Chereads / Melawan Kemustahilan / Chapter 11 - 11. Suasana dalam kota

Chapter 11 - 11. Suasana dalam kota

Pagi hari.

Waktunya untuk pergi berkeliling kota. Kali ini aku pergi sendirian karena Yue dan Mea berkata kalau mereka ingin jalan-jalan bersama.

Kalau tidak salah, mereka mau pergi ke restoran dan tempat-tempat di sekitar Kultista.

Aku sendiri tidak tahu apa itu Kultista, dari penjelasan Yue Kultista adalah sebuah bangunan yang digunakan oleh para pengikut agama Relian untuk berdoa.

Mungkin mirip dengan gereja.

Aku cukup khawatir kalau Yue akan menimbulkan masalah, tetapi selama ada Mea seharusnya situasi akan terkendali.

Daripada memikirkan mereka, aku juga harus memikirkan kemana aku akan pergi hari ini. Mengelilingi tempat di sekitar penginapan juga sepertinya ide yang bagus.

Di jalan depan penginapanku tidak begitu ramai, hanya ada beberapa orang saja. Padahal jalan yang ada disini terbilang besar dan menjadi jalan utama ke tengah kota.

Sura langkah kuda terdengar.

Aku memperhatikan kereta kuda yang terlihat cantik dan elegan, warna putih dengan hiasan emas membuat kereta kuda tersebut jelas milik bangsawan.

Setelah kereta kuda tersebut melintas aku lanjut berjalan, tetapi tiba-tiba terdengar teriakan "Hei! apa yang kau lakukan!" teriak kusir kuda.

Perhatianku langsung tertuju pada kereta kuda, lalu melihat seorang perempuan yang membawa kalung dengan permata merah.

"HENTIKAN PENCURI ITU!" teriak seorang pria yang bergegas keluar dari dalam kereta kuda.

Sayangnya, dalam sekejap pencuri itu sudah menghilang dari pandangan. Sepertinya si pencuri cukup lihai dan berpengalaman.

Sedangkan pria tadi memperhatikan sekeliling, lalu menatapku.

"Kau yang disana! Kemari cepat!"

Aku menoleh ke belakangku untuk memastikan kalau aku yang dipanggil olehnya. Secepatnya aku berlari ke pria tersebut.

"Kau melihat pencuri tadi kan? tangkap pencuri itu!"

Apa-apaan dengan bangsawan ini... Memerintah seenak jidat kepadaku.

Tetapi dia adalah bangsawan, aku harus menurutinya agar terhindar dari masalah.

"Bayarannya?"

"100 emas! aku akan menunggumu di kediamanku" jawabnya bergegas untuk masuk ke dalam kereta.

"Dimana itu?" tanyaku.

"Ah benar juga, di area belakang Kultista. Namaku Grey Avril Lavira, ingat namaku dan tanya saja pada penjaga disana"

"Dimengerti"

Setelah Grey pergi, aku menghela nafas.

"Yang benar saja... Aku harus melakukan hal seperti ini? ya tetapi 100 emas tidak boleh kulepaskan" gumamku.

Di sepanjang jalan aku terus berpikir cara untuk menangkap si pencuri. Melihat pergerakannya saja aku sudah tahu, kalau menangkapnya sendirian adalah hal yang mustahil.

Tidak mungkin juga meminta bantuan pada Mea, kalau Mea menggunakan sihirnya bisa-bisa para Lusp mengetahui keberadaan Mea sebagai penyihir.

Setelah berpikir cukup lama dan buntu, aku menatap sekumpulan Hunter yang sedang minum-minum di bar.

Lalu terbesit sebuah ide di kepalaku.

"Jadi beritakan pada yang lain juga. Siapapun yang bisa menangkap pencuri ini dan membawa kalung berhargaku, akan ku hadiahi 10 emas!" Perintahku ke para Hunter di bar.

Walaupun hanya sesaat, untung saja aku masih mengingat ciri-ciri si pencuri jadi aku bisa menggambar di kertas dan menunjukannya pada mereka.

"Uooo! Semuanya mendengar itu? 10 emas! mari kita tangkap pencuri sialan ini!" teriak seorang Hunter berbadan besar.

Suaranya sangat keras bahkan terdengar sampai Hunter yang ada di jalanan.

Lalu mereka berlari secepat yang mereka bisa agar tidak kalah dengan Hunter yang lain.

"Permisi, aku ingin memesan minuman yang ada disini" ucapku.

Pelayan wanita datang "Baiklah, mau pesan minuman apa?"

