••
"Kau bahagia sekali ya ra." Hyungtae memandangi Aera yang tengah menikmati es krim sekotak besar. Benar-benar wanita lain daripada yang lain, bisa-bisa nya Aera sanggup menghabiskan es krim sebanyak itu, lagian ini sudah malam sedikit kurang wajar kalau makan sebanyak itu, belum lagi kudapan lain yang Aera ambil di rak tadi. "Iya, aku bahagia sekali. Sudah lama aku tidak menikmati es krim sebanyak dan seenak ini."
"Bukan main, kau bisa terlihat sebahagia ini hanya karena es krim. Lalu kenapa kau seharian terlihat suram? apakah tidak cukup bagimu, bisa bertemu dengan pria setampan diriku?" tanya Hyungtae serius. Aera bahkan sudah tidak kaget lagi dengan ucapan Hyungtae yang selalu mengandung kenarsisan
"Kau pikir aku harus tersenyum bahagia saat disandra seperti ini? ini sama saja dengan penculikan kau tau?" jawab Aera santai namun menohok. "Tapi kau memang salah makanya harus bertanggung jawab kan ra." balas Hyungtae sekali lagi. Baik, topik ini selalu berakhir sama. Aera yang selalu salah dan Hyungtae yang selalu menyalahkan.
Semua orang di dunia tau orang yang tetabraklah yang menjadi korban, berbeda dengan Hyungtae. Dengan dasar yang tidak jelas ia memanfaatkan aera, katanya Aera membuat kesehatan jantung Hyungtae tidak aman karena hampir menjadi tersangka sebuah kecelakaan. Atau mungkin sebenarnya ada maksud lain yang disembunyikan Hyungtae.
"Benar, aku tidak akan pernah menang melawan keegoisan mu Kim. Aneh saja padahal kita baru sehari saling mengenal tapi rasanya aku sudah hafal sekali dengan tabiatmu." sebal sekali rasanya Aera tidak bisa membalikkan argumen Hyungtae, padahal bisa saja ia membela diri dan berusaha keluar dari rumah ini. Namun entah hal apa yang membuat nya tidak bisa melakukan itu.
"Jadi kau sudah mulai menyukai ku? bagus, begini baru benar. Tidak ada gadis mqnapun yang tidak jatuh cinta padaku." bangga Hyungtae sambil menggerak-gerakkan kedua alisnya naik turun. Hal itu sontak membuat Aera mengeluarkan lagi sendok eskrim yang baru saja sudah berada didalam mulutnya. "Cukup Kim, narsis juga harus ada batasannya. Kau terlalu jauh melewati batas itu. Ku sarankan kau segera putar balik, takutnya nanti membuatku ingin memukulmu lagi." lalu sendok yang tadi dikeluarkan dimasukkan kembali kedalam mulut Aera.
"Kata-kata mu selalu kasar, aku tidak suka. Aku juga penasaran kenapa kau sangat ingin pergi dari sini, tuan Park bilang kau sangat menikmati kebun bunga dan makanan disini bukan? atau kau takut membuat keluarga mu khawatir?" tanya Hyungtae bertubi-tubi. Mendengar itu membuat Aera tersenyum miris dan matanya kembali sayu, seperti Hyungtae telah menarik kembali ekspresi bahagia yang tadi sempat bersemayam dimuka Aera. "Keluarga ya.. sayang sekali aku tidak memiliki sesuatu yang seperti itu. Mau aku hilang atau pergi kemanapun tidak akan ada yang peduli, apalagi merasa khawatir." Aera sedih namun berusaha menyembunyikan nya dengan tersenyum tipis dan segera memakan kembali eskrim yang tinggal beberapa sendok lagi kandas.
"Hei jangan membuat ekspresi seperti itu, kau sama sekali tidak pandai ber-akting. Kalau ingin menangis, menangis saja aku tidak akan melihat." hibur Hyungtae, sedikit bisa membuat hangat hati Aera. Aera tau sebenarnya Hyungtae orang baik, ia bisa merasakannya.
"Aku tidak akan menangis, jangan berlebihan. Kau mau menggodaku lagi ya." Aera tau Hyungtae tidak berniat menggodanya, hanya saja suasana saat ini sangat canggung sampai ia ingin menghentikan acara makannya. "Untuk apa aku menggoda mu, kau saja yang merasa tergoda olehku." mereka berdua ingin menghindari topik yang lumayan sensitif bagi Aera. Setidaknya Hyungtae sedikit lebih banyak mulai mengetahui kehidupan Aera.
"Sudah pukul 3, sebaiknya kau kembali tidur. Tidak baik begadang terlalu lama besok kau harus menemani ku ke kantor." ajak Hyungtae, karena sepertinya mata Hyungtae sudah mulai minta di istirahatkan kembali. "Baiklah, aku akan kembali ke kamar sekarang. Terimakasih untuk es krim dan ramyeon tadi Kim."
