Chereads / Melawan Kemustahilan / Chapter 16 - 16. Menuju kerajaan Abidall

Chapter 16 - 16. Menuju kerajaan Abidall

Pagi hari di desa Gurtz.

"Mea, hari ini kita akan langsung berangkat ke kerajaan Abidall kan? mau membeli perlengkapan dan makanan di desa ini terlebih dulu?"

Mea mengangguk.

Dan kami pergi ke tempat para pedagang berkumpul.

Di desa Gurtz, cukup banyak Hunter yang menginap atau berburu di sekitar desa. Monster-monster kuatlah yang menjadi alasannya.

Desa Gurtz juga cukup besar, pedagang yang sedang dalam perjalanan kadangkala mendatangi desa ini, menjadikan desa Gurtz sebagai desa yang mirip kota.

Sembari membeli barang, aku tidak lupa untuk mencari informasi. Tetapi semuanya hanyalah rumor yang bahkan didapatkan dari mulut ke mulut atau bisa dibilang hanyalah sekedar kabar angin.

Kemungkinan, informasi yang datang dari kabar angin adalah informasi yang sudah dibesar-besarkan, atau kebalikannya di sepelekan.

Kabar angin yang mereka beritahukan tidak banyak, karena memang, biasanya informasi yang menarik bagi mereka kebanyakan seperti keadaan suatu kerajaan, lalu pergerakan iblis dan monster di sekitar.

Namun sayangnya, informasi mengenai kerajaan Abidall tidaklah banyak. Dan lagi, mereka hanya mengatakan kalau kerajaan Abidall sangatlah menakjubkan atau banyak orang-orang kuat disana.

Informasi yang tak ada gunanya.

Dalam keputusasaan tersebut seorang pria mendatangiku "Kau tadi bilang sedang menuju kerajaan Abidall?" sapa pria yang membawa tombak di punggungnya.

Bisa kubilang kalau pria ini sangat nyentrik dan mencolok.

Mulai dari rambutnya yang dikuncir dengan warna merah menyala, sampai armor yang berwarna hijau serta menyakitkan mata. Dan tombak yang ada dipunggungnya berwarna putih dilapisi emas.

"Benar, kami berencana untuk pergi kesana setelah ini" jawabku.

"Kalau begitu, bolehkah aku ikut dengan kalian?" tanya dia.

"Hm.... Bagaimana ya..."

"Kalau ada aku semuanya akan menjadi baik-baik saja, kalian tidak perlu khawatir akan apapun. Mau itu monster bandit ataupun iblis pun bisa kukalahkan dengan mudahnya"

Walaupun dia sangat percaya diri dengan kemampuannya, jujur saja dia sama sekali tidak berguna. Karena selama ada Mea, tidak mungkin ada monster yang berani mendekati kami.

Tetapi ya, tidak ada masalahnya menerima dia.

"Baiklah ikut saja dengan kami, jadi siapa namamu?"

Dia langsung mengusungkan dadanya, berdiri setegak yang dia bisa "Gahaha! Namaku Raglo Drago Ixyon!" jawabnya.

Suara besar dan lantang yang dia keluarkan menggambarkan seberapa besar kepercayaan dirinya.

Bagiku... Dia pria yang aneh.

"Raglo... Ya, namaku Io Karma, kau bisa memanggilku Karma dan dia Andromeda panggil saja dia Mea"

"Karma dan Mea! tanpa basa-basi lagi mari kita bergegas pergi!"

Setidaknya bersama orang yang penuh semangat bisa membuatku merasa semangat juga. Walaupun, sepertinya tidak dengan Mea.

Lalu kami memulai perjalanan menuju kerajaan Abidall.

Menggunakan jalan dari desa yang tersambung ke jalan utama, seharusnya kami bisa sampai ke kerajaan Abidall dalam kurun waktu beberapa hari.

"Ngomong-ngomong butuh berapa lama waktu perjalanan dari sini untuk sampai ke kerajaan Abidall?" tanyaku.

"Sekitar.... 1 mingguan sepertinya" Raglo menjawab.

Sedikit lebih lama dari yang kupikirkan.

Namun Mea sepertinya tidak setuju "1 minggu? tetapi, dengan melewati jalan ini seharusnya kita bisa sampai dalam 3 hari" ujar Mea.

"Itu kalau kita melewati jalan utama, aku sudah memikirkan rute untuk kita lewati. Dan pastinya kita akan lewat rute yang sudah kupikirkan! Gahaha!"

Aku sendiri tidak keberatan dengan hal itu, tetapi Mea yang seharusnya selalu berwajah datar, terlihat jelas kalau Mea tidak suka dengan Raglo.

"Ya tidak masalah, tetapi kenapa tidak tetap melewati jalan ini saja?" tanyaku.

"Alasannya banyak! salah satunya adalah adanya ancaman seperti bandit, kelompok pembunuh bayaran, prajurit kerajaan, Hunter, iblis serta berbagai macam ancaman lainnya yang menunggu kita di depan sana!"

"Benarkah itu, Mea?" aku bertanya untuk memastikannya.

"Walaupun memang ada ancaman semacam itu, bukankah orang dengan julukan 'penakluk naga' bisa dengan mudahnya menyingkirkan segala ancaman yang ada?" jawab Mea.

Penakluk naga? apa yang dimaksud Mea adalah si Raglo?

Tetapi, bukankah baru pertama kali ini mereka bertemu?

"Tidak, justru karena aku sangat kuat, aku harus menghindari segala ancaman. Kebalikannya... Penyihir mimpi, kau bisa mengerti pemikiranku kan? menghindari masalah adalah hal yang selalu dilakukan penyihir, apa aku salah?"

