Chereads / YOUTH TRIP / Chapter 10 - 10. Good Man Struggle

Chapter 10 - 10. Good Man Struggle

Karena aku kebingungan mengapa Al memaksaku untuk memapir ke sebuah supermarket terlebih dahulu, akhirnya aku bertanya dengan tegas "Al sebenarnya ada apa?". Al menjawab "duduk dulu disini" aku menjawab "baiklah". Dan mulai menceritakan sesuatu. Al bercerita bahwa dirinya memang bekerja saat ini dan memilih untuk keluar dari ekskul paskibra. Aku terkejut mendengar penjelasan Al tersebut dan kembali bertanya apa yang membuatnya keluar dari ekskul tersebut.

Ternyata Al ingin bebas dari beban pikiran dan perasaannya, ia ingin hubungan ini segera go public dan tidak bersembunyi-sembunyi lagi. "Aku hanya ingin kita bebas dan tidak terhalang oleh siapapun" ucap Al. "Tapi itu keputusan yang tidak tepat" jawabku. Saat itu juga aku sempat melarang Al untuk keluar namun bagaimana lagi keputusan Al sudah bulat dan tidak ingin mengubah pemikirannya. Akhirnya aku terpaksa harus mendukung keputusan tersebut karena sebagai pasangannya aku tidak bisa bersikap egois. Memang seringkali anggota paskibra mendatangi aku dan bertanya-tanya tentang hubunganku dengan Al namun, selama ini aku berusaha untuk menyembunyikan dan menganggap tidak pernah kenal dengan Al. Pernah juga aku di marahi ketua paskibra dan ia menyuruh aku untuk jauh dari Al. "Tolong ya kak jangan mengganggu kegiatan paskibra dan melanggar aturan paskibra ini" ucap ketua paskibra. Aku hanya bisa menjawab "baiklah tenang saja aku tidak menggangu".

Kesalahanku adalah aku tidak pernah menceritakan hal ini kepada Al karena aku tidak ingin ia sedih dan menjadikan aku sebagai beban pikirannya.

Seminggu setelah itu Al positif keluar dari keanggotaan paskibra tersebut dan memilih untuk meluangkan waktu untukku setiap pulang sekolah. Jujur saja aku tidak enak melihatnya melakukan ini kepadaku, terkadang sampai aku bertanya kepada Al apakah selama ini kehadiranku adalah beban baginya. Al menjelaskan bahwa kedatanganku ini sungguh membuat hidupnya lebih berwarna ia bahagia bisa berdua bersamaku. Aku hanya tersenyum dan terus berpikir positif terhadap keputusan Al. Siang ini aku dan Al pergi makan bersama di salah satu restoran bakso di dekat rumah kami. Karena hujan turun sangat deras sekalian saja aku berteduh sambil makan. Begitu hujan redah aku dan Al langsung pulang dan beristirahat. Siang ini juga aku berencana untuk mengerjakan salah satu proyek sekolahku yaitu membuat penjernih air kotor. Aku mulai mencari botol bekas, pasir, kerikil, spons, dan serabut kelapa.

Setelah telah aku temukan semua alat dan bahannya aku langsung saja menyusunnya dan melakukan percobaan Penjernihan air bersih. Dan bersyukur pembuatan alat penjernih air ini aku berhasil seratus persen. Ketika aku hendak membuang sampah bekas praktek ini di luar rumah aku bertemu dengan salah satu teman sekolah dasarku dan kamu mengobrol begitu lama karena sudah beberapa tahun tidak bertemu. Di sini temanku memberiku pujian aku telah berubah drastis. "Wah Talitha sekarang lebih modis" ucap temanku. "Waduh tidak kok biasa aja sering insecure malahan" jawabku.

Aku tersipu malu ia mengatakan hal itu karena menurutku tidak banyak yang berubah dari aku. Temanku bercerita masa sekolah kita dahulu, aku seringkali di bully oleh temanku karena saat itu aku adalah murid baru pindahan. Namun lucunya aku tidak pernah melawan sekalipun aku malah diam saja dan menerima pembullyan itu. Padahal pembullyan itu memang keras dan kasar kepadaku mulai di tendang, di cubit, di pukul, di siram air panas dan masih banyak lagi. Saat itu memang aku terlalu pendiam sampai aku tidak berani melawan. Karena itu lah saat aku masuk SMP aku sedikit berubah dari segi sikap dan penampilan.

