Setelah kami meninggalkan kafe, aku dan Touko-senpai pergi ke restoran keluarga di sepanjang Jalan Raya Nasional.
Percakapan kami di kafe telah berlangsung cukup lama, jadi aku memutuskan akan lebih baik untuk berpindah tempat, karena aku juga sudah lapar.
Touko-senpai memesan pasta dan aku memesan satu set hamburger.
"Jadi, Touko-senpai, tentang cara membuat Karen jatuh cinta padaku sebelum Hari X, bisakah kamu memberitahuku 'strategi' terbaik apa yang Touko-senpai pikirkan?"
Touko-senpai membenarkan posisi duduknya dan mulai menjelaskan.
"Aku mengatakan dua hal sebelumnya. Yang pertama adalah merusak rencana jalan-jalan mereka. Kau tidak perlu melakukan apa-apa soal itu. Jika Karen-san bilang kalau dia ingin jalan-jalan bersama teman-temannya, cukup antarkan saja dia dengan kata-kata lembut 'Selamat bersenang-senang.'"
"Itu soal Touko-senpai yang akan memanipulasi Kamokura-senpai untuk membatalkan perjalanan, kan?"
"Ya. Tetsuya masih tidak berniat pacaran dengan Karen-san untuk dapat berani menyinggung perasaanku. Tapi, Karen-san akan sangat marah karena perjalanan yang dia nanti-nantikan dibatalkan. Cara dia memandang Tetsuya mungkin juga akan berubah. Pada saat seperti itu, jika dia menyadari bahwa kaulah yang selalu baik dan hangat padanya, Karen-san akan mengingat siapa yang terbaik."
Aku bertanya-tanya apakah itu akan berjalan dengan lancar, tapi ketika Touko-senpai yang mengatakan itu, anehnya, itu sepertinya akan menjadi kenyataan dengan mudah.
"Apa cara satunya lagi?"
"Seperti yang kubilang sebelumnya. 'Tingkatkan popularitas di kalangan perempuan secara keseluruhan.'"
"Aku tidak tahu bagaimana melakukannya. Bisakah kamu lebih spesifik?"
"Pertama-tama, jangan melakukan apa pun yang tidak disukai perempuan. Itu yang pertama."
"Bukankah semua orang pada dasarnya memang berusaha agar tidak dibenci?"
"Begitukah? Meski begitu, menurutku anak laki-laki tidak cukup perhatian untuk hal semacam itu, kan?"
"Maksudnya?"
"Misalnya, dari segi penampilan, rambut berantakan, hidung berbulu, kotoran mata, bulu wajah tak terawat, serta tidak berpakaian dengan benar. Semua hal ini tidak akan pernah terjadi pada perempuan normal."
Aku mencarinya di ingatanku.
Memang benar, tidak banyak perempuan seperti itu.
"Pernahkah kau memikirkan berapa banyak waktu yang dihabiskan perempuan setiap harinya untuk merawat tubuh mereka? Itu bisa memakan waktu satu atau dua jam."
Begitukah?
Memang benar ketika aku bepergian dengan gadis-gadis, aku sering melihat mereka mengomentari wajah dan tubuhku.
"Jadi, syarat minimal adalah harus bersih dari segi penampilan. Bukan berarti harus memakai pakaian yang trendi atau memiliki gaya rambut yang keren. Cowok paling populer itu adalah cowok yang memperhatikan kebersihan penampilannya."
Setelah Touko-senpai mengatakan itu...
"Sampai sini, apakah kau sudah jelas, Isshiki-kun?" tanya dia padaku
"Terima kasih banyak, Bu. Apa ada lagi?"
"Dari segi sikap dan perilaku, aku tidak suka sentuhan fisik seperti yang aku baca di beberapa buku. Jika seorang pria yang kau tidak kenal dan tidak suka mengusap kepalamu, itu tidak menyenangkan. Kalau begitu, jauh lebih baik untuk hanya berbicara dengannya pada jarak wajar."
Ah, pedasnya!
Tapi, aku juga bertanya-tanya orang idiot macam apa yang melakukan 'usapan kepala' atau 'kabedon'?
