Masih belum terlalu jelas, namun aku bisa melihatnya, tatapan kebencian dari Mea.
"Karma!" Yue berteriak di dekatku.
"Jangan berteriak sedekat itu... Kepalaku masih sakit"
Memperhatikan sekeliling sekali lagi, aku bertanya "Yue apa yang terjadi?"
Setelah semuanya terlihat jelas, apa yang kulihat adalah tumpukan mayat yang berserakan serta kobaran api di segala tempat.
"Setelah punisher menggunakan kekuatannya, Mea berhasil menahannya dan memindahkan kita ke dalam hutan. Tetapi Lusp dan pasukannya dengan cepat menyusul, sekarang Mea sedang bertarung dengan mereka"
Bertarung... Artinya semua tumpukan mayat ini adalah perbuatan Mea.
Bunuh-membunuh di dunia ini memang hal yang biasa, tetapi bagiku hal ini tetaplah mengerikan.
Aku menatap Mea, melihatnya sedang berlindung di balik sihirnya "Mea!" panggilku.
Dengan segera pandangannya berubah ke arahku "Karma..." ucapnya dengan wajah lega.
Tetapi tidak hanya Mea yang memandangku, Lusp serta Relian Knight juga mengarahkan pandangannya kepadaku.
"Kau... Apa kau adalah salah satu pemuja penyihir?" tanya seorang Lusp.
"Aku tidak paham dengan pertanyaan mu, tetapi jawabanku tidak. Bisa dibilang aku adalah yah... Teman seperjalanannya" jawabku.
Mereka menutup mulut, tidak lagi berbicara. Namun sekarang mereka mengacungkan pedang mereka ke arahku.
Orang-orang berbaju sama dengan Lusp tersebut mulai merapalkan sesuatu secara bersamaan, mereka juga menggunakan semacam rantai yang mengikat kitab Deheart.
Namun kitab Deheart yang terikat di rantai berukuran kecil, jauh lebih kecil dari ukuran kitab aslinya.
Secepatnya Mea datang ke tempatku "Karma apa kau sudah baikan?"
"Ya... Setidaknya sudah tidak begitu sakit atau pusing"
"Jadi apa yang harus kita lakukan?" tanya Mea.
Sepertinya mereka yang menggunakan rantai selesai merapalkan mantra, mereka mengaktifkan sihir serangan semacam bola api, tetapi tidak bisa menggores sihir pelindung Mea sedikitpun.
"Mungkin hanya lari atau melawan mereka, tetapi kalau bisa, lari. Apa kau bisa melakukan teleportasi atau sihir untuk memindahkan kita bertiga?"
"Tidak bisa, teleportasi hanya bisa digunakan untuk satu orang. Sedangkan kalau menggunakan Warp, aku memerlukan batu sihir, lalu sayangnya aku tidak bisa menggunakan dua sihir sekaligus dalam keadaan seperti ini"
Situasi yang gawat, tidak mungkin juga berlindung seperti ini terus.
Relian Knight juga terlihat selesai melakukan persiapan mereka, pedang yang dipakai mereka terlihat bersinar.
Kemudian aku menemukan ide "Bagaimana kalau kita mempertemukan mereka dengan iblis yang ada di hutan ini?"
Mea yang mendengarnya, terlihat setuju "cukup bagus, kalau begitu aku akan mencari mereka, lalu kita akan memancing Lusp dan pasukannya ke arah para iblis bersembunyi"
Mea menurunkan tangan kirinya dan menghentikan sihir perlindungannya, lalu menggunakan tangan kanannya untuk menghempaskan Lusp beserta pasukan yang ada di depannya.
Kemudian Mea menunduk dan menyentuh tanah dengan tangan kirinya "Kita akan lari ke tempat para iblis" ucap Mea.
Mengatasi musuh, kemudian mencari keberadaan iblis secepat ini. Mea sepertinya memang terlalu hebat.
"Tetapi, aku pasti akan langsung terkejar oleh mereka" ucapku.
Mea memegang tanganku "Sudah, kalau begitu ayo bergegas" ucap Mea secepatnya berlari.
Aku tidak mengerti apa yang telah dilakukan oleh Mea, mungkin memberiku semacam sihir. Dan setelah aku berlari sekuat tenaga, kecepatanku bisa dipastikan bertambah, hanya saja terlalu cepat untukku.