"Apa ada jus?"

"Tentu saja. Mau jus yang mana?" tanya pelayan memberikan menu minuman.

Minuman yang ada di bar tentu saja kebanyakan minuman keras seperti bir. Tetapi tidak kusangka jusnya juga sangat banyak.

Ada jus Apel, Zale, Anggur dan beberapa jus buah yang tidak kuketahui.

"Kalau begitu, pesan jus Zale"

"Pesanan diterima"

Dengan begini aku tinggal bersantai dan menunggu para Hunter kembali kesini, walaupun bukan pekerjaan Hunter untuk menangkap pencuri. Tetapi dengan fisik dan kemampuan mereka, pencuri handal pun pasti bisa tertangkap.

"Ini pesanannya"

"Terimakasih"

Mumpung masih banyak waktu, berbicara dengan pelayan disini sekalian mengorek informasi sepertinya tidak masalah.

"Bagaimana kalau kau pesan minuman juga, akan kubayarkan, lagipula masih belum ada pelanggan juga kan... Daripada bosan mengobrol bersamaku saja"

"Benarkah? kalau begitu kuterima dengan senang hati" jawabnya.

Tidak lama setelah memesan minuman, dia duduk di kursi sebelahku.

"Siapa namamu? namaku Io Karma, panggil saja Karma" tanyaku.

"Tuan Karma ya, Namaku Turi Sereath, Tuan bisa memanggilku Turi atau Sereath"

Sedikit tidak terbiasa juga rasanya dipanggil tuan oleh seseorang. Tetapi mungkin panggilan seperti ini sudah biasa di dunia ini.

Selama berbicara dengannya, banyak informasi penting yang kudapatkan. Salah satunya adalah informasi mengenai Lusp yang sudah menggerakkan Relian knight.

Relian knight adalah ksatria yang berada di bawah perintah agama Relian, itulah yang dijelaskan olehnya.

Lalu dia juga membicarakan mengenai rumor tentang beberapa kaum iblis yang terlihat di sekitar hutan dekat kota. Ada kemungkinan salah satu iblis menyamar dan menyelinap di kota ini jadi aku harus lebih berhati-hati.

Selain informasi tadi, tidak ada yang terlalu penting.

Dan setelah berbincang cukup lama, akhirnya rombongan Hunter yang ku tunggu-tunggu telah tiba.

"Tuan! ini adalah pencuri yang kau cari, aku telah menangkapnya" ucap Hunter menyeret pencuri yang diikat.

"Kerja bagus, kalungnya?"

"Ini tuan! aku yang mengambilnya" jawab Hunter lain.

Lalu situasi menjadi kacau.

"Jangan berbohong! aku yang menangkap pencurinya dan mengambil kalungnya!"

"Hah!? apa yang kau maksud, aku yang mengalahkan pencurinya!"

"Aku!"

"Sudah jelas aku!"

Hunter-hunter lainnya juga saling mengaku, kalau seperti ini terus bisa-bisa situasi menjadi lebih kacau.

Aku menepuk tanganku sekali dan semuanya diam "Tenang saja, kita bisa mengetahuinya dengan mudah kok"

"Bagaimana caranya?"

Aku menunjuk pencuri yang babak belur "Yah... Bukankah ada saksi yang sangat jelas?"

"Oh... Benar juga"

Mereka langsung setuju.

"Karena itu, mari kita interogasi dia secepatnya" ucapku mendekati pencuri.

Menatap mata si pencuri, mata yang putus asa tersebut terlihat bercampur banyak hal. Ketakutan, keputusasaan, kesedihan dan berbagai hal lainnya.

Mungkin saja, dia terpaksa mencuri kalung tersebut. Aku berniat untuk menyerahkannya pada tuan Grey nanti tetapi sepertinya akan kuurungkan niatku.

Ya walaupun bagaimana nasibnya tetap saja bukan urusanku.

"Jadi bisakah kau mengatakan siapa yang menangkapmu?"

Dia tidak menjawab, hanya menatapku dengan benci.

"Kau tidak ingin dihajar lagi ataupun masuk ke penjara kan? kalau kau mau menunjuk orang yang menangkapmu, aku akan melepaskanmu"

Dia diam dan berpikir.

Tidak butuh waktu lama untuknya menjawab "Ba-baiklah, tetapi kau janji kan untuk melepaskan ku?"

"Tentu saja"

Lalu dia menunjuk seorang Hunter yang membawa kalung.

