Setelah drama kecemburuan Kim Hyungtae mulai mereda, ahirnya acara menonton kembali tenang.
"Aaaa.. Kim, kan sudah kubilang kalau hantunya akan muncul bilang padakuu!"
ternyata mereka memang tidak pernah bisa tenang. Aera berteriak, ia tidak tau kalau menonton film hantu bisa se-menyeramkan ini.
"Yaampun ra, bagaimana aku bisa tau kapan hantunya akan muncul." jawab Hyungtae dengan sabar, tangannya mengusap pelan lengan Aera sedikit berusaha menghibur ketakutan Aera.
"Tapi kan katanya kau pernah menonton film ini." balas Aera kemudian.
"Memangnya aku langsung bisa hafal setiap adegan nya? setelah menonton hanya dengan satu kali putaran mana mungkin aku bisa hafal raa." jelas Hyungtae nadanya memelas hampir frustasi, tapi juga bahagia karena bisa melihat sisi berbeda dari yang biasa ia lihat.
"Aku nanti jadi takut tidur sendiri tau." rengek Aera. Hyungtae mengambil kesempatan menarik bean bag nya lebih dekat ke tempat Aera duduk, dengan begitu pasti tanpa sadar Aera akan bersandar atau meminta bantuan untuk melindungi penglihatan nya. Dasar pria jaman sekarang otak nya bergerak cepat sekali dalam hal seperti ini.
"Tenang saja, aku dengan senang hati akan menemanimu." dengan posisi Hyungtae dan Aera yang lumayan dekat sekarang, Hyungtae mendekatkan lagi mukanya pada muka Aera sambil tersenyum genit.
Tukk
"Jangan harap." iya itu suara sumpit Aera yang dipukul kan ke kepala pria mesum dihadapan nya. "Nah kan, kena pukul lagi. Tidak apa-apa ra. Pukul aku ra, pukul." pipinya mempout sembari tangan nya mengusap-ngusap kepala nya yang sedikit nyeri karena pukulan Aera.
"Kau mau lagi? tidak masalah aku bisa memukul mu berulang kali." tangan Aera sudah siap mengambil ancang-ancang akan memukul lagi.
Dia itu Aera, kalau diancam memangnya mempan?
"Tidak-tidak, aku kan hanya bercanda. Sekarang tanggung jawab kepala ku sakit." Hyungtae mencak-mencak sambil berdiri di depan Aera.
Mereka berdua selalu asik ribut berdua, sampai film horor pun sudah tidak ada lagi harga dirinya.
"Yasudah maaf, sini kepalamu." ucap Aera tulus sambil mengulurkan tangan kanan nya pada Hyungtae.
Hyungtae pun menurut dan menunduk, lalu mendekatkan kepalanya sedikit kebawah agar tangan Aera dapat meraih kepalanya. Tangan Aera perlahan mengelus-elus bagian kepala Hyungtae yang sakit. "Yang sebelah mana?" ujar Aera memastikan. "Ke kanan sedikit." jawab Hyungtae sambil merengut.
"Sudah baikan?" Tanya Aera, tangan nya berhenti bergerak. "Sudah." Hyungtae menjawab dengan sumringah, nadanya renyah sekali seperti bocah baru dibelikan mainan. Hal itu sontak membuat Aera menari kedua sudut bibir nya keatas. "Makanya kau jangan bicara mesum terus-tetusan. Aku kan jadi reflek memukul. Sudah, sekarang duduk lagi sini." Tangan Aera menepuk pelan bean bag yang milik Hyungtae.
"Kenapa rasanya aku seperti sedang mengasuh bocah SD, bukan nya kau pria paling galak Kim?" tanya Aera heran. Ia merasa ahir-ahir ini ada perubahan besar pada sikap Hyungtae padanya. "Salah, aku pria paling tampan." hembusan nafas besar Aera keluarkan spontan setelah mendengar jawaban Hyungtae. Ternyata Hyungtae tetaplah Hyungtae, ia tetap si pria narsis yang Aera kenal. Mungkin memang sifat galaknya sedikit mereda dibanding sifat-sifat menyebalkan nya yang lain.