Walaupun kami sudah berlari secepat yang kami bisa, para Lusp dan pasukannya bisa mengejar kami dengan kecepatan yang sama.
Menyebalkannya Lusp dan pasukan di belakangnya menggunakan sihir terbang untuk mengejar kami.
"Licik sekali menggunakan sihir terbang" keluhku.
"Memangnya kenapa kalau terbang?" tanya Yue.
Aku terkejut dan baru sadar kalau Yue bisa terbang "Lah, kau bisa terbang!?"
Yue hanya mengangguk.
"Kalau begitu kenapa selama ini kau tidak terbang saja?"
"Aku lupa. Lalu melihat mereka terbang aku jadi ingat kalau aku juga bisa terbang"
Ingin marah rasanya, tetapi sadar akan posisi yang sedang terdesak aku menahannya.
"Karma sebentar lagi, iblis yang ada disini masih bersembunyi bagaimana cara mempertemukan mereka?"
Cukup bagus, pertanyaan Mea langsung memunculkan ide di kepalaku.
Aku tersenyum "Kalau begitu, hancurkan saja tempat ini"
Mungkin hanya perasaanku saja, tetapi sekilas Mea terlihat terkejut dan senang. Walaupun aku tidak melihat senyum sedikitpun darinya, tetapi wajahnya memperlihatkan kesenangan.
"Disini" ucap Mea.
Mea berhenti, lalu mengarahkan tangan kanannya ke Lusp dan pasukannya. Sekali lagi Mea menghempaskan mereka.
Lalu melanjutkannya dengan mengarahkan ranting yang entah dia dapat dari mana ke tempat persembunyian iblis, aku tidak tahu tepatnya dimana, tetapi Mea mengarahkannya ke tempat yang tidak terlalu banyak pepohonan dan banyak gundukan tanah.
Ranting yang dipegangnya hancur, begitu juga dengan tempat di sekitar yang hancur terkena ledakan angin. Iblis yang bersembunyi muncul dari dalam tanah yang hancur.
Pepohonan serta tanah telah tersapu, membuat Lusp dan para iblis bertatap mata.
Sedangkan kami sudah bersembunyi dengan sihir Mea.
Sedikit terlalu tiba-tiba, aku bahkan tidak sadar kalau Mea menggunakan sihir yang membuat kami tidak terlihat.
Di sekitar batu yang hancur separuh, kami memperhatikan mereka dari kejauhan.
Tetapi ada yang aneh, Lusp hanya menatap para iblis. Dan iblis memperlihatkan raut wajah yang pucat namun juga ekspresi benci.
"Kenapa mereka hanya saling tatap?" aku membisik pada Mea.
"Diam, nanti ketahuan"
Tidak kusangka kalau aku akan dimarahi.
Setelah beberapa kata yang diberikan oleh Lusp kepada iblis, Lusp serta pasukannya langsung pergi.
Kepergian Lusp membuat iblis menunjukan jati dirinya, kekesalan mereka terlihat dari mereka yang menendang tanah dengan keras.
"Sudah berakhir? kalau begitu cepat kita pergi dari sini, untung saja merek-" kata-kata ku terhenti setelah Mea menghempaskan ku secara tiba-tiba.
Setelah terhempas cukup jauh, di tempat dimana Mea dan Yue berada terlihat ledakan yang besar.
Beberapa saat setelahnya saat aku mencoba untuk bangun, cahaya seperti kilatan berwarna-warni terus menerangi langit. Mungkin Mea sedang bertarung dengan seseorang.
"Akhirnya ketemu" suara pria yang tak kukenal datang dari balik pepohonan.
Berjalan menampakan diri, aku langsung tahu kalau dia adalah kaum iblis. Matanya berwarna merah, bertanduk serta bertaring, lalu kulitnya tampak kasar dan keras seperti batu namun berwarna sama dengan kulit manusia.
"Siapa?" tanyaku.
Tatapan serta senyum seringainya terasa mengerikan, saat ini aku merasa takut akan dibunuh olehnya.
"Namaku Viot Rez, aku kesini untuk menangkapmu"
Menatap langit, cahaya yang tadinya terus menerangi langit sudah menghilang.
"Menangkapku?"