••
"Selamat pagi nona Aera, silahkan menikmati sarapan anda." Ucap tuan park yang mengantarkan Aera ke ruang makan. "Terimakasih tuan park. Apakah anda sudah sarapan?" tanya Aera sopan, sambil ingin berbasa-basi dengan tuan park. Dirumah ini Aera hanya dekat dengannya, seharian kemarin tuan park yang menemani Aera berkeliling melihat-lihat rumah Hyungtae hingga bersenang-senang di kebun bunga.
"Sudah nona, saya terbiasa sarapan sangat awal agar bisa segera melayani tuan Hyungtae." jelas tuan Park, sedikit curhat.
"Dasar tuanmu itu pasti selama ini sudah menyulitkan mu. Tenang saja setelah ini aku akan membuatnya meringankan pekerjaan mu." Aera berusaha menghibur tuan Park, mereka berdua sudah seperti 2 sejoli yang saling mengenal bertahun-tahun yang lalu.
"Haha, nona Aera bisa saja. Kalau anda melakukan itu, tuan pasti akan lebih memberatkan pekerjaan saya." tuan Park menimpali. "Kalau pekerjaan mu terlalu berat aku akan membantumu, nanti kita menggosip kan tuanmu yang jahat itu bagaimana?" tawar Aera sembari tangannya menyuapkan nasi goreng versi mewah yang disediakan pelayan untuknya.
"Terserah nona saja, saya hanya mengikuti apa yang nona inginkan seperti pesan tuan terhadap saya." lucu sekali tuan Park masih berlagak sopan padahal sedang membicarakan tuannya dibelakang, hingga membuat mereka berdua tertawa bersama.
"Ngomong-ngomong apakah Hyungtae belum bangun? bukankah sekarang sudah masuk jam kerja?" tanya Aera heran. Karena sudah pukul 8, tapi sepucuk hidung Hyungtae saja tidak kunjung terlihat. "Tuan sudah berangkat duluan nona karena mendapatkan kabar rapat dadakan pagi ini, beliau berpesan agar tidak membangunkan nona terlebih dahulu, tuan khawatir mengganggu tidur anda karena telah begadang semalaman." jelas tuan Park panjang lebar. Aera tidak menyangka Hyungtae menghawatirkan dirinya. Bukankah Hyungtae yang lebih membutuhkan istirahat dibandingkan dirinya? Hyungtae terbangun karena Aera, juga memasakkannya ramyeon, belum lagi masih menemani Aera berbincang sepanjang malam.
Entah mengapa Aera jadi memikirkan Hyungtae, ternyata dibalik sifat egois dan narsisnya itu ia memiliki sifat yang hangat. Padahal semalam Hyungtae yang antusias sekali mengajaknya ke kantor, tapi sekarang malah ditinggal begitu saja. Aera kan sudah terlanjur penasaran ingin melihat-lihat perusahaan BV, perusahaan pemasaran terbaik di kota Seoul.
••
"Selamat pagi tuan, kita ada rapat mendadak pagi ini. Direktur Jung telah kembali dari China dan sampai di Korea pukul 1 malam tadi. Sekarang beliau sudah berada di ruang rapat." Manager Min menjelaskan panjang lebar tentang rapat yang diumumkan secara tiba-tiba pagi buta tadi.
"Tenang, jangan tergesa-gesa agar tidak ada point yg terlewat manager Min." sebenarnya Hyungtae cukup geram sebab sepupunya itu selalu menguji kesabarannya. Jika memang baru sampai, kenapa tidak istirahat saja dulu jadi rapat bisa ditunda besok saja. Dari dulu direktur Jung memang tidak pernah berubah, ia selalu menyulitkan Hyungtae.
"Baik tuan. Tapi apakah anda baik-baik saja? bawah mata tuan terlihat sembab dan menghitam." tanya manager Min penasaran.
"Ah, sial. Aku begadang semalam, waktu tidurku hanya sedikit. Tapi kau tenang saja, aku bisa mengatasi nya." ujar Hyungtae, berusaha menenangkan bawahannya agar tidak terlalu menghawatirkan dirinya. Manager Min sangat tau hal itu, Kim Hyungtae adalah CEO terkompeten yang pernah ia tau. Selain ketampanan dan aura kewibawaan yang tinggi, Kerja Kim Hyungtae terkenal cepat dan selalu tepat, begitulah selama ini para pekerja kantor mendeskripsikan CEO mereka.
••
"Hyungtae rapat pagi-pagi sekali? jam berapa ia bersiap? kenapa aku punya firasat buruk padanya." ujar Aera khawatir, tangan kanan nya mengangkat gelas berisi cairan bening untuk menyiram tenggorokannya. Sedetik yang lalu ia tersedak dikarenakan makan sambil bicara.