Aku ingin terlihat sedikit bad girl agar aku dihargai dan di terima dengan baik di depan teman-temanku. Bahkan aku mulai mengurai rambutku, memakai rok span, dan mengunakan jaket jeans ke sekolah. Namun hal itu terbukti menjadikan aku sebagai wanita yang di hargai di dalam kelas. Memang aneh dunia ini hanya berpihak pada orang yang keren saja. Aku yang mendengarkan cerita temanku ini hanya tersenyum dan malu karena saat itu aku terlihat seperti wanita bodoh. Namun sedihnya adalah ketika mendengar kabar bahwa wanita yang membully aku di sekolah dasar tersebut mengalami kecelakaan parah dan meninggal dunia. "Tapi wanita yang saat itu menyiksamu telah meninggal dunia kecelakaan" ucap temanku. "Astaghfirullah kenapa bisa kecelakaan?" Tanya aku. Temanku menceritakan "kejadian itu berlangsung cepat ketika ia mengendarai motor dan menabrak batu besar saat menghindari truk".

Aku sangat sedih bahkan rasa kesal dan marahku selama ini justru hilang seketika apalagi ketika melihat ibunya menangis tersedu-sedu memanggil nama anaknya. Aku dengan senang hati akhirnya memaafkan ia dan mendoakan semoga ia di tempatkan di tempat yang paling indah. Ketika hari mulai gelap temanku berpamitan untuk pulang dan aku mengantarkan sampai depan gerbang rumah. Setelah itu aku lanjut bersih-bersih rumah dan mandi persiapan ibadah.

Malam harinya Al menjemputku untuk keluar makan makan malam. "Talitha ayo kita pergi makan bersama malam ini" ucapnya. "Baiklah tunggu sebentar" jawabku. Dengan senang hati aku manemani Al yang tampaknya sedang galau memikirkan sesuatu. Aku pun bertanya kepada Al mengapa ia tampak berbeda hari ini apakah ia sedang ada masalah?. Al bercerita bahwa dirinya sedang dalam fase insecure lagi dan ingin segera merubah nasib menjadi seperti laki-laki di luar sana. "Aku suka malu dengan diriku karena aku tidak bisa mengajakmu untuk kencan jarak jauh" ucapnya.

Sudah hampir dua tahun Al belum bisa mengajakku selalu kemana-mana naik motor. Padahal aku tidak pernah meminta untuk kemana-mana naik motor. Aku malah lebih senang bisa selalu berjalan bersamanya. Aku mulai menyemangati Al dan berusaha menghibur serta meyakinkan ia bahwa semua laki-laki sama tidak harus di lihat dari materinya namun di lihat dari hatinya. Al mulai tersenyum dan memegang tanganku, ia mengucapkan terima kasih kepadaku karena sudah mendampingi ia selama ini dengan sabar. Aku juga berterima kasih kepada Al yang selama ini selalu berusaha dengan baik untukku.

Malah harinya aku masuk bimbel di salah satu kotaku. Bimbel ini pulang sangat malah sekitar pukul sembilan. Ojek online hari ini sangat jarang aku temui dan aku kebingungan bagaimana aku bisa pulang ke rumah. Salah satu teman bimbelku menawarkan untuk mengantar aku pulang namun aku ragu. Tetapi sudah tidak ada siapa-siapa lagi yang bisa mengantar aku pulang sehingga aku menerima tawarannya.

Kami mulai pulang bersama dan tanpa aku sadari ada salah satu teman Al yang mengetahui. Teman Al mulai merekam aku ketika di bonceng temanku ini. Keesokan harinya aku kembali bersekolah. Hari ini tampak lagi Al sangat kesal dan tidka bersemangat. Bahkan ia bersikap cuek kepadaku dan menghiraukan aku yang menyapanya. Aku kebingungan awalnya karena aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Tetapi aku memilih mengalah dan membiarkan Al sendiri terlebih dahulu, mungkin Al buruh waktu untuk merenung. Sejujurnya aku sedikit sedih karena Al mulai berubah kepadaku. Aku berpikir mungkin Al bosan atau marah kepadaku tetapi, aku salah apa selama ini. Aku terus mencoba berpikir salahku apa. Siang harinya Al tidak tampak dan tidak mengantarku pulang sehingga hari ini aku pulang sendirian. Rasanya berbeda sekali jika tanpa kehadiran Al di sini. Aku merasa kesepian dan ingin menangis. Rasanya seperti aku sedang kembali ke masa-masa jomblo dahulu.