"Ada banyak pria yang tidak mengerti ketika wanita menceritakan soal kekhawatiran mereka. Pria akan berpikir kalau mereka diandalkan oleh wanita, jadi mereka berusaha sangat keras untuk memberikan nasihat yang tidak relevan. Wanita tidak mengharapkanmu untuk memberikan mereka jawaban yang tepat atas masalah mereka. Mereka hanya ingin didengarkan. Jika kalian berkata, 'Kau harus melakukan ini' atau 'Kau harus melakukan itu,' mereka malah akan berkata, 'Apa? Bukan itu yang aku bicarakan di sini.' Apalagi sampai harus mengkritisi mereka, itu tidak boleh dilakukan."
Entah kenapa, Touko-senpai hari ini benar-benar menakutkan.
"Jadi mulai sekarang, ketika kau berbicara dengan perempuan, dengarkan saja apa yang mereka katakan. Dan sesekali menjawab, 'Ya, aku juga pernah mengalami hal yang sama,' sudah cukup."
Syukurlah.
Ketika aku mengobrol dengan perempuan yang tidak terlalu aku kenal, aku tidak yakin harus berkata apa sehingga aku tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun.
"Tapi, menurutku akan lebih baik kalau laki-laki duluan yang membuka percakapan. Agak menakutkan ketika mereka diam di dekatmu. Ini membuat perempuan berpikir seperti, 'Kau sebenarnya mau apa?'"
Cewek memang membingungkan.
"Dan juga, kau harus selalu memperlakukan sekelompok perempuan dengan adil. Perempuan sangat sensitif terhadap perbedaan sekecil apa pun. Itu mungkin membuat perempuan yang mendapat perlakuan khusus merasa senang, tapi itu pasti tidak menyenangkan bagi perempuan lain. Pada akhirnya, perempuan yang mendapatkan perlakuan khusus tersebut akan pergi karena tatapan sekitar yang mengarah padanya."
Setelah itu, Touko-senpai melanjutkan pembicaraan tentang bagaimana perempuan menghargai 'suasana kelompok'.
"Jadi, Touko-senpai, apakah perasaan Karen akan kembali hanya dengan meningkatkan rasa suka para perempuan padaku?"
Touko-senpai mengangguk.
"Menurutku, Karen-san adalah tipe orang yang sangat ingin pamer atau diakui. Tidak cukup bersikap baik pada perempuan seperti itu. Mereka akan berpikir, 'Jika kau tak masalah, aku ingin kau melakukan ini lain kali. Jika itu juga tak masalah, aku ingin kau melakukan lebih banyak lagi lain kali!' Maka, rintangan penegasan cinta pun akan meningkat."
Aku sangat paham betul.
Atau lebih tepatnya, Touko-senpai benar.
Awalnya, Karen hanya meminta permintaan kecil dengan cara yang imut, tapi lambat laun hal itu menjadi biasa, dan dia menuntut lebih banyak hal dariku.
Dan jika aku tidak bisa mewujudkannya, mood-nya akan selalu jadi buruk dan bahkan bisa tiba-tiba marah.
"Perempuan seperti itu cenderung selingkuh. Ketika seorang pria itu tidak bisa memuaskan mereka, mereka akan pergi mencari pria lain. Kemudian mereka akan berkata, 'Pacarku jahat karena tidak mengerti aku. Dia tidak tahu bagaimana perasaanku. Itu karena dia tidak cukup mencintaiku.' Itulah pembenaran mereka untuk berselingkuh."
Touko-senpai, mungkin kamu sebaiknya berhenti dari teknik informatika dan beralih menjadi psikiater atau psikolog...
"Orang-orang dengan keinginan yang kuat untuk pamer dan diakui seperti itu sangat memperhatikan pandangan kelompok. Itulah sebabnya jika gadis-gadis di sekitarmu berkata, 'Isshiki-kun hebat!', maka mereka tidak akan melepaskan pacar seperti itu. Mungkin itulah sebabnya Karen-san berselingkuh dengan Tetsuya, yang populer di kalangan perempuan dan merupakan tokoh sentral di perkumpulan."
Itu sangat masuk akal.
Aku tidak bisa berkata apa-apa dan hanya mendengarkan apa yang Touko-senpai katakan.
