Chereads / Semusim Rasa / Chapter 15 - Semusim Rasa : Tanggung jawab

Chapter 15 - Semusim Rasa : Tanggung jawab

Brahma berusaha mengatur pernapasannya lalu dia menyalakan Keran air. Dia mulai mengisi bak mandi dengan air.

Brahma mulai mandi dengan mengguyur tubuhnya dengan satu gayung berisi air bersih. Dia mulai menyeramkan dari ujung kepala hingga ke kaki lalu dia mulai menggunakan sabun untuk membersihkan beberapa daki-daki di tubuhnya.

Selama mandi Brahma mulai bernyanyi untuk menghilangkan rasa lelahnya. Dia terlihat sedang konser bahkan menikmati setiap guyuran air yang terjatuh dari ujung kepala hingga ke kaki. Dia mulai menyanyikan beberapa lagu hingga membuat kamar mandi itu mulai menggema dengan suaranya yang tidak begitu indah.

Di kamar terlihat Sekar baru saja bangun dari tidurnya karena semalam dia benar-benar merasa tubuhnya ambruk. Dia terpaksa untuk tidur bahkan bangunnya sedikit kesiangan.

"Astaga!" Sekar menepuk jidatnya sendiri karena dia lupa menyiapkan sarapan pagi untuk drama sebelum berangkat kerja.

Sekar segera bergegas untuk menuju ke dapur membuatkan sarapan pagi. Dia tidak ingin suaminya kelaparan sebelum berangkat bekerja. Dia berharap tidak terlambat untuk menyiapkan sarapan dan bekal.

Sekar tidak habis pikir langsung dia membuatkan menu makanan nasi goreng dan telur ceplok. Karena hanya memasak menu makanan itulah yang paling mudah. Dia segera menyiapkan bahan-bahannya lalu dia mulai memblender beberapa bumbu-bumbunya. Lalu dia mulai mengeluarkan nasi dari magic jar. Dia juga mulai menumis bumbunya.

Sekar telah selesai menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya lalu dia menaruhnya di sebuah meja makan. Kemudian dia meninggalkannya sebentar sepiring nasi goreng di atas meja makan. Dia Kembali menuju ke kamarnya untuk mengambil sesuatu.

Lima belas menit kemudian.

Sekar sudah menyiapkan sarapan pagi untuk Brahma. Dia terlihat sangat bahagia sekali menyambut pagi yang indah dalam kehidupannya. Dia juga sudah menyiapkan nasi goreng kesukaan Brahma walaupun dengan telur ceplok.

Brahma sudah bersiap-siap menggunakan pakaiannya. Dia terlihat sangat rapi sekali hari ini. Dia juga menggunakan parfum favoritnya hingga tercium dalam jarak satu meter.

" Selamat pagi, Sekar!"

"Selamat pagi, Brahma!"

Mereka berdua terlihat sangat akrab sekali bahkan terlihat sangat serasi. Mereka dua insan yang dipertemukan dalam sebuah janji kesetiaan. Kedua mata mereka pun saling menatap satu sama lain.

*

Nadia memikirkan cara agar membuat lelaki itu benar-benar bertanggung jawab atas kehamilannya. Dia tidak mungkin melahirkan seorang bayi tanpa peran seorang ayah. Dia akan membuat lelaki itu benar-benar bertanggung jawab kepada dia.

" Aku akan membuat kamu mengakui bahwa anak dalam kandungan ini adalah anak dari hasil benih yang kamu tanam di dalam rahimku! Aku tidak akan pernah mungkin melepaskan kamu dan. Karena aku yakin kalau kamu adalah yang bisa membalas setiap titik dendamku terhadap Gladys."

Nadia sengaja melakukan semua itu untuk mendapatkan apa yang telah dia mau selama ini. Dia tidak peduli apapun kata orang tentang dirinya. Dia hanya ingin membalaskan beberapa kepingan dendam yang telah dia alami.

Sebenarnya Nadia sudah tidak menyukai bersahabat dengan Gladys saat itu. Namun dia melakukan semua itu atas dasar untuk membuat Gladys membayar semuanya. Dia ingin melihat perempuan itu menderita dalam kondisi apapun.

" Kamu harus bertanggung jawab untuk semua ini karena hanya kamulah yang bisa membuat Gladys benar-benar berada dalam titik lemah! "

"SUMPAH! Aku akan melakukan semua itu! Semua dendam harus dibayar tuntas!" Gladys mengumam dalam hatinya. Dia benar-benar kesal sekali dengan sikap lelaki itu yang benar-benar membuat dirinya seketika membuncah dalam amarah.

