Chereads / Semusim Rasa / Chapter 18 - Semusim Rasa : Cuman beli satu Doang?!

Chapter 18 - Semusim Rasa : Cuman beli satu Doang?!

Di rumah Sekar sedang menunggu suaminya pulang. Dia sudah menyiapkan makan malam walaupun mie instan karena masakannya habis sudah tanpa sisa ketika saudaranya datang.

" Semoga saja kamu mengerti dengan keadaanku, karena tidak mungkin aku menelantarkan tamu." Sekar menghela nafas begitu berat sekali apalagi dia mendengarkan mulut pedas dari kakak-kakaknya. Dia tahu kalau kakaknya memang memiliki suami yang memiliki penghasilan cukup tinggi sedangkan dia memiliki suami hanyalah sekedar sebagai sales amatiran. Suaminya juga masih menempuh pendidikan S1 hingga sekarang masih belum selesai.

Sudah menunjukkan pukul 7 malam. Sekar sudah menunggu di depan pintu kamarnya. Dia sudah menyediakan makanan

" Tumben jam segini Brahma masih belum datang juga? "Tanya hati Sekar sambil menatap jam di dinding yang terus bergulir tiap detiknya.

*

Di taman kota, Brahma masih menunggu martabak manisnya yang masih dibuatkan oleh pedagang kaki lima. Dia mendapatkan antrian nomor sepuluh yang berarti masih lama karena banyak pengunjung yang membeli beberapa martabak sedangkan dia hanya cukup satu kotak saja.

Brahma masih setia menunggu antrian Padahal dia sudah mengantri hampir satu jam penuh. Dia berharap kalau Sekar menyukai martabak manis yang telah dia beli di tempat favoritnya.

"Brahma!"

Brahma kemudian menoleh dan melihat sosok Alana ada di belakangnya. Dia hanya tersenyum kepada Alana.

" Ternyata kamu juga langganan martabak di sini?" Tanya Alana sambil melemparkan sebuah senyuman di wajahnya. "Aku nggak menyangka kalau kita ternyata bisa bertemu tanpa kita saling memberitahu satu sama lain. Apa jangan-jangan kita memang ditakdirkan untuk bersama?"

Brahma menatap kedua mata Alana. Dia melihat kalau Alana sedang berbohong. Dia tahu apa yang telah dipikirkan oleh Alana saat ini.

" aku memang sudah langganan disini sejak dulu bersama dengan sekarang sebelum aku bertemu dengan kamu," ujar Brahma. " kita nggak mungkin jodoh karena aku sudah memiliki sosok yang mampu mencintaiku dan menerima aku apa adanya."

"Aku nggak yakin ya kalau kamu bakalan bisa bertahan dengan perempuan itu. Bukannya begitu tapi aku merasa Kalau kalian tidak ada kecocokan sama sekali," ujar Alana menyeringai menatap Brahma yang ada di hadapannya.

"Aku juga tidak tahu kalau takdir kedepannya itu bagaimana Alana. Semua itu sudah menjadi rencana dari Tuhan kita. Manusia hanya bisa berharap dan berdoa sedangkan Tuhan yang menentukan jalan cerita skenario kita. Aku sudah menyerahkan kehidupanku kepada Tuhan semata. Jadi aku tidak pernah khawatir tentang sesuatu yang akan terjadi selanjutnya."

" Kamu tidak akan pernah bahagia bersama dengan Sekar. Lihat saja nanti aku akan membuat dirimu berpaling dari Sekar. Karena kamu hanyalah milikku bukan milikmu dia! " Alana menggumam dalam hati kecilnya. Bahkan dia yakin kalau suatu saat nanti Brahma bisa berpaling dari Sekar dan kembali bersamanya. Hal itu yang diinginkan olehnya.

Setengah jam kemudian pesanan dari Brahma sudah siap untuk dibawa. Kemudian dia segera untuk berpamit pulang kepada Alana. "Lan, kalau begitu aku pamit dulu ya untuk pulang. Aku tidak ada yang jaga melihat Sekar menungguku di rumah," ujarnya.

"Hmmm."

Alana terlihat bibirnya mengerucut karena dia sangat kesal sekali. Sikap Brahma benar-benar berubah dengan dia. Dia berharap Brahma bisa bersikap seperti dulu. Tapi kenyataannya sebuah kondisi yang membuat mereka tidak akan pernah bisa menjadi seperti dulu.

Brahma beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan menuju ke motornya. Kedua mata Alana tidak terlepas sama sekali dari bayangan Brahma. Ia tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk merebut apa yang telah dia inginkan selama ini. Baginya Brahma adalah sosok yang mampu membuat dirinya percaya akan cinta yang sesungguhnya tapi kenyataannya berbeda dan berbanding terbalik. Brahma telah pergi bersama dengan perempuan lain bahkan mengikat sebuah janji yang seharusnya dengannya.

"Semua ini gara-gara ayah! Seharusnya akulah yang bersanding dengan beramah bukan perempuan itu!" Alana mendesis dengan sangat kesal sekali. Dia menekan setiap kata dalam kalimat yang telah dikeluarkan saat itu dengan lirih. Dia benar-benar tidak terima sama sekali.