"Jadi, tidak peduli seberapa baik kau padanya, itu tidak akan membuat perasaannya kembali karena itu hal yang wajar baginya. Sebaliknya, lebih baik membuat perempuan di sekitarmu berpikir tinggi tentangmu dan membuat Karen-san berpikir kalau dia tidak ingin melepaskanmu dan ingin memonopolimu."
Aku benar-benar terpesona oleh kekuatan pengamatan dan wawasan Touko-senpai.
Terutama soal 'meningkatnya tuntutan Karen padaku', hampir seolah-olah dia menyaksikan hal itu sendiri.
"Nah, jika kau bisa mendapatkan sedikit lebih banyak perhatian dari para perempuan daripada para pria di sekitarmu, itu akan menjadi sempurna."
"Bagaimana cara agar aku bisa melakukan itu?"
Kemudian Touko-senpai membuat ekspresi lembut.
Ekspresi yang seperti merayu, namun meminta bantuan.
"Itu saja untuk konsultasi gratisnya. Mulai sekarang aku juga ingin bayaran."
"Bayaran apa? Uang?"
"Aku tidak butuh uang. Itu lebih penting daripada uang untukku…"
"Apa yang penting bagimu itu, Touko-senpai?"
Aku penasaran apa itu. Aku tidak bisa memikirkan apa-apa sama sekali.
"Bagiku itu...***************"
Suara Touko-senpai tiba-tiba meredup.
"Huh? Apa?"
"Jadi, kubilang...************"
Sungguh hal yang langka bagi Touko-senpai untuk terlihat kesulitan mengatakan sesuatu, dan dia tampak gelisah.
"Maaf, aku tidak bisa mendengarmu dengan baik. Bisakah kamu mengatakannya sedikit lebih keras?"
"Ai dah!"
Touko-senpai berkata marah dengan wajah memerah.
"Aku ingin kau mengajariku menjadi 'perempuan imut'!"
"..."
Aku terdiam sesaat.
Wajah Touko-senpai memerah cerah. Bahkan telinganya pun memerah.
"Bukankah aku sudah bilang padamu tempo hari? Aku juga ingin menjadi imut. Jadi, aku ingin kau memberitahuku apa pendapat pria tentang perempuan imut."
Dia duduk dengan gelisah saat mengatakan itu.
…Perasaan itu saja sudah 'imut' kok. Touko-senpai…
Aku mulai merasa ingin tertawa.
Aku tidak menyangka Touko-senpai, yang tenang, cerdas, dan cantik sempurna, akan menanyakan hal seperti itu padaku.
"Pfft."
Aku refleks menyembur.
"A-Apa? Kenapa kau tertawa?"
Touko-senpai menatapku kesal dengan wajah memerah.
"Ah, maaf. Aku hanya tidak percaya sesaat."
"Apa? Tidak dapat dipercaya! Aku baru saja memberitahumu apa yang dilihat dari sudut pandang perempuan soal…"
"Maaf, bukan itu maksudku. Aku bukan menyangkal apa yang Touko-senpai katakan."
Ketika aku mengatakan itu, Touko-senpai sepertinya telah menarik kembali kata-katanya untuk saat ini.
Tapi, mulutnya masih menganga karena kesal.
Dengan wajahnya yang merah.
"Tapi, apakah kamu yakin mau memintaku mengajarimu? Pada seorang pria dengan level sepertiku soal perempuan imut."
Itu juga lucu.
Perempuan cantik sempurna bertanya padaku, orang biasa yang super normal, soal 'Bagaimana caranya menjadi perempuan imut'.
"Aku tidak memintamu melakukannya karena itu kau. Aku hanya tidak bisa meminta itu pada orang lain."
Mungkin karena masih malu, dia menatapku dengan kepala tertunduk.
"Baiklah. Jika kamu tak masalah denganku, aku akan merangkum pendapatku soal apa yang aku anggap sebagai 'perempuan imut' saat kita bertemu lagi nanti."
"Makalahnya harus minimal 5 halaman dan tidak boleh lebih dari 10 halaman. Jika kau mendapatkan nilai kurang dari C, kau harus membuat makalah baru!"
Dia membuat lelucon seperti itu karena malu dan membuang muka dengan cepat. Wajahnya masih merah.
Touko-senpai, caramu bertingkah sekarang ini sangat imut lho.