> (Touko) Perjalanan T sesuai rencana berhasil dibatalkan.
> (Yuu) Baiklah. Jika aku mendapat respon dari K, aku akan memberitahumu.
> (Touko) Sepertinya T sudah menghubungi K beberapa waktu lalu untuk membatalkan perjalanan mereka secara sembunyi-sembunyi dariku. Mungkin K akan segera menghubungimu.
> (Yuu) Apakah dia akan menghubungiku secepat itu? Dia berencana untuk jalan-jalan dengan selingkuhannya sebelumnya. Jika itu aku, aku akan ragu-ragu melakukan itu.
> (Touko) Kemungkinan besar dia akan menghubungimu. Percaya saja pada instingku. Dan juga, hanya untuk mengingatkan saja, jangan bersikap dingin kepada K. Aku mengerti kalau kau marah, tapi jangan biarkan itu menguasaimu. Bersikaplah lembut dan dengarkan curhatannya. Beri dia rasa aman yang mutlak."
> (Yuu) Aku mengerti.
Tepat setelah aku membalas pesannya seperti itu.
Aku menerima panggilan masuk.
...Seperti yang diprediksi oleh Touko-senpai…
Sambil berpikir begitu, aku mengangkat telepon.
"Halo?"
"Halo, Yuu-kun?"
"Oh, ada apa?"
"Dengar, jahat banget lho! Jalan-jalan besok tiba-tiba dibatalkan!"
…Apakah menurutmu 'jahat' kalau hal jahat dari wanita yang jahat tiba-tiba dibatalkan?
Aku mendengarkannya dengan tercengang.
"Begitukah? Memang jahat sih tiba-tiba membatalkan janji yang sangat kamu nanti-nantikan." Aku mengatakan itu tanpa merasa begitu sedikit pun kesal.
"Iya, kan? Itu jahat, kan? Karen sangat menantikannya, namun hari ini mereka malah membatalkannya."
Mungkin karena lewat telepon, tapi bahkan kalimat tak berperasaanku sepertinya tidak disadari Karen saat ini.
Tapi, karena Touko-senpai sudah menyuruhku, aku harus berusaha memikirkan perasaan Karen di sini.
"Oh, ya. Kamu kasihan sekali, Karen."
Astaga, kalimat itu sama sekali tidak menyentuh hati.
"Terima kasih, Yuu-kun. Karen sangat sedih, Karen mau menangis."
Tampaknya, kata-kata penghiburku sudah cukup untuk Karen, yang sepenuhnya sedang dalam 'mode heroine tragis'.
"Jangan menangis. Seandainya kamu ada di dekatku, aku akan menghiburmu."
Aktingku hebat banget, kan?
"Um, Karen ingin bertemu Yuu-kun. Yuu-kun tidak akan melakukan hal jahat seperti itu pada Karen, kan?"
Jancook, Apa kau tidak sadar seberapa jahat dirimu padaku?
Tapi, aku tidak menyangka ini terjadi sesuai perkiraan Touko-senpai.
Aku hanya bisa tersenyum sambil mendengarkannya.
Namun, secara verbal, aku terus memainkan peran sebagai pacar Karen yang baik.
"Tentu saja. Aku akan selalu berada di sisi Karen."
Aku bisa mendengar isak tangis Karen di sisi lain telepon.
Namun, dibandingkan dengan tangisan Touko-senpai saat melihat Karen masuk ke apartemen Kamokura, tangisan ini jauh lebih remeh.
"Karen senang punya pacar seperti Yuu-kun…"
Oh, jika kau mengatakan itu, apakah itu artinya kau sekarang lebih bergantung padaku?
Kau adalah pacar terburuk.
"Apakah ada biaya pembatalan untuk perjalanannya? Aku khawatir mereka akan mengambil jumlah penuh kalau pembatalannya sehari sebelum hari H."
Aku tidak tahu harus berkata apa, jadi aku mengatakan sesuatu yang membuatnya khawatir.
Kemudian keheningan mengalir beberapa saat.
Kata-kata Karen sepertinya tersendat. "Biaya pembatalan sepertinya tak masalah… Kami berencana berangkat dengan mobil…"
Oh, mungkinkah aku menyentuh topik yang menyulitkannya?
Apakah Kamokura yang membayar penginapan, ataukah mereka akan menginap di love hotel yang lebih terjangkau karena mereka tidak bisa mendapatkan tempat menginap?
"Begitu ya. Aku hanya merasa kasihan pada Karen jika harus membayar biaya pembatalan."
Mari kita ikuti alur saja.
Tapi, jawaban itu tampaknya memuaskan Karen.
"Terima kasih karena sudah mengkhawatirkan Karen, Yuu-kun."
Gilaaa. Cewek ini benar-benar sesuatu.
"Jadi, Yuu-kun. Bisakah kita bertemu besok?"
"Eh?"
Aku secara refleks menjerit kaget.
Tidak, aku bisa berakting jika hanya lewat telepon, tapi…
Mustahil aku bisa bersikap baik pada si j*l*ng tukang selingkuh ini kalau bertemu langsung.
