Di bawah sinar mentari pagi…
Di dalam kamar hotel yang indah.
Aku menikmati beban yang lembut namun nyaman di tanganku.
Yang ada di atas lenganku adalah pacarku… benar, Sakurajima Touko-senpai.
Aku memanggilnya 'Touko' sejak semalam.
Wajahnya terlihat damai dalam tidurnya yang nyenyak.
Semalam, ketika Karen, mantan pacarku, dan Kamokura Tetsuya, mantan pacar Touko, berselingkuh di depan kami dan mengetahui kebenarannya, akulah yang mendukung hancurnya hati Touko.
Dan kami… ingin saling mengisi luka di hati kami.
Sekarang, dia mungkin sedang menikmati tidur yang nyaman setelah kejadian tadi malam.
"Touko."
Aku memanggil namanya dengan suara kecil, lalu dengan lembut mengulurkan tangan untuk menyentuh kulit putih mulusnya, memeluknya lembut.
Touko membuka matanya sedikit dengan perlahan.
"Yuu?"
"Selamat pagi."
Lalu, daripada membalas sapaanku, dia malah melompat ke dadaku.
"Mari kita bersama selamanya, oke, Yuu?"
"Oh, aku juga tidak akan pernah melepaskanmu, Touko. Kita akan selalu bersama."
Aku meletakkan tanganku di pay*d*r*nya yang subur dan kencang.
"Ahn."
Melakukan itu membuatnya mendesah manis.
Kami berdua meletakkan tubuh kami di atas satu sama lain lagi untuk memastikan kami masih bersama.
Benar.
Kami telah melalui banyak hal bersama, dan sekarang di sinilah kami, bertemu cinta sejati kami.
***
"...Bisakah kau berhenti memberikan narasi semaumu sendiri?" kataku blak-blakan dengan ekspresi tidak senang.
Jika aku biarkan, aku tidak tahu seberapa jauh dia akan terus menarasikan delusinya sendiri.
"Nah, jika kau sudah sampai sejauh itu, kau setidaknya harus nge*e dengannya, Yuu!"
Itulah yang dikatakan Ishida Youta sambil menyesap kopi paginya.
Tempat ini adalah restoran keluarga di sepanjang Jalan Nasional Rute 14, jalan utama yang menghubungkan Chiba dan Tokyo.
Di situlah kami duduk sejak pukul sembilan pagi, hanya kami berdua.
"Dengar ya, orang yang kau sebutkan itu Touko-senpai, lho? Apakah kau benar-benar berpikir akan semudah itu?"
Saat aku berkata dengan mulut ternganga, Ishida mengangkat tangan kirinya dan mengayunkannya ke kanan kiri.
Yang mengisyaratkan "kau salah."
"Meskipun mustahil, merupakan tugas seorang pria untuk melakukannya dengan paksa. Apa kau bilang tadi? Kau bersama Touko-senpai yang menangis, mengawasi apartemen sampai lewat waktu kereta terakhir, dan kemudian mengantarnya pulang? Apa-apaan itu? Memangnya kau anak SMA perjaka, hah?"
"Diam. Aku bukan bajingan yang memanfaatkan kelemahan seorang wanita dan mencoba menjadikan wanita tersebut miliknya!"
Tidak, sebenarnya, aku sangat ingin melakukannya.
Tapi jika aku mencoba melakukan itu, Touko-senpai pasti akan menolakku dengan kasar.
Wanita seperti itulah dirinya.
"Tidak, kawan, kau melewatkan kesempatan terbesarmu. Jika kau melakukannya dengan benar, ceritanya akan menjadi seperti yang kukatakan padamu."
"Imajinasimu sangat luas. Kau seharusnya menjadi novelis, penulis skenario atau semacamnya."
"Oh, kedengarannya bagus juga. Setelah semuanya selesai, aku mungkin akan memposting kisah ini ke web novel di internet."
"Woy, jika kau melakukan itu, aku akan benar-benar mencincangmu."
"Jangan khawatir. Aku hanya akan mengubahnya menjadi novel jika ini berakhir bahagia."
Ishida tertawa saat mengatakan itu.
Apakah orang ini benar-benar peduli padaku?
Kau membantuku bukan hanya untuk bersenang-senang, kan?
"Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang?"
Ishida tiba-tiba bertanya dengan ekspresi serius.
"Apa maksudmu?"
"Akhirnya kau akan melakukan itu, kan? Rencana membuat seseorang tergila-gila padamu dengan cara terbaik, lalu mencampakkannya dengan cara terburuk, kan?"
"Begitulah…"
Aku memikirkan soal itu sambil menyesap kopiku.
Rencana untuk membuat pasanganmu tergila-gila, lalu meninggalkannya dan menghabiskan malam dengan orang lain.
Kupikir kalau itu Touko-senpai, dia mungkin akan berhasil melakukan rencana itu.
Faktanya, sejauh yang aku bisa lihat, Kamokura benar-benar jatuh cinta pada Touko-senpai.
Tapi, bisakah aku membuat Karen jatuh cinta padaku sampai-sampai dia tidak ingin meninggalkanku?
Mengingat caranya berbicara padaku di telepon tempo hari, sepertinya perasaan Karen sudah hampir meninggalkanku.
Memenangkan kembali hati seseorang yang hampir meninggalkanmu saja sudah cukup sulit, apalagi untuk membuat mereka tergila-gila padamu, ya kan?
"Sepertinya Touko-senpai sedang memikirkan strategi selanjutnya saat ini."
"Apa? Kau mau menyerahkannya pada orang lain? Itu kan urusanmu sendiri."
"Mau bagaimana lagi. Jika semudah itu menemukan cara membuat seorang cewek jatuh cinta padaku, dari awal aku tidak akan kesulitan sampai begini!"
Saat aku menjawab dengan nada jengkel, Ishida meregangkan tubuhnya dengan bersandar di kursi.
"Kau benar. Tidak mudah menemukan cara untuk membuat pasanganmu tidak pernah ingin meninggalkanmu. Jika hal seperti itu mungkin, tidak akan ada pasangan yang putus di dunia ini."
Dia mengatakannya dengan acuh tak acuh.
Tapi… dia benar.
Namun, itu bukanlah satu-satunya masalah yang harus aku khawatirkan.
Aku harus terpilih sebagai orang yang akan menghabiskan malam bersama Touko-senpai di momen terakhir itu.
Meskipun hanya salah satunya, bukankah itu semua tujuan yang sangat sulit?