Semua hal kenangan yang begitu manis itu mendadak menjadi sebuah rasa pahit yang begitu mendalam bahkan menjelma menjadi sebuah rasa sakit yang menyayat dalam hati.

" Untuk apa sebuah hubungan bila akhirnya saling menyakiti dan menjauh. Takkan pernah ada sebuah rasa dalam sebuah hubungan yang menyayat hingga meninggalkan sebuah luka yang menganga. Takkan pernah ada lagi perasaan itu maupun kesempatan kedua untuk dia yang sudah menodai arti cinta yang sesungguhnya."

Gladys benar-benar merasa tidak terima dengan perilaku Ardan saat itu. Dia memilih untuk diam bahkan tidak ingin mengingat kembali kisah cintanya yang benar-benar runtuh seketika dimakan oleh sang waktu dan penghianatan. Dia tidak bisa memungkiri kembali jika kisah cintanya memang harus berakhir dan diakhiri.

"Gladys, Udahlah Kamu jangan ngelamun aja di sana sudah banyak pengunjung yang memesan beberapa makanan. " ujar Renata menatap Gladys yang sedang melamun. Kemudian Gladys tersentak seketika ketika mendengar ucapan dari Renata.

*

Sudah hampir siang hari Brahma berkeliling. Dia bahkan belum menemukan pekerjaan yang pas untuk dia. Dia Hampir menyerah sekali setelah berkeliling kota.

Brahma  berharap bisa kembali lagi ke Surabaya karena di Malang pekerjaan terlalu minim sekali. Dia tidak dapat bergerak untuk mencari pekerjaan yang cocok.

"Sialan!" umpat Brahma.

Kedua kaki Brahma mulai melangkah perlahan-lahan mencari beberapa tempat-tempat untuk dia sebar amplop coklat. Dia tidak akan pernah menyerah sama sekali.

Pekerjaan belum didapatkan oleh Brahma hingga sekarang Bahkan dia terlihat sudah mulai kelelahan. Untungnya dia menggunakan motor. Walaupun dia melihat kalau bensinnya sudah terlihat satu strip. Sedangkan di dompetnya hanya ada uang dua puluh ribu rupiah.

"Sialan! Kenapa nasib aku sial sekali?! Bahkan uangku hanya tinggal selembar! " Brahma mulai mendengus dengan sangat kesal sekali karena dia mengeluhkan uangnya sudah menipis. Dia bingung sekali untuk bulan depan memberikan uang belanja untuk istrinya. Dia benar-benar tidak pernah habis pikir kalau kehabisan uang.

*

Nadia menemui Ardan di sebuah kantor tempat bekerjanya. Dia memberanikan diri untuk membuat Ardan tunduk kepada dia dan bertanggung jawab atas kehamilannya.

"Nad, kamu ke mana?"

" Aku sedang ada urusan! Kamu juga nggak usah tanya-tanya!" sikap Nadia terbilang sangat jatuh sekali terhadap salah satu temannya yang tinggal di sebelah kamar kosnya.

Nadia tidak menjawab sepatah kata apapun Lalu dia pergi menuju ke kantor tempat Ardan bekerja.

Nadia langsung pergi dengan mobilnya. Dia sengaja untuk absen dari pekerjaannya sehari. Dia ingin sekali membuat perhitungan agar Ardan bertanggung jawab atas kehamilannya saat ini. Dia benar-benar ingin sekali dan bisa menerimanya bahkan menjadikannya sebagai istrinya.

Mobil yang dikendarai oleh Nadia pun melesat begitu sangat kencang sekali menyapu jalanan kota Jakarta. Dia berambisi untuk mendapatkan seorang Ardan. Dia bahkan rela menyingkirkan sahabatnya sendiri demi mendapatkan apa yang telah dia mau.

*

Brahma merasa sangat frustasi sekali dengan apapun yang telah dia lakukan. Dia tidak henti-hentinya menggerutu dan mengeluh sepanjang perjalanan mencari pekerjaan yang pas untuk dia.

"Arghh!"

Brahma mulai mengeram dengan sangat kesal sekali. Dia benar-benar tidak habis pikir harus kehilangan pekerjaannya di saat yang tidak tepat sama sekali.