Jika Karen menunjukkan wajah sok polosnya di depanku sekarang, aku benar-benar akan meninju wajahnya.
Maksudku, yang benar saja, kau barusan akan jalan-jalan dengan selingkuhanmu itu, kan?
Dan selingkuhanmu itu adalah orang yang kukenal, senpai-ku.
Aku memang berpikir kau tak tahu malu karena bisa meneleponku seperti ini, tapi seberapa tak tahu malunya dirimu hingga ingin bertemu denganku hanya karena perjalanamu dibatalkan?
Kurasa itulah yang kita sebut dengan muka tebal...
"Maaf. Aku juga ingin bertemu Karen, tapi aku sudah punya janji besok."
Itulah yang aku katakan untuk saat ini.
Aku tidak ingin disebut sebagai ban serep karena rencanamu untuk tidur dengan pria lain dibatalkan.
"Oh…"
Karen berkata begitu, tampak sedih.
"Maaf, Karen. Aku akan meluangkan waktu untukmu lain kali." Aku berkata demikian dan menutup telepon.
Setelah itu, aku langsung menelepon Touko-senpai.
Karena aku ingin mendiskusikan apa yang terjadi secara langsung.
"Persis seperti yang Touko-senpai katakan. Si Karen itu langsung meneleponku!"
Namun, Touko-senpai tetap tenang.
"Ya. Dia mungkin merasa dirinya sebagai cewek imut. Selalu melihat dirinya sendiri sebagai heroine tragis. Jadi, dia mencari seseorang yang dapat membantu dan bersimpati padanya."
"Tapi, bukankah terlalu kurang ajar untuk meminta hal itu padaku, yang sebagai 'korban perselingkuhan' ini?"
"Dia berpikiran kalau dia yang selingkuh adalah korban di sini. Misalnya seperti, 'Pacarku tidak mengerti aku,' atau 'Pacarku mengabaikanku,' atau 'Pacarku tidak memberikan apa yang aku inginkan.'"
Hmmm, itu emosi yang tidak akan pernah aku mengerti.
"Ngomong-ngomong, bagaimana caranya Touko-senpai bisa menyuruh Kamokura-senpai membatalkan perjalanan?"
"Gampang. Aku cukup bilang, 'Aku juga mau jalan-jalan.'"
"Hanya itu?" Aku tercengang.
Karena kupikir dia akan menggunakan teknik yang lebih hebat.
"Ya. Aku bilang padanya bahwa ada tempat yang sangat ingin aku kunjungi bersamanya. Aku meyakinkannya bahwa ini adalah satu-satunya waktu dalam setahun ketika aku dan dia bisa jalan-jalan santai bersama."
Hmmm~, wanita memang menyeramkan.
Tapi, bukan itu masalahnya sekarang.
"Jadi, apakah Touko-senpai akan jalan-jalan dengan Kamokura-senpai?"
Tapi, pertanyaan itu dengan cepat dibantah. "Tidak. Aku akan membatalkannya. Besok, aku akan memberitahunya kalau aku sedang tidak enak badan. Siapa pula yang mau pergi jalan-jalan bersama seorang pria yang sedang berselingkuh dengan wanita lain?"
Seperti yang diharapkan, bahkan Touko-senpai pun berkata seperti ingin muntah.
Syukurlah…
Aku refleks mengelus dadaku, merasa lega.
"Karen bilang kalau dia juga ingin bertemu denganku besok. Tapi aku tidak sanggup untuk bertemu dengannya. Jadi aku menolaknya, mengatakan kalau aku sudah ada janji besok."
Lalu, Touko-senpai berkata dengan nada tegas.
"Jangan begitu. Kau harus pergi menemui Karen-san. Dan kau harus menghiburnya dengan lembut."
Kata-kata itu mengejutkanku.
"Eh? Tapi, Touko-senpai sendiri juga tidak ingin melihat Kamokura-senpai, kan? Aku pun juga sama."
"Situasi kita berbeda. Aku masih memiliki kartu truf menghadapi Tetsuya saat ini, tapi kau tidak memiliki kartu truf yang kuat menghadapi Karen-san. Oleh karena itu, kau harus lebih memenangkan hati Karen. Jadi, kau harus bertemu Karen-san besok dan memastikan kau mendapatkan hatinya dengan benar."
…Kartu truf?
Aku penasaran dengan arti kata-kata itu.
Tapi sebelum aku sempat menanyakan itu, Touko-senpai melanjutkan perkataannya.
"Selain itu, jika Tetsuya tidak bisa pergi jalan-jalan denganku, dia mungkin akan mengajak Karen-san berkencan lagi, kan? Untuk menghindari hal itu, kau harus bersama dengan Karen-san besok!"
"Jika Touko-senpai berkata begitu, maka baiklah…"
Aku mengiyakannya, tapi aku benar-benar kecewa.
…Aku bertanya-tanya apakah Touko-senpai tidak merasakan apa-apa saat mengetahui kalau aku dan Karen akan bertemu…