Aku bisa yakin kalau Mea telah menang dalam pertarungan, hanya perlu menunggu waktu saja untuk Mea datang kesini.
Lalu, sekali lagi menyelamatkanku...
Sepertinya aku terlalu bergantung pada Mea ya, mengingat semua hal dari awal, aku seakan tidak bisa hidup tanpa Mea.
Sudah Kuputuskan.
Untuk tidak bergantung padanya.
"Apa-apaan dengan tatapan perlawanan itu?" ucap Viot.
Aku mengambil ancang-ancang untuk lari menerjang.
"Hentikan, kau tahu ini apa kan?" Viot mengangkat tangan kanannya, memperlihatkan hal yang seharusnya ku jaga.
Tanpa kusadari, jiwa milik Yue telah berada di tangannya. Tetapi bagaimana bisa?
Seketika pandanganku menghitam, pilihan dimana aku bisa melawannya langsung hilang setelah melihat jiwa yang dibawanya.
"Baguslah, seperti itu tatapan yang seharusnya"
Apa yang harus kulakukan?
Aku-
"Jangan coba-coba untuk melakukan hal bodoh, aku bisa menghancurkannya kapan saja bahkan sekarang. Tujuanku sebenarnya adalah menangkapmu dan membuat si penyihir menyerahkan diri, tetapi dengan jiwa ini saja sepertinya sudah cukup"
Gawat, aku tidak bisa memikirkan solusinya.
Aku tidak bisa melakukan apapun.
Tidak bisa.
"Woi! cepat panggil si penyihir itu, jangan malah diam saja. Kau tidak ingin jiwa temanmu hancur kan?" Bentak Viot.
Benar juga, panggil Mea.
Untuk kali ini aku akan bergantung padanya. Mau bagaimanapun tidak mungkin aku bisa melakukan sesuatu.
Dengan wajah yang kacau, aku memanggilnya dengan suara lirih "Mea..."
"Panggil dengan benar! kau pikir memanggilnya menggunakan suara sekecil itu bisa sampai ke telinganya?"
Mea yang muncul di sampingku langsung membuatnya terdiam.
Melihat situasi, Mea pasti langsung memahami apa yang sedang terjadi "Karma..."
"Maaf, Jiwa Yue diambil olehnya"
"Penyihir mimpi akhirnya kau datang, mari kita selesaikan masalah ini dengan cepat. Serahkan dirimu dan aku akan mengembalikan jiwa temanmu"
Mea menatapku "Apa yang akan kita lakukan?"
Kenapa Mea harus bertanya kepadaku, padahal dia juga tahu kalau aku tidak bisa berbuat apa-apa.
"Karma"
Mendengar Mea memanggil namaku, aku merasa harus melakukan sesuatu. Membuat sebuah rencana yang mungkin bisa menyelamatkan Yue.
"Aku mengerti"
Tidak sama sekali. Tidak ada yang kumengerti sama sekali.
Hanya rencana ini yang terpikirkan.
"Mea serahkan dirimu"
Hanya ini saja yang bisa dilakukan.
"Dengan ini kau akan menyerahkan jiwa temanku kan?" tanyaku ke Viot.
Seringai yang Viot tunjukan membuatku merasa kesal "Tentu saja"
"BERHENTI!!!" Yue tiba-tiba muncul di sampingku.
"Yue- Maaf" Tidak ada yang bisa kukatakan.
Yue menatapku dengan penuh amarah, terlihat jelas kalau dia menahan kata-kata yang ingin dia katakan kepadaku.
"Oh, sang pemilik jiwa malah datang kemari. Apa tidak masalah? yang akan kau lihat hanyalah temanmu yang menyerahkan diri atau merasakan kematian sekali lagi"
Saat ini aku merasa menyedihkan. Menatap wajah Yue yang sangat tegar dan tetap sombong, aku merasa kalau kali ini Yue berbeda dari biasanya. Tidak lagi kekanak-kanakan, tampak begitu dewasa dan seperti sosok yang kuat.
"Pecahkan, hancurkan, remukkan saja! aku lebih memilih mati daripada menyerahkan temanku"
Tetapi kalau begini rencanaku akan hancur.