"Siapa yang mem-pause film nya? kau ya?" tanya Aera tidak sadar saking heboh nya mereka berdua sedari tadi. "Iya, nanti jadi film nya yang menonton kita kalau tidak dimatikan. Kau juga bisa-bisa nya tidak sadar." Hyungtae menekan tombol on pada remot untuk melanjutkan film yang sempat terhenti. Tanpa sepengetahuan Hyungtae Aera perlahan menguap lalu meminum sisa segelas wine yang tadi belum ia habiskan. Niat Aera ingin mengusir kantuk dengan cairan merah pekat itu namun tak disangka malah kesadaran nya perlahan memudar.
10 menit kemudian.
Kepala Aera jatuh ke pundak kiri Hyungtae, menyadarkan Hyungtae bahwa partner menonton nya sudah tertidur pulas entah sejak kapan. Pantas saja Hyungtae heran saat adegan hantunya keluar Aera tidak seheboh tadi ternyata memang dirinya ditinggal tidur.
Melihat Aera bersandar pada pundaknya membuat jantung Hyungtae kembali berdegup tidak normal. Tangan Hyungtae perlahan mengelus pipi manis Aera, menyentuh nya dengan lembut. Selama ini ia mati-matian menahan diri untuk tidak menyentuh pipi Aera yang merona, namun sekarang Aera benar-benar membuat Hyungtae tidak bisa lagi menahan diri.
Hyungtae mengecup puncak kepala Aera. Cukup, ia tidak boleh melakukan hal yang lebih dari ini. Hyungtae menampar pelan pipinya sendiri agar segera sadar bahwa dia sudah terlalu jauh. Tangan kekar Hyungtae mengangkat pelan tubuh Aera dan dibawa kearah kasur king size miliknya, lalu mendarat kan tubuh Aera dengan pelan agar sangat gadis tidak terbangun.
Film pun sudah dimatikan dan ia mengambil seperangkat perlengkapan tidur dan dibawa nya ke arah sofa lebar diseberang kasur, termasuk guling kesayangan nya. Kim Hyungtae seorang pria tampan, cerdas, dan kompeten dalam hal apapun namun orang diluar sana tidak ada yang tau si tampan ini memiliki kebiasaan tidur yang cukup unik, harus selalu membawa guling nya dimanapun ia akan tidur, saat ditugaskan keluar negeri pun si guling tetap ikut karena Hyungtae tidak akan tidur dengan nyenyak tanpa guling itu.
"Huft kau orang pertama yang berani mengusir ku dari kasur ku sendiri Aera-ya." Ucap Hyungtae, frustasi tapi juga heran kenapa dengan mudahnya ia merelakan kasur senyaman itu dan memilih untuk tidur di sofa. "Awas saja ketika bangun kau malah memarahiku karena tidak terbangun dikamar mu sendiri." Hyungtae bermonolog dan membayangkan akan seperti apa reaksi Aera besok saat bangun bukannya dibangunkan malah dibiarkan tidur dikamar nya. Harusnya kan dia berterimakasih, bukannya malah marah-marah.
Hyungtae yang dari tadi sibuk bermonolog didalam pikirannya, lama-lama ikut menyusul Aera ke alam bawah sadar. Mungkin saja mereka berdua bisa bertemu di dalam mimpi dan bersenang-senang bersama, tidak ada yang tau.
Angin malam menyaksikan dua insan berada dalam satu ruangan yang sama sedang tertidur pulas, tengah menikmati mimpi mereka masing-masing. Sepasang burung merpati hinggap di luar jendela kamar Hyungtae mencari tempat yang nyaman untuk menjadi peristirahatan mereka malam ini.
Di tempat lain sepasang burung merpati dengan jenis yang sama baru saja menapak kan kaki mereka di luar jendela kamar rumah Aera, mereka ahirnya mendapatkan tempat yang tepat untuk bermalam dengan mesra bersama sang kekasih. Benar, rumah Aera yang selama ini menjadi tempat nya berteduh dari Panasnya matahari dan dingin nya hujan.
Takdir memang suka bermain teka-teki, untung saja para pemilik rumah tidak menyaksikan fenomena ini, sebab mereka yang berada dalam satu ruangan berusaha menjaga jarak berbeda dengan para sepasang merpati itu yang bisa saling memberi kehangatan dan melindungi pasangan nya.