Bayangan punggung dari Brahma sudah menghilang begitu saja dari pandangan ala nah. Dia merasa kalau bernama benar-benar meninggalkan dia begitu saja tanpa adanya sebuah sisa rasa untuk dia." Apakah tidak ada sama sekali sisa rasa untukku? "Tanya hatinya.

*

Di sebuah Cafe tongkrongan Jessica dan yang lainnya sedang menikmati pesta ulang tahun dari Romlah. Dia menunggu Brahma tapi tidak kunjung datang termasuk teman-temannya yang lain.

"Sekarang susah banget ya buat nongkrong bareng Brahma," cetus Hendro.

" Ya begitulah kalau seseorang sudah menikah dan mempunyai kehidupan baru. Mereka bahkan akan tidak menggubris sama sekali kehidupan lamanya," balas Jessica menatap beberapa temannya yang sudah berkumpul untuk merayakan pesta ulang tahun Romlah. Mereka sengaja merayakan pesta ulang tahun Romlah dadakan dan memberikan sebuah kejutan untuk Romlah.

" Sumpah aku tadi kesel banget sama dosen killer itu! Masa ya aku sudah janjian sama beliau seminggu yang lalu. Tapi kenyataannya dia yang membatalkan janji itu Bahkan aku tidak tahu lagi harus berbuat apa! "Hendro dengan menembus sangat kesal sekali. Dia ingin sekali mengajukan judul skripsi tapi kenyataannya dosen itu malah tidak ada di tempat bahkan membatalkan janjinya 5 menit setelah dia datang di sebuah kafe.

" Ya ampun! Emang nasib kamu aja yang tidak beruntung Hendro!" Cetus Fauzan yang menatap Hendro.

"Nggak usah ketawa kalian! Aku tahu mentang-mentang kalian sudah asese judul skripsi! Apalagi Si kunyuk itu, tanpa kita sadari dia menggunakan jurus modusnya terhadap para jajaran perempuan termasuk dosen pembimbingnya. Memang benar-benar aura Brahma membuat hati perempuan menjadi luluh," ujar Hendro.

Mereka semua di tempat tongkrongan tertawa karena sudah tidak heran dengan sikap Brahma yang mampu menaklukan hati perempuan siapa saja. Dia sudah tidak bisa diragukan lagi kemampuannya untuk menjadi seorang penakluk hati wanita. Predikat itu selalu melekat pada Brahma.

Brahma memiliki predikat sebagai penakluk hati setiap perempuan. Mulai dari yang masih unyu-unyu hingga yang menginjak usia paruh baya. Termasuk dosen killer itu yang mampu ditaklukan oleh seorang Brahma dengan kata-kata yang manis.

*

Tepat pukul 8 malam. Brahma telah sampai di rumah kediaman keluarga Sekar. Karena untuk saat ini dia dan Sekar menumpang tinggal di sana. Dia segera memarkirkan motornya di halaman rumah keluarga Sekar. Lalu dia mengunci motornya. Karena kebetulan daerah rumah keluarga Sekar cukup rawan sekali pencurian motor. Tidak jarang kalau dalam waktu seminggu ada orang yang kehilangan motornya satu sampai dengan lima kali.

Brahma segera menuju ke pintu utama rumah keluarga Sekar, dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Sekar. Dia berjalan sambil membawa satu kresek berisi satu kotak martabak manis kesukaan Sekar."semoga saja dia suka dengan apa yang telah aku bawa." Dia menggumam dalam hati kecilnya dan berharap Sekar menyukai apa yang telah dia bawakan sepulang bekerja seharian di luar

KLEK! Pintu rumah keluarga Sekar pun terbuka. Dia melihat kakak iparnya sedang duduk santai di ruang tamu.

"Widih! Kayaknya ini ada aroma martabak manis! " Kedua mata Riyanti menatap satu kantong kresek yang telah dibawa oleh Brahma.

Brahma tersenyum saja karena tujuannya hanya untuk membelikan Sekar, istrinya.

" Kalau cuman beli satu sih berarti enggak pernah nganggep orang yang ada di rumah ini ada! Cuman istrinya doang yang dibeliin Mana ada dia peduli dengan keluarga istrinya! " kata-kata Rianti benar-benar membuat Brahma hanya bisa terdiam saat itu.

"Maklumlah suaminya Sekar itu gajinya pas-pasan jadi mana mungkin dia membeli lebih dari satu kotak martabak manis. Beda lah dengan suami kamu Rianti yang seorang pengusaha." Sindir Sisilia.

"Ya mau bagaimana lagi ya Sekar itu memang sedikit bodoh! Masa dia memilih lelaki yang gajinya bikin kepala pusing tujuh keliling. Lihat aja dia aja nggak nganggap keluarga dari Sekar Bahkan dia berjalan begitu saja! Kayaknya Sekar benar-benar salah memilih seorang suami! "Ujar Rianti dengan mulut pedasnya.

Brahma tidak menggubris kata-kata dari kakak kakak iparnya. Ia memilih langsung masuk ke dalam kamarnya. Sebenarnya dia merasa sakit hati sekali dengan kata-kata kakak iparnya yang begitu menusuk ke hati dan pedas sekali.