Chereads / Semusim Rasa / Chapter 19 - Semusim Rasa : Jangan mimpi deh!

Chapter 19 - Semusim Rasa : Jangan mimpi deh!

Alana mulai menyalakan mesin mobilnya lalu melanjutkannya dengan sangat cepat sekali. Mobilnya mulai menyapu jalanan kota Malang. Namun sayangnya di sana macet sekali.

"ASTAGA!" Alana mendadak sangat kesal karena dia tidak bisa pulang dengan sangat cepat. Jalanan macet akibat ada parade bunga.

Alana mendengus dengan sangat kesal sekali." Kenapa orang-orang ini kurang kerjaan sekali sih?" Bibirnya mulai manyun dia memukul setirnya. Dia mulai mengatur pernafasannya untuk menahan emosinya.

Sudah hampir dua jam mobil Alana tetap saja stuck di jalanan yang sama. " Sampai kapan jalanan ini macet?"

Alana merasa sangat kesal sekali untuk hari ini. Dia tidak menyangka kalau hari demi hari tanpa kehadiran Brahma benar-benar terasa sepi. Kedua matanya hanya menatap ke depan melihat jalanan yang cukup macet sekali. Dia merasakan suasana hatinya juga tidak baik-baik saja.

*

Brahma memasuki kamar lalu dia melihat istrinya sedang tertidur pulas di ranjang. Dia tahu kalau istrinya pasti sangat lelah sekali dengan beberapa kegiatan di rumah.

Aroma martabak manis itu benar-benar membuat Sekar terbangun. Dia mulai membuka kedua kelopak matanya perlahan-lahan. Lalu dia segera mencari aroma martabak manis.

"Mas?"

Sekar melihat kehadiran Brahma yang sudah dia tunggu beberapa jam lalu.

" Kamu sudah pulang, Mas?"Tanya Sekar.

Brahma tersenyum. Lalu dia menyodorkan satu kantong yang berisi kotak martabak manis.

" Aku baru saja pulang, Sayang. Tadi aku mampir sebentar untuk memberikan kamu martabak manis. Tapi aku cuma mampu membelinya satu kotak."

" Ya mau bagaimana lagi Mas. Aku sih nggak masalah dengan semua itu tapi aku juga tahu kita itu tinggalnya numpang di rumahnya ayah dan ibu. Apalagi Lagi di rumah Ini juga ada anggota keluarga yang lain. Mungkin aku akan mengambilnya satu potong saja. Sisanya aku akan bagikan dengan yang lain," ujar Sekar.

"Semua itu terserah kamu Sekar."

Sekar mengambil hanya satu potong untuk dia dan satu potong untuk suaminya. Lalu dia berjalan keluar membawa kotak tersebut untuk dia bagikan kepada anggota keluarga yang lain.

Sekar mulai berjalan keluar dari kamarnya menuju ke ruang tamu. Di sana ada kakaknya yang sedang duduk sambil menonton televisi.

*

"Dys."

"Ada apa, Re?" Tanya Gladys.

"Tadi Doni nanyain kamu terus dia minta nomor whatsApp kamu enggak aku tapi aku nggak mau ngasih tahu. Dia kan sudah menghianati kamu. Bahkan aku tidak terima, jika dia menyakiti kamu lagi," jawab Renata.

" Aku heran banget ya sama Doni dan Ardan. Mereka berdua itu terlalu bodoh atau tolol sih kenapa mereka berdua malah terjebak dengan perempuan ular itu?" Ujar Gladys.

" Aku nggak tau juga sih, Dys." Balas Renata. Sebenarnya dia sangat kesal sekali dengan perilaku Nadia yang tidak tahu malu. Perempuan itu benar-benar sudah merenggut apa yang dimiliki oleh sahabatnya. " Tapi yang aku anehnya dengan Nadia. Kenapa dia itu selalu menghancurkan hubungan kamu dengan beberapa pria yang menjalin hubungan dengan kamu? Apa dia tidak cukup percaya diri untuk mencari pria yang lain bukan milik sahabatnya?"

" Nadia itu memang begitu, mungkin. Aku tahu sih kalau dia memiliki dendam masa lalu dengan aku. Mungkin saat itu ada seorang pria yang dia sukai tapi kenyataannya pria itu malah berbalik menyukaiku. Aku berusaha menolak pria itu karena aku tidak ingin menyakiti hati sahabatku. Apa mungkin itu alasannya kalau dia ingin seperti aku?"

