Sudah melewati satu Minggu dan kak Angga masih saja belum sadar terbaring lemah di kamar rawat inap, gw senantiasa mendoakan agar ia cepat siuman. " Amel, kamu mau kemana?" tanya pak Hasan melihat gw mau keluar, " ini saya mau ke depan sebentar," jelas gw sebelum menutup pintu dan pergi meninggalkan pak Hasan. " hmm.. gimana kalo gw jalan-jalan aja sekita sini kebetulan gw juga lagi gabut banget," gumam gw dalam hati memutuskan keliling sebentar mencari udara segar. Tidak tersadar oleh gw sempat menyenggol seseorang tanpa sengaja dan segera meminta maaf pada orang tersebut, " ya Allah, maafin saya ya pak." Di sisi lain, kak Alex sedang di rumah sakit yang sama kebetulan abis berobat dan mengambil obat dari apoktek dekat meja administrasi. Ia melihat ke arah gw terkejut akan hadirnya gw di depan matanya, Kak Alex pun segera menghampiri gw dan untungnya saja gw berjalan dengan cepat hingga masuk ke kamar kak Angga, ia sempat mengikuti gw dari awal sampai di kamar itu. " Oh, sekarang Angga lagi kritis dan ini peluang besar bagi gw," ucap kak Alex tersenyum licik dan segera pergi dari tempat itu, " loh! itu kan kak Alex." Chelsea melihatnya dari kejauhan sehabis dari kantin, ia tidak melihat ke arah Chelsea dan terus berjalan keluar dari rumah sakit. " Gimana keadaan kak Angga, pak? apa ia semakin membaik?" tanya gw merasa khawatir. " Alhamdulillah, Angga semakin kesini kondisinya lebih membaik dan bapak mau tanya sama kamu," ucap pak Hasan dengan nada serius. " Iya, emang bapak mau nanya apa?" tanya gw padanya dan Chelsea belum datang juga, " kira-kira kamu tau gak siapa yang sudah memberikan donor ginjal pada anak saya, Angga?" Mulut pun terdiam, hanya mengatakan kalo gw tidak tahu mengenai hal itu. " Apa kamu yang sudah mendonorkan ginjal untuk kak Angga?" tanya pak Hasan menunjuk ke arah gw.