Baguslah kalau bisa selesai dengan cepat, kalau sampai si pencuri tidak mau berbicara bisa-bisa akan sulit nantinya.

Aku mendekati si Hunter yang ditunjuk dan menyerahkan hadiahnya "seperti yang kujanjikan, 10 emas kepada yang menangkap pencuri"

"Uooo!!! Terimakasih tuan!" jawabnya sekalian memberikanku kalung yang dicuri.

"Woi! traktir!" Hunter lain langsung mendekatinya.

"Benar! traktir!"

Di saat situasi menjadi semakin meriah aku melepaskan ikatan si pencuri "Sudah, sekarang kau boleh pergi"

"Terimakasih" jawabnya lalu pergi begitu saja.

Urusanku disini sudah selesai juga sih, waktunya untuk mengembalikannya kah.

Berpamitan dengan para Hunter dan pegawai bar, aku keluar dan pergi menuju kediaman tuan Grey.

Di tengah perjalanan saat sampai di Kultista, aku sedikit terkejut melihat ukuran Kultista yang sangat besar. Bentuknya juga sangat asing, berbeda dengan gereja atau tempat berdoa yang kuketahui.

Setelah puas melihat Kultista, aku lanjut berjalan menuju area khusus bangsawan yang berada di belakang Kultista.

Area khusus bangsawan memang hebat, untuk menjaga jarak dari rakyat jelata mereka bahkan membuat gerbang dan pembatas.

"Kau berniat untuk masuk kedalam?" tanya penjaga gerbang yang berkumis tebal.

"Benar" jawabku.

"Kalau begitu, tunjukan bukti bangsawanmu" ucapnya menjulurkan tangan.

Bukti bangsawan? apa-apaan hal semacam itu.

"Maaf aku tidak punya"

"Tentu saja ya... Rakyat jelata tidak boleh melewati gerbang ini, cepat pergi"

Sok songong sekali si penjaga berkumis ini.

"Tetapi, aku dimintai tuan Grey Avril Lavira untuk ke kediamannya"

"Hm? benarkah? apa ada buktinya? tidak ada kan? atau ada surat undangan? tidak ada kan?"

Rasanya semakin menyebalkan saja.

"Tidak ada" jawabku.

"Kalau begitu tidak bisa"

"Bagaimana kalau kau meminta izin tuan Grey saja? kalau sampai aku tidak datang ke kediamannya, pasti akan menjadi masalah"

"Baiklah..."jawabnya.

Walaupun menyebalkan tetapi setidaknya dia tidak lalai dalam mengerjakan tugas.

Dan tidak lama untuk si penjaga pergi, entah kenapa si penjaga kembali dengan tergesa-gesa.

"Maafkan aku! aku akan mengantarmu ke kediaman Tuan Grey" ucapnya menundukan kepala.

"Tidak masalah" jawabku.

Dan akhirnya aku bisa masuk ke area khusus bangsawan. Pemandangannya langsung berbeda, perumahan bagai istana, halaman luas bagai lapangan sepak bola.

Sangat terasa tempat untuk bangsawan.

Sesampainya aku di depan rumah Tuan Grey, aku langsung disambut oleh pelayan.

Mereka memanduku ke ruangan Tuan Grey.

"Oh selamat datang, tidak kusangka secepat ini. Silahkan duduk" sambut Tuan Grey.

Ruangannya sangat mewah, serba putih dan elegan. Aku tidak bisa berkata-kata setelah melihat ini.

"Terimakasih..." tidak kuduga kalau aku akan merasa gugup.

Lalu setelah kami berbincang sebentar, aku menyerahkan kalung yang dicuri dan mendapatkan 100 koin emas yang dijanjikan.

Sebenarnya Tuan Grey juga mengundangku untuk makan malam bersama di rumah ini, katanya rasa terimakasihnya masih kurang kalau hanya dengan 100 koin emas.

Walaupun tidak sopan namun aku menolak undangannya.

Sebagai gantinya, dia bilang dia akan membantu ku kalau aku butuh bantuannya. Tetapi memikirkan kalau aku bersama seorang penyihir, hal seperti itu pasti sudah langsung hangus selamanya.

Dan sesampainya aku di penginapan aku menceritakan hal yang terjadi hari ini. Mendengar bahasan uang, Yue langsung berusaha merebutnya dariku.

Tetapi aku berhasil menjaganya, untung juga ada Fupa yang bisa menyimpan berbagai hal di ekornya.

Lalu dengan ini, aku mengakhiri kegiatan hari ini.