Hah? Raglo juga tahu kalau Mea adalah penyihir mimpi?

Aku benar-benar bingung dengan mereka.

"Ka-kalian saling mengenal?" tanyaku.

"Gahahahaha! kau pikir kami kenal satu sama lain? tentu saja tidak mungkin!" jawab Raglo.

Ya... Pastinya, aku bodoh juga karena panik hanya karena hal semacam itu.

Lalu Mea menjelaskan "Kami tidak saling kenal, hanya saling tahu tentang julukan. Bagi orang-orang yang kuat, mengingat julukan seseorang adalah hal yang biasa"

"Apa nama penyihir mimpi juga dikenal banyak orang?" tanyaku.

Kali ini Raglo yang menjawab "Tentu saja! setidaknya bagi para Hunter dan orang-orang yang sepadan denganku! apalagi bagi para witch Hunter! nama-nama seluruh penyihir sudah pasti ada di kepala mereka"

"Witch Hunter....?" aku penasaran.

"Kau tidak tahu hal dasar seperti witch Hunter? manusia sepertimu pasti akan mati dengan mudahnya ya! Gahaha"

Raglo melanjutkan "Tetapi kalau dijelaskan, Witch Hunter hanyalah julukan bagi para Hunter yang spesialis dalam memburu Penyihir, witch Hunter mempelajari kekuatan yang hanya bisa digunakan terhadap penyihir. Mudahnya hidup mereka hanya ada untuk memburu penyihir"

Hunter yang khusus dalam pemburuan penyihir, kami sudah pasti harus menghindari para Witch Hunter.

"Ternyata begitu kah... Hm? benar juga, apa kau tidak membenci penyihir?"

"Gahahaha! Jangan bercanda! aku sangat membenci Penyihir! namun tidak juga, kebanyakan penyihir adalah wanita dan aku sangat suka wanita, tidak mungkin aku tidak suka!"

Apa yang dikatakan olehnya tidak bisa kumengerti sama sekali.

"Tidak paham, jadi kau benci atau suka dengan penyihir?"

"Aku tidak bisa tidak membencinya, itulah jawabannya. Penyihir adalah mahluk hina, kotor serta terkutuk bukankah begitu yang dikatakan oleh banyak orang? aku tidak merasakan hal semacam itu, tetapi tetap saja aku benci dengan penyihir"

"Sekarang giliran ku bertanya, kebalikannya kenapa kau yang manusia biasa tidak membencinya?" lanjut Raglo.

Pertanyaan yang susah untuk kujawab, mungkin karena aku tidak berasal dari dunia ini aku tidak membenci penyihir. Tetapi bisa juga bukan karena hak tersebut.

Aku tidak bisa menemukan jawabannya.

"Sepertimu, sebagai pria aku menyukai wanita, tidak mungkin aku tidak menyukainya" aku menjawab asal-asalan.

Namun sepertinya, Raglo tidak puas dengan jawabanku.

"Bukan begitu, yang kutanyakan adalah kenapa kau tidak membenci penyihir?"

Tidak ada jawaban sama sekali.

Namun aku bisa mengatakan hal ini.

"Karena... Aku tidak memiliki rasa kebencian sedikitpun kepada mereka"

"Hah! hal yang tidak mungkin. Semua manusia pasti memiliki rasa kebencian terhadap penyihir, tidak terkecuali satupun. Tetapi untuk sekarang aku ambil jawabanmu itu"

Sepenuhnya aku dibungkam oleh Raglo, pertanyaannya tidak bisa kujawab.

"Ngomong-ngomong, apa kau tahu kalau seluruh tubuh Penyihir bisa dijual dengan harga mahal, bahkan harga 1 jari penyihir saja dihargai 100 keping emas" tiba-tiba Raglo mulai berbicara.

"Sangat... Mahal ya"

"Benar kan! begitu menggiurkan, aku jadi ingin memburu penyihir, Gahahaha!"

Hebat juga dia, mengucapkannya di depan Mea.

Tetapi Mea juga terlihat... Ku kira biasa saja, ternyata wajah Mea sangat-sangat teramat... Menggambarkan kemarahannya.

Untungnya, walaupun selama di perjalanan Raglo terus mengoceh di depan Mea, Mea tidak pernah terlihat ingin menghajar Raglo.

Bisa dibilang, perjalanan berjalan lancar.

Melewati rute yang dibuat oleh Raglo, kami selalu melewati desa dan kota kecil. Tetapi dengan itu juga, kami bisa mendapatkan informasi penting.

Seperti biasa kami selalu mendengar kabar tentang pergerakan iblis yang terlihat di beberapa tempat, kami juga mendengar berita kalau kerajaan Roki dengan kerajaan Kleth beberapa hari sebelumnya telah mulai berperang. Namun bagi kami informasi semacam itu tidaklah penting.

Selama kami melewati berbagai desa dan kota, rasanya perjalanan kali ini sedikit janggal. Tidak ada masalah yang terjadi sama sekali dan terlalu lancar.

Apalagi, di desa dan kota yang kami datangi tidak ada seorangpun yang membicarakan mimpi buruk atau kedatangan penyihir.

Karena tidak mungkin, tidak ada tanda-tanda saat penyihir datang ke suatu tempat.

Dan dalam perjalanan yang janggal ini, kami masih meneruskan perjalanan menuju kerajaan Abidall.

Sekitar 3 hari lagi, dan kami bisa sampai disana.