Tidak berbalik badan sama sekali padanya, tetap fokus mengaduk kopi untuk gw dan Chelsea. " Oh, lu lagi bikin kopi? mau gw bantuin gak?" tanya kak Alex bernada lembut, " gak usah, kak. Lagian ini juga udah selesai," ucap gw dengan singkat dan sama sekali tidak melihatnya, gw menuju ke kulkas untuk mengambil cemilan yang seadanya saja. " Ini kesempatan buat gw," ucap kak Alex yang amat licik, ia mengeluarkan sebuah kapsul dan memasukkan ke salah satu kopi tersebut. " Nih, kopinya.." Dia memberikan kopi yang sudah diberi obat tidur kepada gw. Gw mengambilnya dan membawakan untuk Chelsea, " ini kopi buat lu," ucap gw meletakkan kopi untuknya di atas meja, " Ya Allah... makasih banyak kak, tapi gw gak suka kopi." Akhirnya, gw meminum kopi milik Chelsea terlebih dahulu.
" Yah... kok malah minum kopi punya Chelsea sih... ah, sial!" ucap dengan geramnya si kak Alex bersembunyi di balik semak-semak sekitar taman. kopi Chelsea pun habis tak bersisa, dilanjutkan dengan meminum kopi gw dan Chelsea sempat masuk ke dalam karena mendengar suara telepon berdering dari kamarnya. " Yes, akhirnya..." Kak Alex tampak bahagia saat melihat gw meminum kopi yang sudah tercampur dengan obat tidur, " kok gw ngantuk banget ya. Mending gw ke kamar aja deh," ucap gw dalam hati, bangun dari tempat itu dan segera ke kamar.
Baru beberapa langkah, rasa kantuk semakin bertambah dan pandangan menjadi buram, jatuh di halaman dan tertidur karena efek dari kopi tadi. Kak Alex segera mendekati gw, " Amel... Amel... sekarang lu berada di tangan gw." Ia membawa gw dan diletakkan dalam bagasi mobilnya, segera meninggalkan rumah kak Angga tanpa diketahui oleh Chelsea. " Kak Amel, maaf gw lama gara-gara abis telponan sama temen. Loh, kak.... kak Amel...." Ia begitu kaget melihat gw tidak ada di taman itu, " oh ya, setiap sisi kan ada CCTV. Gimana gw cek aja mana tahu ada jawabannya." Akhirnya, Chelsea memeriksa kamera CCTV dan benar saja ia menemukan jawaban darinya.
Saat itu, Chelsea tidak mungkin mencari keberadaan gw dan menelpon pihak kepolisian untuk mengurus masalah ini. " Loh, dimana gw?" Barulah gw sadar dan masih memejamkan mata karena khawatir akan terjadi sesuatu nantinya. " Halo sayang... Lu dah gak bisa kemana-mana lagi sekarang," ujar kak Alex menggendong gw dan membawa ke sebuah rumah. " Apaan ini... argh... lepasin gw..." Gw terbaring di atas kasur dan seluruh tubuh gw terikat kencang, tak bisa kemana-mana.
Di kamar itu, hanya diterangi satu lampu berada di atas tubuh gw hingga merasa silau akan cahayanya. Pintu terbuka seperti ada seseorang yang membukanya, rupanya itu nenek dari ayah gw, " Amel... cucu, apa kabar? gak kerasa ya udah mau nikah aja.." Gw sendiri bingung sambil menatap wajah nenek dengan bertanya-tanya, " maksud nenek apa? nikah sama siapa?" tanya gw kebingungan. Tak lama kemudian, ada suara langkah kaki mendekati kamar itu dan sekuat tenaga gw berusaha melepaskan diri dari tali yang melilit gw hingga merasa sesak napas, " tenang, Amel. Nenek sama calon suami kamu gak bakal berbuat jahat sama kamu kok," ucap nenek sambil mengelus-elus leher gw. Sejenak gw tenang, nenek seketika memukul beberapa sisi leher gw sampai tubuh gw tidak bisa digerakkan secara sementara. " Nek, Amel mau diapain?" tanya gw disertai air mata yang berlinang pada kedua mata.
Tibalah seseorang di hadapan gw, tak lain ialah kak Alex. " Kak, gw mohon lepasin gw... lepasin..." Tali tersebut terikat sangat kencang dan sudah tidak berdaya lagi. Semampu mungkin gw teriak dan menangis, " eh, kamu gak boleh kayak gitu, Amel. Kan ini calon suami kamu." Ucapan dari nenek bukannya membuat hati menjadi jauh lebih baik malah rasa takut semakin menjadi-jadi, " gw gak sudi nikah sama pemabuk dan gw lebih milih untuk menikah dengan kak Angga." Adanya nama kak Angga, ia merasa panas karena kecemburuan dan rasa bencinya pada adik sepupunya itu. Ia mulai geram dan menempelkan lakban hitam ke mulut gw dan menatap dengan matanya yang melotot, " gw harap lu cabut kata-kata lu sebelum gw siksa lu sampe lu mau nikah sama gw," ancam kak Alex. Gw hanya menatapnya sambil menangis tak kuat dalam cobaan ini, " tapi lu bisa gw jamin gak bakal ada harapan lagi buat nikah dengan Angga karena kita bakal menikah besok malam." Setelah itu, kak Alex pergi meninggalkan gw di ruangan itu, " nek, Amel gak mau nikah sama kak Alex, nek." Tangisan pun semakin keras dan percuma saja tidak ada yang bisa mendengar karena rumah nenek gw berada di tengah hutan. Wajar saja, hanya nenek gw yang tinggal disana sendirian, " justru nenek tidak setuju kalo kamu menikah dengan Angga. Nenek cuma setuju kalo kamu menikah dengan Alex TITIK!!!" Begitu juga dengan nenek, pergi meninggalkan gw sendirian di dalam.
" Assalamu'alaikum, om... Tante..." Salam kak Angga pada kedua orang tua gw setibanya di rumah. Pada malam itu, kak Angga dan pak Hasan sangat asyik mengobrol dengan kedua orang tua gw dan mereka juga menceritakan tentang gw di Turki dan barulah Samapi pada intinya. " Jadi, kedatangan saya dengan ayah saya kesini ada tujuan khusus dengan om dan Tante," jelas kak Angga. " Oh ya, apa itu?" tanya ayah gw penasaran, " kedatangan saya kesini ingin izin pada kalian untuk melamar Amel sebagai istri saya." Pihak keluarga gw sangat kaget karen gw sendiri gak pernah cerita selama gw di Turki. " Kalau kamu benar-benar ingin melamar Amel sebagai istri kamu, maka kamu merestui kalian berdua." Hasil perbincangan itu berbuah positif bajakan mereka menyetujui itu, " om sama Tante setuju dan kalau bisa dipercepat pernikahannya," ucap mamah gw penuh bahagia.