosong. Orang yang dia anggap tidak akan menyakiti, ternyata dia menjadi orang yang paling menyakiti.

"Hey  sayang ... Mengapa kau begitu muram pagi ini? apa aku berbuat salah padamu?"

Alice menggeleng pelan dan menundukkan wajahnya hingga tertutup rambut sepundaknya itu. Dia bingung harus mulai dari mana.

Sungguh. mengikhlaskan itu tidak semudah dengan apa yang di katakan. Allice amat sangat mencintai Keano, Dia terbiasa hidup bersama Keano, tetapi nyatanya ...

Dia hanya menjadi orang ketiga di antara Keano dan Kinara. Sakit itu makin menjadi jika mengingat bahwa rupanya Keano tega membohonginya dan menikah dengan wanita lain.

Dia sedikit bingung. Sebenarnya yang bergelar pelakor itu siapa. dia atau Kinara?!

Keano mencondongkan dadanya dan mengusap air mata di pipi Alice.

"Katakanlah! kau jangan bersikap seperti ini. aku minta maaf jika aku berbuat salah padamu."