Kebetulan hari ini Renata dan gladies sedang libur kerja. Mereka berdua menyempatkan waktu untuk duduk bersama menikmati secangkir teh hangat di di tempat kontrakan mereka berdua tinggal. Mereka memang sengaja mengontrak rumah kecil karena biayanya lebih murah dibandingkan dia harus sewa kost.

Hari ini hujan turun maka tidak akan ada senja yang datang. Terdengar alunan rintikan hujan yang membasahi bumi dengan begitu tenang walaupun di hati masih saja dalam cinta yang tak bertuan sama sekali.

*

"Ardan, Aku sedang hamil anak kamu."

" Jangan mimpi deh. Bisa jadi calon anak dalam rahim kamu itu bukan milik aku tapi milik lelaki lain selain aku. Bukankah kamu juga pernah melakukan hal itu bersama Doni?"

Nadia pun terdiam saat itu. Dia bingung harus berbuat apalagi agar dan bisa menjadi ayah dari calon anaknya. Dia bela-belain untuk datang ke rumah Ardan.

" Aku nggak yakin kalau calon anak dalam rahim kamu itu adalah anakku!" Tegas Ardan. "Sebaiknya kamu tuh pergi dari rumah aku karena kamu itu tidak cocok untuk di sini. Kamu adalah perempuan jalang yang sekali pakai langsung buang! " cibirnya.

"Aku tidak akan pernah pergi dari kamu. Bahkan aku akan berusaha agar kamu menerima aku dan calon anak dalam kandunganku ini," Nadia tetap keras kepala. Dia tidak ingin pergi dari rumah Ardan.

Ardan langsung menyeret Nadia keluar dari rumahnya. Dia benar-benar tidak sudi mengakui calon anak dalam kandungan Nadia. Dia tidak yakin kalau anak itu adalah hasil dari buah hatinya. Dia tahu kalau Nadia memiliki hubungan lain dengan Doni.

Ardan melempar keluar Nadia dari rumahnya karena dia tidak sudi menerima perempuan itu dan calon anaknya.

Nadia tersungkur di lantai teras rumah Ardan. " Aku akan kembali dan meminta kamu untuk bertanggung jawab atas anak yang aku kandung ini! Karena ini adalah benih cintamu yang tumbuh di rahimku!"

" Kamu tidak usah omong kosong! Aku tidak pernah sudi untuk melakukan semua itu! Urus saja calon anakmu sendiri dan cari bapak yang lain yang mau mengakui anak dalam kandungan kamu itu!"

"BRAK!"

Ardan boleh menutup pintu itu dengan sangat keras sekali. Dia meminta beberapa pelayan dan penjaga rumahnya untuk tidak menerima tamu bernama Nadia Permatasari. Dia tidak pernah untuk bisa menerima perempuan itu.

"Dasar Ratu drama Queen!" Dengus kesal Ardan lalu dia naik ke anak tangga menuju ke lantai dua. Dia berjalan menuju ke kamarnya. Lalu jemari tangannya segera meraih gagang pintu. Dia masuk ke dalam kamarnya lalu menutupnya kembali dengan cepat dan menguncinya.

*

Malam itu Nadia benar-benar berjalan menyusuri kota Jakarta dengan air mata. Dia benar-benar merasakan kesendiriannya. Tapi dia tidak akan pernah menyerah untuk mendapatkan apa yang dia inginkan selama ini.

"Aku akan membuat kamu mengakui calon anak dalam rahimku ini!" Nadia menggumam dalam hati kecilnya sambil melangkahkan kedua kakinya menyusuri Kota Jakarta.

Nadia menghentikan sebuah taksi di hadapannya lalu dia meminta sopir taksi tersebut mengantarkannya menuju ke tempat tinggalnya. Sebenarnya dia tidak menginginkan bayi itu ada di rahimnya. Semua itu karena kecerobohannya tidak memakai alat pengaman saat melakukan kegiatan intim itu bersama beberapa pria lainnya.

"Astaga! Kenapa aku bodoh sekali hingga kebobolan seperti ini?!" Nadia menggerutu dalam hati kecilnya.