Aku berbisik pada Yue "Apa yang kau katakan, kita serahkan Mea dan mendapatkan jiwamu. Lalu Mea akan berusaha melepaskan diri menggunakan kekuatannya, kau seharusnya tahu rencana semacam ini kan?"
Mendengarnya, raut wajah Yue benar-benar terlihat penuh amarah "Rencana bodoh semacam itu hanya akan menghancurkan dirimu yang bodoh! memangnya pemikiran dari orang dengan wajah yang kacau sepertimu akan berjalan lancar!? tentu saja tidak!"
Rasanya seperti terkena pukulan telak, aku tidak bisa menjawabnya.
"Kalian... Membuatku kesal! cepat serahkan penyihir itu!" Viot menggenggam jiwa Yue dengan kuat, meretakkan beberapa bagian.
"Sudah ku bilang tidak akan! pecahkan saja!" Yue berteriak.
Dalam keadaan ini, aku berbisik pada Mea "Mea mari kita rebut jiwa Yue dari tangannya"
"Tetapi bagaimana caranya?"
"Aku akan berlari secepat yang kubisa untuk mengambilnya, kuserahkan sisanya kepadamu. Selama kau bisa membuat jiwa Yue tidak di hancurkan olehnya, aku pasti bisa mengambilnya"
"Kalian yang disana! jangan pikir aku tidak tahu kalau kalian sedang merencanakan sesuatu! sudahlah... Sepertinya aku hanya membuang waktuku saja, seperti yang kalian inginkan akan kuhancurkan jiwa ini!" Teriak Viot dan mengeratkan genggamannya.
Tetapi sebelum Viot menghancurkan jiwa Yue, Mea berhasil membekukan pergerakan Viot. Secepatnya aku langsung berlari ke arah Viot.
Walaupun seharusnya Viot tidak bisa bergerak, tetapi dia tetap berusaha mengeratkan genggamannya "Jangan meremehkan ku!"
"Karma... Gawat" Mea berusaha sekuat tenaganya menahan gerakan Viot.
Aku sudah berlari secepat yang ku bisa sampai berada di dekatnya, namun Viot masih terus berusaha menghancurkan jiwa Yue. Paksaan yang dia lakukan terhadap tubuhnya menyebabkan kehancuran pada tubuhnya.
Mata, hidung, serta seluruh anggota tubuh Viot mulai berdarah bersamaan dengan jiwa Yue yang semakin hancur.
Seharusnya aku bisa sampai sebelum jiwa Yue hancur, tetapi Viot memaksa tangan kirinya untuk bergerak dan menghempaskan ku "Sudah kubilang untuk jangan meremehkan ku!"
Dan dia menghancurkannya, jiwa Yue.
"Yue!" aku berbalik.
Namun...
Yue sudah tidak terlihat, tergantikan oleh cahaya-cahaya berwarna kuning yang indah. Semakin pudar cahaya semakin tidak bisa ku berkata.
"Yu-Yue..."
Wajahku lebih kacau dari sebelumnya, aku masih belum bisa percaya kalau Yue sudah...
"Karma, Maaf. Salahku karena tidak bisa menahannya"
Sama sekali tidak benar, kematian Yue adalah salahku, sudah pasti seperti itu.
Kata-kata Yue masih mengalir di kepala.
Rencana bodohku benar-benar menghancurkan diriku yang bodoh.
Kenapa aku tidak mendengarkan kata Yue saat itu.
Mea menghampiriku.
"Karma, apa kau akan tetap diam? seperti ini lah takdir. Kedepannya, pasti banyak hal semacam ini yang akan kau lihat. Kalau terdiam hanya karena takdir, bagaimana dengan dunia bahkan Dewi yang kau lawan?"
Pada akhirnya, Mea memang benar. Dan pastinya akulah yang salah.
"Aku mengerti, tidak perlu mengatakan apapun lagi. Walaupun perjalanan kita akan menjadi lebih sepi, kita tetap harus melanjutkan perjalanan"
"Kau benar, setidaknya aku akan mengumpulkan pecahan dari jiwa Yue dan menjadikannya cincin. Dengan memakainya kau bisa mengingat Yue kapanpun itu"
"Terimakasih Mea"
Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan dengan perasaan sedih yang masih membekas di hati.
Namun setidaknya... Aku ingin mengucapkan sesuatu pada Yue sebelum dia pergi.