Setelah sampai dirumah rasanya aku tidak semangat untuk melakukan apa-apa. Makan siang pun aku tidak nafsu dan memilih untuk tidur seharian. Malamnya aku kembali bimbel dan saat di kelas bimbel aku merasa sedikit terhibur melihat teman-teman yang lucu. Tiba-tiba saat pulang aku keluar dan sedang menunggu ayahku datang, aku melihat Al dengan sekelompok temannya menyerbu dan memarahi teman bimbel laki-lakiku, aku sangat terkejut melihatnya sampai salah satu guru bimbel melerainya. Sungguh ini membuat aku malu dengan teman-teman bimbel. Beruntungnya aku masih bisa mengelak komentar teman-teman, aku berkata bahwa Al adalah adik kelas dan aku tidak dekat dengannya bahkan aku tidak akrap dengannya. Teman-teman percaya begitu pun guruku.

Saat ayah menjemput aku mulai menetaskan air mata melihat Al karena selama ini ia berjanji tidak akan berkelahi namun ia sendiri yang melanggarnya. Al mecoba menelpon aku beberapa kali namun aku tidak meresponnya. Aku sangat kesal dan marah kepadanya aku juga berniat tidak memaafkannya. Keesokan harinya aku sudah mulai tenang, Al memberiku pesan singkat bahwa dia sudah menunggu aku di depan rumah dan jika aku tidak keluar ia tidak akan pulang dan tetap menunggu. Al memang sangat menyebalkan, ketika aku keluar langsung saja Al memelukku dan meneteskan air mata. Aku cukup kasian kepadanya karena tak biasanya ia menangis.

Setelah itu salah satu teman Al yang mengantarnya ke rumahku berkata dan menjelaskan bahwa Al tidak berniat berkelahi, ia hanya butuh penjelasan satu sebuah Vidio. Aku bingung Vidio apa yang di maksud, langsung saja Al menunjukkan Vidio tersebut. Aku langsung mengajak Al ke salah satu caffe dan mencoba menjelaskan. Bahwa di video tersebut aku hanya sekedar di antar pulang dan kami tidak memiliki hubungan spesial apa-apa. Murni kami hanya sekedar teman saja. Aku memegang erat tangan Al dan berkata "aku berjanji setia denganmu". Al mulai tersenyum dan seperti biasa ia terlihat manja jika aku melakukan hal romantis seperti itu.

Al langsung mengajakku untuk makan es krim bersama "ayo kita beli es krim bersama sebagai tanda telah berbaikan" ucapnya. "Ayo kita ke supermarket" ucapku. Setelah itu kami juga berbelanja bersama menikmati hari yang cerah ini. Tidak lama kemudian Al juga mengajakku ke mall, dengan senang hati aku langsung mengikuti Al. Disana kami bermain di salah satu zona permainan. Kami berdua memburu tiket untuk ditukarkan dengan hadiah.

Sepulang itu kami membawa banyak hadiah dan makanan yang lezat, meskipun pulang naik angkot tetap saja bertemu dengan Al adalah sesuatu yang paling membahagiakan. Kemudian Al berkata bahwa di ulang tahun ku nanti ia memiliki kejutan dan untuk mengisi lebaran kali ini Al ingin mengajakku untuk bertemu dengan orang tuanya. Aku dengan senang hati mendengar dan menerimanya. Meskipun aku sangat takut dan malu kepada keluarga Al namun aku juga sangat ingin bertemu dengan mereka. Bulan Desember ini terlihat berbeda dari tahun baru sebelumya, yang biasanya aku mudik kali ini hanya bisa menikmati tahun baru dari rumah. Aku dan keluargaku kali ini hanya membakar jagung dan sosis di depan rumah. Meski sederhana aku sangat bahagia bisa meluangkan waktu untuk keluarga. Sedangkan untuk Al, tahun baru ini ia justru mudik bersama keluarganya. Di sana ia membagikan momen pemandangan Perdesaannya. Meskipun kami bersiap belum pernah merayakan tahun baru bersama namun, aku yakin suatu haru nanti pasti aku dan Al bisa merayakannya.