Hari Kamis.
Sepertinya Karen dan Kamokura akan melakukan 'kencan perselingkuhan' lagi hari ini.
Aku bisa tahu karena Karen bilang padaku bahwa dia akan berbelanja bersama teman setempatnya pada hari Kamis dan kemudian langsung pergi nongkrong.
Tentu saja, Kamokura juga mengatakan pada Touko-senpai bahwa dia mau ketemuan dengan teman kerja paruh waktunya pada hari Kamis dan kemudian akan minum-minum sedikit setelahnya.
Dalam kasus Kamokura, bukan hanya Touko-senpai, tapi aku juga bersekolah di SMA yang sama dengannya, jadi jika dia mengatakan 'teman setempat', dia tidak akan pernah tahu dari mana kebohongan itu akan terungkap.
Meski begitu, aku juga sedikit bersemangat pada hari ini.
Ini karena aku telah janjian dengan Touko-senpai untuk pergi berbelanja pakaian hari ini.
***
Pada Hari Senin kemarin, ketika kami memutuskan 'Hari X'.
"Ada banyak cowok yang tidak peduli dengan apa yang mereka kenakan, tapi, bagaimana pun juga, akan lebih baik kalau pakaianmu bersih." kata Touko-senpai.
"Bersih? Orang tuaku mencuci pakaianku hampir setiap hari lho."
"Maksudku bukan pakaiannya yang kotor. Aku hanya salah bicara. Yang aku maksud adalah jangan berpakaian acak-acakan."
"Berpakaiann acak-acakan?"
"Pikirkan saja orang-orang di kampus. Misalnya, di Fakultas Sains dan Teknologi kita, memakai sweater atau fleece yang usang, kemeja kotak-kotak dan celana jeans. Begitulah cara kebanyakan mereka berpakaian, kan?"
"Iya."
Hari ini, aku mengenakan hoodie fleece, kaos katun tebal, dan celana jeans yang sudah aku pakai sejak SMA.
"Jika pakaiannya 'norak' dan 'kendor', orang yang memakainya entah bagaimana akan terlihat lusuh."
Yah, kurasa benar juga.
Aku dikelilingi oleh banyak pria seperti itu, jadi aku tidak terlalu memperhatikannya.
"Kau tidak harus memakai pakaian yang mahal. Pakaian dari Unishiro atau ZU akan cukup membuatmu terlihat segar dan bersih."
Tapi, aku tidak tertarik dengan fashion, lho?
Aku selalu memakai pakaian yang dibelikan orang tuaku tanpa komentar.
"Tapi, aku tidak punya selera fashion sama sekali, jadi aku tidak tahu pakaian seperti apa yang harus dibeli."
Kemudian, setelah berpikir sebentar, Touko-senpai lalu berkata:
"Oke. Kalau begitu aku akan menemanimu. Saat berikutnya mereka ketemuan, kita akan pergi belanja bareng."
***
Itulah sebabnya aku memutuskan untuk pergi berbelanja dengan Touko-senpai hari ini.
Sesampainya di gerbang tiket tenggara Stasiun Shinjuku, aku tidak perlu menunggu lama sampai Touko-senpai datang.
"Kau datang duluan lagi hari ini."
Saat Touko-senpai melihat wajahku, dia tersenyum dan berkata begitu.
"Tidak kok, aku hampir tidak menunggu hari ini. Mungkin tadi kita naik kereta yang sama, kan?"
Touko-senpai hari ini mengenakan setelan mantel putih tipis, blus dengan pola bunga halus, dan rok ketat hitam panjang.
Roknya memiliki belahan sampai ke bagian paha, dan paha yang kadang terlihat tersebut sangat memikat.
Dan aku bisa melihat kalau tatapan orang-orang di sekitar mengarah mengerumuni Touko-senpai.
Ketika aku ketemuan dengannya, aku memiliki perasaan campur aduk, bangga, tapi juga merasa tidak cocok dan malu.
Kami menuju ZU, toko merek kasual di dekat Shinjuku Sanchome.
Saat aku masuk ke dalam toko, aku melihat pakaian produksi massal dipajang berjejer.
"Saat memilih pakaian, variasinya bisa sangat banyak. Sangat mudah untuk kebingungan memilih karena banyaknya pilihan pakaian ini, bertanya-tanya apa yang paling cocok untukmu, perpaduan yang seperti apa, dan mana yang akan cocok dengan pakaianmu saat ini."
Kemudian, Touko-senpai menunjuk ke panel foto model yang ada di toko.
Model itu mengenakan celana slim hitam dan jaket hitam.
Di balik jaketnya, dia mengenakan T-shirt lengan panjang garis-garis horizontal.
"Jangan berpikir terlalu keras, beli saja satu set produk yang diperkenalkan di toko. Produk-produk itu sudah dipilih oleh para profesional."
"Begitukah?"
Tapi, aku pun tahu kalau cukup sulit untuk cocok dengan berpakaian seperti model terkenal.
"Isshiki-kun, tinggimu normal tapi ramping. Kurasa sebagian besar pakaian akan terlihat bagus untukmu."
Lalu, dia mengeluarkan produk yang sama dengan yang dipakai foto model tadi dan menempelkannya di tubuhku.
"Apakah tak masalah kalau monoton, ya? Sepertinya, kita juga harus membeli sesuatu yang sedikit lebih kasual dan cerah."
Setelah mengatakan itu, dia memilih celana katun krem, kaos merah tebal, dan hoodie tipe rompi warna cokelat.
"Coba saja dulu. Jika ukurannya tidak pas, aku akan menukarnya."
Aku melakukan apa yang diperintahkan dan mencoba pakaian yang dia pilihkan untukku di kamar ganti.
Setiap kali aku mencoba pakaian, aku meminta Touko-senpai, yang menunggu di luar, untuk menilainya.
"Ya. Itu terlihat bagus untukmu."
Dia mengatakan itu dengan puas.
Akhirnya, aku membeli tambahan satu setel celana jeans slim dan sweater hijau muda, yang membuat total belanjaanku menjadi tiga setel pakaian.